DIREKTUR Pusat Studi Islam Frankfurt, Jereman, Prof. Dr. Muhammad Hassan Hitou mengharapkan Ma`had Al Quran Pondok Pesantren Darul Muzari`in Al Islamiah, Karang Bolong, Pandeglang, Banten, akan menjadi institusi terbesar di Asia Tenggara (Asean) karena lingkungan masyarakatnya sangat mendukung disamping suasana relegius Islami sudah tertanam sejak lama.
Ketika datang pertama kali ke Pandeglang, infrastruktur belum memadai. Tapi ketika akan dilakukan peletakan batu pertama, jalan sudah baik, kata Hassan Hitou ketika berpidato di hadapan sejumlah pejabat di Pondok Pesantren tersebut, di Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigelis, Pandeglang, Banteng, Sabtu.
Hadir dalam kesempatan tersebut Menag M. Maftuh Basyuni, Wakil Gubernur Banteng, H.M. Masduki, Bupati Pandeglang, Dimyati Natakusuma, Dubes Suriyah H.M. Muzzamil Basyni, Sekjen Depag Barul Hayat, dan Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. Nassaruddin Umar.
Hassan Hotou datang ke Pandenglang sudah kedua kalinya. Selain memberi bantuan bangunan bagi Pondok pesantren tesebut, juga membagi-bagi bantuan langsung tunai kepada masyarakat miskin di kawasan tersebut. Antrian warga berjubel untuk mendapatkan uang setiap orang antara Rp100 hingga Rp200 ribu.
Sebelumnya Dr. Taufik Ramadhan, pengajar pada jurusan ilmu Islam Universitas Damaskus, Suriyah mengatakan, Ma`had Al Quran di Pondok Pesantren yang didirikan di Pandeglang ini memiliki arti penting dalam pengembangan ajaran Islam. Peletakan batu pertama hanya merupakan simbol belaka, tetapi lebih penting dari itu adalah mengisi dengan berbagai kegiatan sesuai seperti yang diamanatkan Nabi Muhammad SAW.
Mengamalkan ajaran Islam dan Al Quran akan membawa keberkahan yang pada akhirnya akan memperkuat solidaritas sesama Muslim, katanya. Tentang pengembangan Ma`had kedepan, menurut Hassan Hitou, akan membangkitkan kejayaan Banten dengan nilai Islamnya. Sebab, dari berbagai literatur yang dipelajarinya, banyak ulama dari daerah ini melahirkan karya ilmiah dan bernilai tinggi. Kejayaan Banten dengan nilai Islamnya haras dikembalikan, katanya.
Sementara itu Menag M. Maftuh Basyuni sebelum meletakan batu pertama bangunan Ma`had Al Quran, merasa terdorong mendirikan Pondok Pesantren di daerah itu lantaran adanya keprihatinan akan makin kurangnya para pemuda menggeluti ilmu Al Quran.
Beberapa kali bertemu dengan ulama Banten. Ternyata gejala makin menurunnya minat pemuda menggeluti Ilmu Al Quran juga dialami di daerah ini. Untuk itulah, atas izin Allah dan adanya kelebihan rezeki, akhirnya Pondok Pesantren di Desa Karang Bolong dapat didirikan. Meski belum sempurna betul, tetapi setidaknya anak kecil di daerah ini sudah makin gemar membaca Al Quran. Lalu kenapa ia memilih daerah Padeglang ? Alasannya, karena jauh dari kota. Daerah ini masih "perawan", steril dan jauh dari polusi udara. Hal lain, wilayah ini masih jauh dari pengaruh gaya hidup pemuda kota yang cenderung mengabaikan nilai relegius.
Menanggapi pertanyaan ANTARA tentang kapan Ma`had Al Quran dapat digunakan. Menurut Maftuh, sekitar satu tahun sudah dapat digunakan. "Kita tak menerima bantuan dalam bentuk uang. Semua bantuan dalam bentuk bangunan, yang pemborongnya juga dipilih oleh Hassan Hitou. Prof. Muhammad Hassan Hitou akan menjadi penyandang utama untuk pembangunan Ma`had Al Quran. Berapa besarnya nilai bantuan itu, Maftuh kembali tak mau menjelaskan."Kita terima beres," katanya.
Sebelumnya Sekretaris Umum Yayasan Darul Muzari`in al Islamiah, H. Sudaryono mengatakan, Pondok Pesantren itu didirikan pada 1998. Pada tahun 2000 didirikan masjid. Luas areal pendidikan 8 ha, untuk lahan percobaan dan sarana pertanian 12 ha. Sedangkan luas pertanian mencapai 20 ha. Di areal ini juga ada lahan untuk peternakan sapi dan kambing dengan lahan 1,5 ha. Juga ada pabrik tahu untuk memberdayakan masyarakat setempat. "Kita harapkan, jika nanti para santri punya minat di bidang pertanian, mereka akan punya kesempatan luas," kata Sudarsono.(es/ts/depag.go.id)
Ketika datang pertama kali ke Pandeglang, infrastruktur belum memadai. Tapi ketika akan dilakukan peletakan batu pertama, jalan sudah baik, kata Hassan Hitou ketika berpidato di hadapan sejumlah pejabat di Pondok Pesantren tersebut, di Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigelis, Pandeglang, Banteng, Sabtu.
Hadir dalam kesempatan tersebut Menag M. Maftuh Basyuni, Wakil Gubernur Banteng, H.M. Masduki, Bupati Pandeglang, Dimyati Natakusuma, Dubes Suriyah H.M. Muzzamil Basyni, Sekjen Depag Barul Hayat, dan Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. Nassaruddin Umar.
Hassan Hotou datang ke Pandenglang sudah kedua kalinya. Selain memberi bantuan bangunan bagi Pondok pesantren tesebut, juga membagi-bagi bantuan langsung tunai kepada masyarakat miskin di kawasan tersebut. Antrian warga berjubel untuk mendapatkan uang setiap orang antara Rp100 hingga Rp200 ribu.
Sebelumnya Dr. Taufik Ramadhan, pengajar pada jurusan ilmu Islam Universitas Damaskus, Suriyah mengatakan, Ma`had Al Quran di Pondok Pesantren yang didirikan di Pandeglang ini memiliki arti penting dalam pengembangan ajaran Islam. Peletakan batu pertama hanya merupakan simbol belaka, tetapi lebih penting dari itu adalah mengisi dengan berbagai kegiatan sesuai seperti yang diamanatkan Nabi Muhammad SAW.
Mengamalkan ajaran Islam dan Al Quran akan membawa keberkahan yang pada akhirnya akan memperkuat solidaritas sesama Muslim, katanya. Tentang pengembangan Ma`had kedepan, menurut Hassan Hitou, akan membangkitkan kejayaan Banten dengan nilai Islamnya. Sebab, dari berbagai literatur yang dipelajarinya, banyak ulama dari daerah ini melahirkan karya ilmiah dan bernilai tinggi. Kejayaan Banten dengan nilai Islamnya haras dikembalikan, katanya.
Sementara itu Menag M. Maftuh Basyuni sebelum meletakan batu pertama bangunan Ma`had Al Quran, merasa terdorong mendirikan Pondok Pesantren di daerah itu lantaran adanya keprihatinan akan makin kurangnya para pemuda menggeluti ilmu Al Quran.
Beberapa kali bertemu dengan ulama Banten. Ternyata gejala makin menurunnya minat pemuda menggeluti Ilmu Al Quran juga dialami di daerah ini. Untuk itulah, atas izin Allah dan adanya kelebihan rezeki, akhirnya Pondok Pesantren di Desa Karang Bolong dapat didirikan. Meski belum sempurna betul, tetapi setidaknya anak kecil di daerah ini sudah makin gemar membaca Al Quran. Lalu kenapa ia memilih daerah Padeglang ? Alasannya, karena jauh dari kota. Daerah ini masih "perawan", steril dan jauh dari polusi udara. Hal lain, wilayah ini masih jauh dari pengaruh gaya hidup pemuda kota yang cenderung mengabaikan nilai relegius.
Menanggapi pertanyaan ANTARA tentang kapan Ma`had Al Quran dapat digunakan. Menurut Maftuh, sekitar satu tahun sudah dapat digunakan. "Kita tak menerima bantuan dalam bentuk uang. Semua bantuan dalam bentuk bangunan, yang pemborongnya juga dipilih oleh Hassan Hitou. Prof. Muhammad Hassan Hitou akan menjadi penyandang utama untuk pembangunan Ma`had Al Quran. Berapa besarnya nilai bantuan itu, Maftuh kembali tak mau menjelaskan."Kita terima beres," katanya.
Sebelumnya Sekretaris Umum Yayasan Darul Muzari`in al Islamiah, H. Sudaryono mengatakan, Pondok Pesantren itu didirikan pada 1998. Pada tahun 2000 didirikan masjid. Luas areal pendidikan 8 ha, untuk lahan percobaan dan sarana pertanian 12 ha. Sedangkan luas pertanian mencapai 20 ha. Di areal ini juga ada lahan untuk peternakan sapi dan kambing dengan lahan 1,5 ha. Juga ada pabrik tahu untuk memberdayakan masyarakat setempat. "Kita harapkan, jika nanti para santri punya minat di bidang pertanian, mereka akan punya kesempatan luas," kata Sudarsono.(es/ts/depag.go.id)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^