Menunggu Super Tucano di Langit Nusantara


Embraer EMB-314 Super Tucano. (Foto: EMBRAER defense systems)

25 Desember 2009 -- Jika tidak aral melintang, langit Indonesia akan diwarnai satu lagi kebolehan pesawat latih tempur TNI-AU yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Itu adalah pesawat bermesin turboprop tunggal modern Embraer EMB-314 "Super Tucano" buatan Empresa Brasiliera de Aeronautica SA, Brasil.

Dalam nomenklatur pesawat tempur dunia, Super Tucano, diklasifikasikan ke dalam pesawat latih-serang-tempur ringan. Artinya, selain menjadi pesawat propeler mesin tunggal latih tempur dasar dan madya bahkan lanjut, dia bisa difungsikan juga menjadi pesawat tempur ringan untuk keperluan close air support udara ke darat jarak dekat.

Pesawat dengan kemampuan seperti ini pernah dimiliki TNI-AU, yaitu OV-10F Bronco buatan Rockwell, Amerika Serikat dan sang legendaris, North American P-51D Mustang.

Pengumuman tentang rencana kedatangan Super Tucano baru berbarengan dengan penempur jet buatan Rusia, Sukhoi Su-27 SKM dan Su-30 MK2 berkursi ganda itu, diutarakan Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Madya TNI Imam Sufaat, di Jakarta, Senin lalu (21/12).


Brasil sebagai negara pembuat tidak pernah punya masalah berlatar politik dengan Indonesia dan sama-sama negara yang pernah dijajah Barat, dan memiliki industri penerbangan tangguh.

Ditargetkan, pada upacara HUT ke-65 TNI, Super Tucano sudah dipajang atau malah bermanuver di udara, begitu pun Su-27 SKM dan Su-30 MK2.

Bicara soal dua tipe jet terakhir ini, pada 2010 Indonesia akan memiliki 10 unit yang telah lengkap persenjataannya, sejak batch pertama Sukhoi-27 mulai dikirim ke Indonesia pada 2003.

Dengan menengok hubungan diplomatik Indonesia-Brasil, relatif tidak akan ada hambatan politis yang berpotensi mengganggu perjalanan pembangunan kembali kekuatan pertahanan udara Indonesia, jika "kita" membeli wahana tempur dari Brasil.

Sebetulnya, rintisan pembelian Super Tucano ini sudah terjadi sejak 1999, saat pucuk pimpinan TNI-AU masih dijabat Marsekal TNI Hanafie Asnan.

Saat itu, disadari usia pakai OV-10F Bronco yang terbukti cocok dengan kondisi geografi dan topografi nasional akan mencapai akhir, harus "pensiun" pada 2007, sementara pesawat tempur pengganti sekelas belum ada.

Pesawat latih dasar AS-202 "Bravo" juga sudah mulai menua usianya untuk mengantar penerbang muda TNI-AU mengakrabi wahana tempur jet modern.

Hawk Mk-53 buatan Inggris nasibnya juga sama, apalagi Inggris mengekor Amerika Serikat ikut mengembargo pembelian pesawat tempur dan suku cadangnya ke Indonesia.

Pilihan saat itu sebagaimana diungkap Asnan ada beberapa, mulai dari KT-1 "Wong Bee" buatan Korean Aerospace Industries, Korea Selatan, Pilatus P-9 Turbo Trainer, dan Super Tucano dengan varian ALX/A-29.


Bisa dibilang, karakteristik manuver ketiga pesawat latih itu agak mirip, pula penampakan luar berkanopi super luas ala jet tempur generasi kelima, plus dimensi, daya mesin, konfigurasi kursi pelontar, tata letak panel-panel, hingga sistem avionika dan kompatibilitas persenjataan yang akan diterapkan.

Walau tidak diungkap angkanya, Asnan yang menapaki karirnya di OV-10F Bronco, menyatakan bahwa KT-1 Wong Bee yang model skalanya sudah ada di ruang kerja KSAU saat itu, berharga paling murah dan Pilatus P-9 Turbo Trainer paling mahal.

Semua pabrikan menawarkan skema pembayaran yang sangat menggiurkan, yaitu fasilitas kredit ekspor dari pihak ketiga, dan studi kelayakan sampai kunjungan ke pabriknya masing-masing telah dilakukan.

Setelah bertahun-tahun rencana pengadaan tipe pesawat diperjuangkan, akhirnya Super Tucano menjadi "pemenangnya". Referensi bergengsi penerbangan dunia, Jane`s Aviation, menyatakan, baru Brasil (76 operasional dari 99 pesanan), Dominika (2/8), Kolombia (25 operasional), dan Guatemala (10 operasional) yang memakai Super Tucano dalam arsenal udaranya.

Menyusul dan masih dalam pesanan, adalah Chile (12), Ekuador (24), Peru (12), Amerika Serikat (satu unit untuk US Naval Aviation School atau US Special Operation Command, dibeli secara "leasing"), dan Indonesia (delapan hingga 16 pesanan pada April 2008) yang menjadikannya negara ASEAN pertama yang akan memakai Super Tucano ini.

Seluruh pesanan itu masih ditambah satu pesanan dari perusahaan jasa pengamanan-militer VIP internasional asal Amerika Serikat, Blackwater Worldwide.

Jika dicermati, di luar Amerika Serikat, seluruh pemakai dan pemesan Super Tucano adalah negara Amerika Latin beriklim tropis-subtropis basah yang memiliki kontur geografis-topografis cukup lengkap dan ekstrim, dari pantai berhutan rawa, dataran di ketinggian (plateau), bukit-bukit, hingga gunung curam berhutan lebat dalam luas wilayah darat dan laut cukup luas.

Indonesia juga memiliki latar belakang geografis dan topografis serupa di pulau-pulau besarnya.

Menurut mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional, Marsekal Muda TNI (Purnawirawan) Zaki Ambadar, faktor-faktor nonteknis di luar kemampuan pesawat tempur seperti itu juga menjadi pertimbangan penting dalam menentukan pilihan pesawat terbang TNI-AU.

"Hal ini juga dianut angkatan udara banyak negara, lumrah saja," katanya.

EMB-314 Super Tucano sebagai kelanjutan EMB-312 Tucano memang pantas dipilih untuk keperluan close air support menggantikan OV-10F Bronco, sampai-sampai US Special Operation Command yang pola operasinya sering diklasifikasikan rahasia, juga memilih pesawat tempur turboprop ringan ini.

Karakteristik tempurnya menunjang hal itu, yaitu memiliki kecepatan maksimal 593 kilometer per jam, jarak operasi 4.820 kilometer dalam konfigurasi tanpa tangki tambahan, ketinggian maksimal 10.620 meter dari permukaan laut, dan laju tanjak 24 meter per detik, dan lepas landas atau mendarat dari landas pacu yang pendek.

Kemampuan terakhir ini menyebabkan dia mampu memberi efek menerbangkan pesawat tempur jet yang bisa dipacu hingga +9g atau -4g.

Kecepatannya memang tidak terlalu cepat untuk pesawat tempur, namun kecepatan seperti itulah yang paling cocok untuk tugas pengamatan insurjensi sambil memberi "payung udara" berupa semburan tembakan peluru (straffing) dari dua kanon 12,7 milimeter FN Herstal M3P dengan semburan hingga 1.100 peluru per menit.

Kalau "payung udara" itu masih kurang, dari dalam kokpit berbahan kevlar, pilot bisa memberi dukungan lain dari satu kanon 20 milimeter di bagian bawah tubuh pesawat tempur ini, ditambah roket 70 milimeter dari empat jalur peluncur, serta hunjaman bom-bom konvensional Mk-82 atau dari kelas "Iron" dan bom pintar dari kelas "Cluster" yang masih bisa disimpan di dalam tubuhnya.

Masih kurang cukup? Peluru kendali udara-ke-udara AIM-9 Sidewinder sebanyak dua unit atau dua MAA-1 Piranha dari Orbita, atau Python 3/4 bisa menjadi pamungkas.

Seluruh arsenal itu masih bisa lagi dilengkapi dengan persenjataan lain pada lima titik tambat tambahan, sesuai dengan keperluan dan kompatibilitas.


Walau kelihatannya kecil dan ringan, yaitu dimensi panjang sayap 11.14 meter dan panjang badan 11,33 meter, tinggi 3,97 meter, luas total sayap 19,4 meter persegi, bobot kosong 4.250 kilogram, dan bobot lepas landas maksimal 5.200 kilogram, namun satu mesin turboprop Pratt & Whitney Canada PT6A-68C dengan daya 1.600 shp/969 kiloWatt di tubuhnya mampu menerbangkan pesawat tempur seharga sembilan juta dollar AS per unit itu secara lincah.

Lain lagi perihal avionika dan sistem kendalinya, di dalam kokpit all-glass yang kompatibel seluruhnya dengan sistem pengamatan malam hari (night vision goggle/NVG) sehingga kabel penghubung helm pilot NVG bisa langsung "ditancap" ke display utamanya (head-up display/HUD).

HUD ini sendiri seolah ingin memanjakan pilot dengan ukurannya yang tidak kalah `lukratif`, yaitu hingga layar 24 inchi. Seluruhnya dirangkai dalam sistem kendali penerbangan dan pertempuran udara bernama MIL-STD-1553B di mana tongkat kendali dibantu sistem komputer dalam sistem HOTAS (hands on throttle and stick control system).

Perusahaan avionika kondang dari Haifa, Israel, Elbit System Ltd, menyumbang besar untuk semua sistem itu, terutama urusan HUD, komputer misi lanjutan, sistem navigasi, dan dua displai multifungsi enam inchi.

Bagaimana dengan sistem penginderaannya? Ini hal penting yang menyebabkan US Special Operation Command kepincut dengan Super Tucano yang mampu terbang selama 6,5 jam, karena sistem penginderaan termal inframerah AN/AAQ-22 SAFIRE sangat memungkinkan dia melakukan pengamatan dan penyerangan pada malam hari yang berhujan lebat.



Akhirnya, semua kemampuan itu menjadi semakin efektif jika perencanaan operasi benar-benar matang dilakukan dengan pengendalian dari pilot yang cakap.

Sesuai dengan peruntukan awalnya, maka Super Tucano diketahui disiapkan untuk pesawat latih dasar, madya, dan lanjut, serta patroli perbatasan.

Hal itu masih ditambah lagi untuk satu misi penting, yaitu operasi anti serangan darat dari udara dan pengamatan serta anti penyelundupan seperti lazim terjadi di perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko atau lainnya. Indonesia memiliki garis perbatasan negara yang sangat panjang di darat, yaitu sekitar 3.500 kilometer di Kalimantan, Irian, dan Pulau Timor.

Pada waktu Operasi Seroja dilaksanakan, Bandar Udara Haliwen di Atambua, Kabupaten Belu, NTT, sering menjadi saksi bisu kegunaan OV-10F Bronco yang masih baru didatangkan dari Amerika Serikat itu dalam misi pengamatan anti serangan darat.



Super Tucano yang rencananya akan datang ke Tanah Air sebelum Oktober 2010 jelas lebih dari sekedar mampu untuk melakukan tugas patroli perbatasan negara jarak dekat dan misi tambahan lain.

Khusus untuk Pulau Timor sebagai misal, selama ini Misi PBB Untuk Timor Timur yang bermarkas di Dili, Timor Timur, selalu memakai koridor udara untuk bisa ke Distrik Oekusi sehingga pelanggaran jalur penerbangan potensial terjadi. Selain itu, ALKI IV juga melintasi Laut Timor dan Laut Sabu, yang berdekatan dengan Pulau Timor dan Pulau Flores.

Akankah Super Tucano dikombinasikan dengan helikopter serang Mil Mi-17 dari Pusat Penerbangan TNI-AD juga bisa berkontribusi dalam pengamanan perbatasan negara seperti juga dilakukan tiga skuadron udara Angkatan Udara Brasil?

Tentu saja TNI-AU dan Markas Besar TNI/Departemen Pertahanan telah memiliki skenario soal itu.


ANTARANews

Komando Militer Pattimura Tambah Satu Batalyon


SAUMLAKI - Komando Daerah Militer XVI Pattimura segera menambah satu Batalyon 734 yang bermarkas di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat. Dengan demikian kekuatan Kodam menjadi 10 ribu personil. Hal tersebut dinyatakan oleh Panglima Kodam Mayor Jenderal M.Noer Muis kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (30/12).

Menurutnya, rencana pembentukan Batalyon 734 sudah ada sejak 2007 namun baru bisa direalisasikan pada 2010 karena saat itu masih terbatas personil dan anggaran, sehingga saat ini baru bisa membangun markas untuk empat kompi.

“Batalyon ini dibentuk karena personil TNI di Maluku masih sangat kurang,” katanya.

Hingga saat ini Kodam memiliki sekitar 9.000 personil yang tersebar di Maluku. Dengan kekuatan sebanyak itu, personil Kodam relatif kecil jika dibandingkan dengan wilayah yang harus diamankan. Maluku memiliki luas laut sekitar 94 persen, terdiri dari sekitar 1.500 pulau, 1.200 pulau di antaranya kosong dan 18 pulau berada terdepan atau berbatasan dengan negara lainnya. Dengan demikian, Kodam yang membawahi wilayah Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara, satu pulau dalam wilayah Kodam diamankan 6-7 personil.

Untuk mengamankan pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara lain, selain tugas utama TNI, masyarakat juga diharapkan mempunyai andil untuk berperan sebagai pemberi informasi kepada pihak keamanan. Itu terbukti dengan adanya laporan nelayah di wilayah perbatasan Maluku Barat Daya, dengan Timor Leste dan Australia, TNI berhasil mengamankan imigran gelap yang menyingggahi salah satu pulau terdepan.

“Katong lapor oarang masuk pulau la dong dapa tangkap,” ujar Andreas Anaktotoli, salah seorang nelayan asal Kabupaten Maluku Barat Daya, kepada wartawan.



TEMPOINTERAKTIF

Membangun Kemandirian Industri Otomotif Pertahanan Nasional


Rata Penuh
29 Desember 2009, Jakarta -- Membangun kemandirian otomotif pertahanan nasional merupakan suatu keharusan. Pengembangan otomotif pertahanan sangat membutuhkan jaringan, kelembagaan dan sumber daya yang kuat. Maka untuk menuju hal tersebut, Asdep Urusan Program Riptek Unggulan dan Strategis menyelenggarakan diskusi terbatas “Pengembangan Industri Otomotif Pertahanan” yang dilaksanakan pada Senin, 28 Desember 2009.

Diskusi terbatas dibuka oleh Asisten Deputi Urusan Program Unggulan dan Strategis, Hari Purwanto. Hadir dalam acara tersebut Deputi Bidang Program Riptek, Teguh Rahardjo, Kapus Litbang Indhan Balitbang Dephan, Brigjen TNI Agus Suyarso, Distekind Ditjen Ranahan Dephan, Laksma TNI Sudi Haryono, Kadislitbang TNI AU, AD dan AL, serta para pakar otomotif.

Mesin Rantis (Kendaraan Taktis) MAESA PT44 buatan PT. Pacific Technology IAD.

Rantis MAESA PT44. (Foto: photobucket/alsadiyarto)

Rantis MAESA PT44. (Foto: Photobucket/tukijay)



Dalam diskusi ini dibahas tentang kerjasama pengembangan dan pemanfaatan sumber daya industri otomotif nasional, sudah terujinya kemampuan laboratorium uji teknologi otomotif, seperti laboratorium subsonic wind tunnel (vehicle drag test) di LAPAN, laboratorium chassis-dynometer (vehicle friction test) di BTMP-BPPT, pohon industri yang melibatkan industri besar dan industri kecil, serta roadmap pengembangan chasis, sistem transmisi dan powerpack/engine otomotif pertahanan.

Hasil dari diiskusi ini diharapkan terjadi sinergi industri otomotif, BUMNIS dan Dephan serta institusi terkait lainnya dalam mendukung kemandirian pengembangan otomotif pertahanan nasional.

Humas Ristek

KASAD Terima Dubes Korea Utara


Parade militer AB Korea Utara. (Foto: trendsupdates.com)

30 Desember 2009, Jakarta -- Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal TNI George Toisutta menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Republik Rakyat Demokratik Korea, Mr. Jong Chun beserta staf Kedubes, di Markas Besar Angkatan Darat, Jakarta, Selasa (29/12).

Kepada tamunya Kasad mengatakan, TNI Angkatan Darat memiliki tugas yang sangat strategis antara lain menjaga keutuhan wilayah serta kedaulatan darat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugas tersebut, TNI Angkatan Darat senantiasa berupaya meningkatkan profesionalisme keprajuritan yang antara lain dilaksanakan dengan peningkatan program pendidikan dan latihan termasuk kerjasama dengan Angkatan Darat negara-negara sahabat.

Selama ini antara TNI Angkatan Darat dan Angkatan Darat Republik Rakyat Demokratik Korea belum ada hubungan kerjasama. Karena itu pertemuan ini diharapkan menjadi awal terwujudnya hubungan kerjasama antara kedua Angkatan Darat. Pada tingkat Mabes TNI Angkatan Darat dapat diawali melalui program Army to Army Talks dalam bentuk pertukaran kunjungan Perwira Senior, program pertukaran pendidikan, latihan bersama dan lain-lain, yang akan menjadi payung hukum bagi pelaksanaan hubungan kerjasama antara kedua Angkatan Darat yang tentunya harus berlandaskan saling menghargai, menghormati dan menguntungkan, kata Kasad.

Kasad berharap melalui kunjungan kehormatan ini dapat menjadi titik awal terwujudnya hubungan kerjasama TNI Angkatan Darat dan Angkatan Darat Republik Rakyat Demokratik Korea dimasa yang akan datang.



DISPENAD

TNI AL Selamatkan Uang Negara Rp13,8 Triliun




Dua anggota TNI AL, berdiri di di atas geladak salah satu dari delapan kapal ikan berbendera China, yang berhasil ditangkap kapal patroli Departemen Kelautan dan Perikanan, di dermaga Stasiun PSDKP di Sungai Rengas, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Rabu (24/6). Kapal Patroli Departemen Kelautan dan Perikanan menangkap delapan kapal ikan asal China yang masing-masing bermuatan 130-150 ton ikan di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE), Laut Cina Selatan. Selanjutnya, delapan kapal yang menggunakan alat tangkap trawl atau pukat harimau, beserta 77 anak buah kapal tersebut, akan diserahkan kepada TNI AL sebagai penyidik dalam proses penyelesaian illegal fishing. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/09)

29 Desember 2009, Jakarta -- Sepanjang 2009, TNI Angkatan Laut menyelamatkan kekayaan negara sebesar Rp13,8 triliun dari berbagai operasi menangani kejahatan laut di wilayah Republik Indonesia.

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Agus Suhartono dalam silahturahmi akhir tahun dengan kalangan media massa di Jakarta, Selasa (29/12), mengatakan, dalam penegakan hukum, TNI AL telah menindak berbagai kasus seperti pencurian ikan, penyelundupan kayu, pasir, timah, dan CPO.

Dari berbagai kejahatan laut yang ditindak itu, antara lain TNI AL memeriksa 2.369 kasus perikanan. Sekitar 117 di antaranya telah diproses hukum dengan potensi kekayaan negara yang bisa diselesaikan sebesar Rp2,4 tiriliun.

Untuk kasus penyelundupan kayu sebanyak 16 kasus dengan potensi kekyaan negara yang bisa diselamatkan sebanyak Rp52,4 miliar. Lantas, kejahatah laut lainnya seperti penyelundupan granit, pasir timah, dan lain-lain sebanyak 109 kasus dengan potensi kekayaan negara yang diselematkan sebesar Rp11,3 triliun.

"Berdasar capaian itu, maka total potensi kekayaan negara yang berhasil diselamatkan sebesar Rp13,8 triliun atau naik dibanding 2008 sebesar Rp13,7 triliun," kata Agus Suhartono. Selain operasi militer perang, pihaknya juga melakukan dalam bentuk bantuan penanganan bencana, membantu proses pembangunan negara, kegiatan diplomatik melalui pertukaran perwira dan penugasan belajar ke China, Australia, dan Singapura. "Kami juga mengirimkan personel kita dalam misi perdamaian PBB seperti di Lebanon, Kongo, Somalia dan Nepal," ungkap Kasal.

Sosialisasi UU No 45/2009 Tentang Perikanan

Pencurian ikan dari perairan teritori Indonesia masih terus berlanjut, sehingga kekayaan nusantara terkuras oleh kegiatan illegal fishing. Seorang prajurit TNI AL berjaga di depan 32 nelayan Thailand yang tertangkap karena melakukan ilegal fishing di Tanjung Pinang, Selasa (9/12). Empat buah kapal Thailand ditangkap oleh KRI Tjut Nyak Dien di perairan Natuna pada 5 Desember 2008 lalu karena melakukan kegiatan ilegal Fishing. (Foto: VIVANews)

Sosialisasi Undang-Undang nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan kepada jajaran TNI Angkatan Laut wilayah Jakarta, dilaksanakan di Aula Yos Soedarso, Markas Komando Armada RI Kawasan Barat (Mako Armabar), Jalan Gunung Sahari Raya No 67, Jakarta, Senin (28/12).

Panglima Koarmabar (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Marsetio, MM, didampingi Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (P2SDKP), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Dr Ir Aji Sularso, MMA, membuka Sosialisasi Undang-Undang nomor 45 tentang Perikanan mengatakan, Melalui sosialisasi yang dilakukan oleh tim dari DKP, kita akan memperoleh penjelasan mengenai isi maupun esensi Undang-Undang nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan dari sumbernya, sehingga pada gilirannya kelak akan dapat menjadi pedoman, khususnya bagi para Perwira Penyidik TNI Angkatan Laut selaku penegak hukum di laut, katanya.

Menurut Kadispen Koarmabar Letkol Laut (Kh) Drs Supriyono, Dirjen P2SDKP yang memimpin diskusi dan tanya jawab, antara lain menjelaskan alasan Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan perlu direvisi karena belum mampu mengantisipasi perkembangan teknologi, perkembangan kebutuhan hukum, serta belum dapat menjawab permasalahan dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya.

Dirjen P2SDKP juga mengatakan, bahwa substansi yang dilakukan perubahan pada Undang-Undang No 31 tahun 2004 meliputi pengawasan dan penegakan hukum menyangkut masalah penerapan sanksi hukum acara; pengelolaan perikanan antara lain konservasi, perizinan, dan kesyahbandaran; serta perlunya perluasan yurisdiksi pengadilan perikanan sehingga mencakup seluruh wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.

Hadir pada kegiatan ini Kepala Staf Armabar (Kasarmabar) Laksamana Pertama (Laksma) TNI Hari Bowo, Komandan Lantamal III Jakarta Laksma TNI Johnny E Awuy, dan pejabat teras Koarmabar.


MEDIA INDONESIA/PELITA

Radar Pemantau TNI AU di Merauke Beroperasi 2011

Radar Master-T.

25 Desember 2009, Biak -- Radar pemantau milik TNI Angkatan Udara (AU) yang akan dibangun di Kabupaten Merauke, Papua, dijadwalkan beroperasi tahun 2011 mendatang, guna memantau aktivitas di udara, termasuk penerbangan di perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea.

Panglima Komando Sektor (Kosek) IV Pertahanan Udara Nasional Biak Marsekal Pertama TNI Hadiyan Sumintaadmadja di Biak, Selasa, mengatakan, pembangunan fasilitas fisik markas satuan radar di Kabupaten Merauke akan dilakukan mulai Juni-Juli 2010.

"Sesuai rencana program kerja Kosek IV Hanudnas Biak diharapkan markas satuan Radar Merauke sudah difungsikan tahun 2011, hingga saat ini berbagai persiapan pembangunan fisik sudah dimulai," kata Marsekal Pertama Hadiyan.

Dia menyebutkan, letak geografis Kabupaten Merauke yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua New Guunea dan Australia menjadi fokus perhatian pembangunan radar pemantau pesawat udara.

Ia menyebutkan, selain satuan radar Merauke, pihaknya juga pada tahun 2011-2012 akan membangun markas satuan radar di Timika, Kabupaten Mimika serta radar di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.

Sementara dalam program jangka panjang Kosek IV Hanudnas Biak, lanjut jenderal berpangkat bintang satu itu mengatakan, pembangunan satuar radar juga akan dilakukan di Sorong, Ambon dan Jayapura.

Menyinggung mengenai kasus pelanggaran udara di wilayah Satuan Radar Biak, menurut Marsekal Pertama Hadiyan, hingga tahun 2009 tidak ditemukan satupun kasus pelanggaran udara oleh penerbangan sipil.

Dibandingkan dengan tahun 2008, lanjut Hadiyan, kasus pelanggaran udara yang dimonitor satuan radar Biak kurang lebih 30 kali, semenara selama tahun 2009 tidak ada.

"Dampak dari beroperasinya satuan radar di Biak sangat nyata karena bisa mengawasi penerbangan udara yang melintas di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Marksekal Pertama Hadiyan.


ANTARA/DEPHAN

Myanmar Borong 20 MiG-29 Dibawah Sangsi Barat

MiG-29 AU Jerman.



25 Desember 2009 –- Myanmar dan Rusia menandatangani kontrak pembelian 20 jet tempur MiG-29 senilai hampir 600 juta dolar, diberitakan media Rusia Pravda.Ru, Kamis (24/12).

Pada 2001, Rusia mengirimkan 12 MiG-29 ke Myanmar diungkapkan Wakil Direktur Institut Analisa Politik dan Militer Alexander Khramchikhin pada Pravda.Ru.

Meskipun pemerintah junta militer Myanmar dikenakan sangsi oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat terkait pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia). Myanmar masih dapat memperkuat angkatan bersenjatanya dengan membeli senjata dari Cina, India dan Rusia.

Rusia mengalahkan Cina yang menawarkan jet tempur modern Chengdu Jian J-10 dan FC-1/JF-17 menurut sebuah sumber di Rosoboronexport.

Chengdu Jian J-10.

FC-1/JF-17.


Kontrak pembelian ini merupakan yang terbesar untuk penjualan MiG-29. Setelah Aljazair menolak menerima 34 MiG-29 senilai 1,406 milyar dolar pada 2007 karena kualitas lebih rendah daripada yang diharapkan Aljazair. Jet tempur tersebut dikembalikan ke Rusia di tahun 2008, selanjutnya dioperasikan oleh Angkatan Udara Rusia.

Setelah insiden pengembalian oleh Aljazair, Rusia hanya menjual dapat menjual 6 MiG-29 ke Sri Lanka dan menghibahkan 10 pesawat ke Lebanon.

Pravda.Ru

Kapal Patroli Kelas Dunia dari Banyuwangi


Salah satu produksi PT Lundin Industry Invest dari tipe Interceptor X2K. (Foto: Lundin)

20 Desember 2009 -- Selain mengandalkan kapal yang diproduksi BUMN,TNI khususnya TNI AL juga bekerja sama dengan perusahaan dalam negeri yang memproduksi kapal- kapal berukuran kecil yang digunakan untuk patroli keamanan di laut.

Salah satunya adalah menjalin kerja sama dengan PT Lundin Industry Invest. PT Lundin Industry Invest didirikan sejak tahun 2002 oleh pasutri John Ivar Allan Lundin yang berkebangsaan Swedia dan Lizza Lundin yang berkebangsaan Indonesia.

John Lundin memulai kehidupan kerjanya dalam sebuah perusahaan keluarga “Swede Ship”,di mana mereka bertanggungjawab membangun kapal-kapal patroli militer dengan panjang 10–30 meter, kapal penumpang berkecepatan tinggi dengan model catamaran (kapal dengan lambung ganda yang bersebelahan) berukuran 40–50 meter,dan beberapa yachts mewah berukuran besar,dengan panjang 44 meter.

Agar perusahaannya berkembang, Lundin dan Lizza akhirnya membentuk PT Lundin Industry Invest yang pabriknya berada di Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Kab Banyuwangi. Seluruh kapal yang diproduksi PT Lundin Industry Invest dinamai dengan North Sea Boats.

Segmen pasar PT Lundin Industry Invest awalnya adalah kapal pleasure, kemudian berkembang ke bidang komersial dan persewaan kapal. Bahkan, sekarang telah memperluas pasar melalui kerja sama dengan beberapa lembaga seperti Coast Guard, Search & Rescue (SAR), dan kekuatan militer dari dalam maupun luar negeri. Hingga kini PT Lundin Industry Invest telah bekerja sama dengan berbagai pihak di dalam dan luar negeri,baik dari unsur pemerintah maupun swasta.

“Fokus kami adalah membangun kapal dengan menggunakan desain cutting edge yang menggabungkan kekuatan, daya tahan, efisiensi, kenyamanan, dan nilai ekonomis,” kata Lizza yang juga direktur sekaligus pemilik PT Lundin Industry Invest. Dia menjelaskan, beberapa jenis kapal yang diproduksi antara lain model catamaran dengan panjang 12 meter yang tersedia dalam combat, patrol, VIP transfer, workboat, dan juga versi pleasure.

Selain itu, model lambung tunggal sepanjang 11 meter yang tersedia dalam tiga tipe seperti kapal penyergap (interceptor), diving/workboat, dan sport & fishing. Model lainnya adalah rigid hull inflatable berukuran 11,5 meter yang digunakan untuk pasukan khusus,operasi khusus, interceptor, SAR, dan versi workboat.

Dari unsur pemerintah di dalam negeri, saat ini pihaknya bekerja sama dan telah mengirimkan kapal untuk TNI-AL,Badan SAR Nasional (BASARNAS), Badan Koordinasi Keamanan Laut (BAKORKAMLA), dan Pemda Kabupaten Wakatobi (Sulawesi Tenggara).

“Saya bangga karena dapat membantu pertahanan nasional dan kapal-kapal kami yang berkualitas dunia ini dikerjakan oleh anak-anak bangsa,” jelas wanita asal Banyuwangi kelahiran 8 Juli 1970 ini. Sedangkan pelanggan non-pemerintah dari dalam dan luar negeri antara lain dari World Wild Foundation (WWF), Conservation International Indonesia (CII), The Nature Conservancy (TNC), serta beberapa hotel dan operator kapal sewaan lainnya.


Interceptor X2K saat diuji coba. (Foto: Lundin)

Selain itu, PT Lundin Industry Invest telah menyerahkan kapal sekoci cepat (rigid inflatable boats/RIB) X2K ke Unit Operasi Khusus Kepolisian Malaysia dan berpartisipasi dalam tender untuk memasok kapal RIB ke Pemerintah Brunei.“Melalui jaringan agen kami yang berada di luar negeri, kami telah menyerahkan sekitar 20 unit kapal X2K model sport ke negara-negara seperti Thailand, Kamboja, Malaysia, Hong Kong, Dubai, Australia, dan Italia,” tuturnya.

PT Lundin Industry Invest telah bekerja sama dengan TNI AL sejak ditandatanganinya MoU pada tahun 2007 dan telah menyerahkan kapal pertamanya Kapal Combat Catamaran X38 dengan fitur desain stealth yang bisa melakukan pendaratan. “Kami juga telah menyerahkan delapan unit combat catamaran dan pada tahun 2009 dan empat unit kapal catamaran yang dirancang khusus untuk pasukan khusus serta 12 unit X2K RIB untuk pasukan khusus TNI AL,” ungkapnya.

Combat Catamaran X38.

Sebagai produsen kapal berkelas dunia, PT Lundin Industry Invest juga memiliki International Marine Certification Institute (IMCI) atau Certicate Europe (CE) agar produknya diterima di kawasan Asia dan Eropa. Pabrik PT Lundin Industry Invest yang berada di Banyuwangi memproduksi kapal sesuai pesanan dengan produksi normal hingga 12 unit Kapal catamaran dan 16 unit kapal RIB per tahun.

“Kami memiliki sekitar 150 karyawan dengan bermacam keahlian antara lain bidang composite construction, engineering, Listrik,CAD, metal fabrication, upholstery, spray, pemasaran, dan manajemen,”jelasnya. Untuk mengembangkan pemasarannya di dalam dan luar negeri, PT Lundin Industry Invest telah bekerja sama dengan sebuah pabrik kapal di Belanda yang telah memproduksi Kapal X38 catamaran di bawah lisensi perusahaan tersebut.“

Kami juga memiliki kantor cabang di Singapura, Surabaya, dan Bali,”tandasnya. Bahan baku yang diperlukan untuk membuat bagian-bagian kapal antara lain hulls (lambung) dan deck menggunakan material komposit sandwich core panel untuk meningkatkan kekuatan dan mengurangi berat badan kapal sehingga memberikan nilai ekonomis karena irit bahan bakar.

Penguatan bahan dan laminasi komposit berteknologi tinggi ini menggunakan bahan-bahan berteknologi tinggi. Untuk mempertahankan kualitas yang konsisten,semua bahanbahan konstruksi yang digunakan memiliki sertifikasi dari Lloyds’ yang diimpor.Jadwal laminate composite untuk kapal militer dan patrol didasarkan pada persyaratan untuk high speed militer dari Det Norske Veritas (DNV) yang merupakan pelopor dalam hal Lingkungan Klasifikasi Kelautan.




Seputarindonesia

Rusia Tawarkan Lisensi Sukhoi ke Indonesia

JAKARTA--Hingga 2009, Indonesia akan membeli enam unit jet tempur Sukhoi SU-30 buatan Rusia. Negeri Beruang Merah itu bersedia melakukan transfer teknologi untuk mempermudah perawatan Sukhoi di dalam negeri pembeli.



Bahkan, bila Indonesia mampu, Rusia siap memberikan lisensi pembuatan Sukhoi seperti diperleh India dan Cina. ''Tentu saja kita bisa berikan. Secara politis tidak ada masalah, Indonesia adalah negara sahabat untuk Rusia,'' kata Deputi I - Russian Federation Committee on Military Technical Cooperation, Alexander V Denisov, menjawab Republika usai menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) kerja sama pengadaan senjata dengan Departemen Pertahanan Indonesia, akhir pekan lalu.

Namun dia juga mengingatkan, produksi Sukhoi sangat mahal dan merupakan proyek besar sehingga memerlukan industri dirgantara yang kuat. Denisov menolak menyebut angka investasi yang diperlukan serta nilai lisensi Sukhoi. Indonesia mempunyai PT Dirgantara Indonesia (DI) yang memproduksi suku cadang pesawat penumpang terbesar Airbus A-380. Bahkan pernah membuat suku cadang pesawat tempur F-16 buatan AS.

PT DI juga membuat pesawat angkut CN-235 dan akan terlibat dalam pembuatan pesawat Skytruck dari Polandia. Namun Denisov mengingatkan, memproduksi pesawat tempur utuh berbeda dengan memproduksi suku cadang.

''Ada perbedaan besar antara produksi suku cadang dan produksi jadi yang perlu kualifikasi ahli. PT DI harus mendatangkan para ahli Rusia bila industri strategis itu akan membuat Sukhoi,'' tukas Denisov.

Ada juga cara lain, seperti yang dilakukan Rusia dengan India. Kedua negara mendirikan pabrik patungan di India untuk memproduksi rudal anti kapal PJ-10 Brahmos, pengembangan dari rudal Yakhont yang pernah dibeli TNI AL. Namun Denisov lagi-lagi mengingatkan, produksi bersama harus dilaksanakan dalam volume yang besar dan investasi datang dari kedua belah pihak. Perundangan kedua negera pun harus disesuaikan satu sama lain. 'Kami siap bekerja sama dalam hal ini. Ini bukan sesuatu yang baru bagi kami,'' ujarnya.

Pesawat multimisi Su-30 yang dikembangkan dari SU-27 adalah pesawat multimisi yang diproduksi Rusia sejak 1996. Setelah melakukan negosiasi selamabertahun-tahun, India akhirnya membeli 40 buah SU-30 beserta lisensinya. India akan memproduksi 140 SU-30 di pabrik Hindustan Aeronautics Limited. Sementara Shenyang Aircraft Industry Company milik Cina, sejak 1995 mendapat lisensi memproduksi 200 buah Su-27 yang diberi nama J-11. Dalam MoU dengan Departemen Pertahanan (Dephan), Rusia sepakat adanya transfer teknologi sebatas untuk pembuatan suku cadang Sukhoi dan senjata buatan Rusia lain kepada BUMN strategis. Ini untuk memudahkan perawatan berbagai peralatan militer produksi Rusia yang segera dibeli dalam beberapa tahun mendatang.

Dirjen Rencana Pertahanan Dephan, Laksamana Muda Yuwendi, mengatakan, selain enam Sukhoi, Indonesia juga akan membeli satu skadron helikopter angkut serbu MI-17 dan satu skadron heli serang MI-35 untuk TNI AD. Untuk TNI AL, akan membeli dua kapal selam. Jenisnya diperkirakan kelas Kilo namun Yuwendi menolak menyebutkan rinciannya.

Semua itu akan dibeli dengan kredit negara (state credit) dari Rusia sebesar 1 miliar dolar AS yang dipatok untuk lima tahun. Yuwendi menambahkan, Dephan telah menghitung kebutuhan belanja senjata TNI dari Rusia hingga tahun 2010 sebesar 1,35 miliar dolar.

''Kemungkinan kita akan minta tambah lagi kredit dari Rusia. Mereka pasti mau memberi,'' kata Yuwendi. Rusia memang kembali memberi kesempatan kepada Indonesia untuk menambah belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista) termasuk Sukhoi. Negara itu menawarkan kredit ekspor dari bank pemerintah Rusia, bank komersil asing, atau bahkan sistem imbal beli.

Sekjen Departemen Pertahanan (Dephan) Letjen Sjafrie Sjamsoeddin juga mengakui, opsi pembiayaan untuk pembelian pesawat Sukhoi dari bank komersil memang dimungkinkan. Namun Sjafrie yakin jet tempur yang ditunggu-tunggu TNI AU itu tetap akan dibeli dengan kredit dari pemerintah Rusia karena dianggap lebih murah.

''Saya pastikan, Juli 2006 pemerintah akan menerima tawaran dari Rusia,'' kata Sjafrie menanggapi adanya opsi kredit ekspor dariBNP Paribas dan Bank of Kuwait untuk pembelian pesawat Sukhoi.


Source : www.infoanda.com

Fly Past Pesawat Tempur


Pesawat F-16 Fighting Falcon, taxi akan memasuki shelter setelah melaksanakan terbang fly past di Dermaga Ujung Surabaya, Rabu, (23/12). (Foto: Pentak Lanud Iswahjudi)

23 Desember 2009, Madiun -- Sejumlah pesawat tempur melaksanakan Fly Past dalam acara Praspa TNI dan Polri 2009. Bertolak dari Landasan Pacu Lanud Iswahjudi, Magetan menuju Dermaga Ujung, Surabaya-Jawa Timur.

Lanud Iswahjudi mengerahkan sebelas pesawat tempur untuk melaksanakan tugas fly past, dalam rangka memeriahkan acara Praspa TNI dan Polri tahun 2009, Rabu (23/12) di dermaga Ujung, Surabaya.

Ke sebelas pesawat tempur tersebut terdiri dari tiga jenis yakni F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 3, F-5 TigerII dari Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi dan Sukhoi Su-30 dari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, masing-masing empat, empat dan tiga pesawat.

Semuanya bertolak dari landasan pacu Lanud Iswahjudi, berturut-turut F-16 Fighting Falcon, terdiri dari TS-1603 diawaki oleh Mayor Pnb Ali S. dan Kapten Pnb Apri, TS-1611 Kapten Pnb Anjar, TS-1605 Lettu Pnb Agus dan TS-1602 oleh Mayor Pnb Firman dan Mayor Pnb Mayzir, take off pukul 08.38 waktu setempat.

Menyusul sesudahnya F-5 Tiger II terdiri dari TS-0514 dipiloti oleh Komandan Skadron Udara 14 Mayor Pnb Budi A. dan Lettu Pnb Arfi, TS-0501 Lettu Pnb Suta, TS-0516 Mayor Pnb Arif dan Lettu Pnb Hendri dan TS-0509 oleh Lettu Pnb Ferel, mengudara pukul 08.10.

Sukhoi Su-30 fly past. (Foto: detikSurabaya/Zainal Effendi)


Sedangkan Sukhoi SU-30 terdiri dari TS-3003 dipiloti Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb Toni dan Mayor Pnb Tamboto, TS-3001 Mayor Pnb Untung S. dan Lettu Baskoro, TS-0305 oleh Mayor Pnb Dedy dan Lettu Pnb Gusti, take off pukul 08.43.

Usai Fly Past dengan Formasi Box di atas lokasi upacara Praspa Akademi TNI dan Polri dermaga Ujung Surabaya semua pesawat lansung kembali dan landing pada pukul 09.20 untuk F-16 Fighting Falcon, disusul F-5 TigerII pukul 09.32 dan terakhir Sukhoi SU-30 pada pukul 09.51, semua dalam keadaan aman.

Kepala Dinas Operasi Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Andyawan M.P. saat mengakhiri briefing pagi sebelum penerbangan menyampaikan pesan kepada para pilot yang akan melaksanakan tugas fly past Praspa Akademi TNI dan Polri 2009, agar mengawali kegitan dengan semangat dan diakhiri dengan selamat.

PENTAK LANUD ISWAHJUDI

Sukhoi PAK FA Dapat Diuji Coba Akhir 2009



23 Desember 2009 -- Rusia dapat memulai pengujian jet tempur generasi kelima pada akhir 2009 atau awal 2010, ungkap Wakil Perdana Menteri Rusia Sergei Ivanov, Rabu (23/12) diberitakan Kantor Berita RIA Novosti.

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Vladimir Popovkin mengatakan jet tempur yang telah dikembangkan sejak era tahun 1990-an, akan dioperasikan oleh Angkatan Udara pada 2015.

Rusia diketahui mengembangkan proyek jet tempur generasi kelima Sukhoi PAK FA dan saat ini prototipenya dikenal dengan T-50. Jet tempur ini dikembangkan untuk menyaingi jet tempur siluman buatan Amerika Serikat F-22 Raptor dan F-35 Lightning II.

Uji terbang perdana T-50 tertunda terus sejak awal 2007 dengan alasan tidak jelas.

KASU Rusia Alexander Zelin pada Agustus 2009 mengungkapkan penundaan disebabkan masalah mesin dan riset terus berjalan.

Sukhoi PAK FA akan dipersenjatai rudal udara ke udara, udara ke permukaan dan udara ke kapal generasi baru serta dilengkapi dua kanon 30 mm.




RIA Novosti/@beritahankam

Kontrak Pengadaan Alutsista Tetap Jalan


Rudal C-705 sedang dikaji TNI AL untuk dipasang di kapal perang jenis patroli cepat dan fregat kelas Ahmad Yani. (Foto: Prasun K Sengupta)

21 Desember 2009, Jakarta -- TNI menyatakan bahwa kontrak yang telah ditandatangani pada awal Desember bersama Departemen Pertahanan, Kementerian Negara BUMN, dan Kepolisian RI menjadi harga mati. Meski mereka menyusun ulang rencana strategis kebutuhan alutsista, TNI meyakinkan tak akan ada perubahan atas komitmen tersebut.

"Sudah, namanya juga kontrak. Kalau sudah kontrak itu sudah kartu mati. Mudah-mudahan terlaksana dan terealisir," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/12).

Ia menyatakan bahwa penyusunan ulang renstra diutamakan untuk jangka pendek. Penyusunannya, sambung dia, mengacu pada program pembangunan kekuatan yang sudah ada. Perubahan itu akan dibahas kembali oleh angkatan dan Mabes TNI untuk diserahkan kembali pada Dephan.

"Untuk yang sudah diprogramkan, kan tidak mungkin berubah setengah tahun. Perubahannya perlu waktu lama. Jadi, ga mungkin, TNI AD misalnya, hari ini minta perubahan persnjataan yang mau dibeli kemudian disetujui Dephan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya Agus Suhartono menyatakan bahwa kapal-kapal perang Republik Indonesia akan dipersenjatai peluru-peluru kendali buatan China.

KSAL menyatakan puas atas hasil uji coba peluru kendali C-802. Pihaknya menyatakan bahwa pengadaannya sedang dilanjutkan dan tengah dalam proses di Dephan. "Kami telah melakukan uji coba dan menggunakan peluru kendali C-802, hasilnya bagus. Pengadaannya kita lanjutkan dan kini tengah dalam proses di Dephan," jelas KSAL.

Selain peluru kendali C-802, pihaknya juga tengah menjajaki rudal C-705 yang lebih ramping bentuknya dari negara yang sama. Kedua rudal tersebut akan dipasangkan pada kapal patroli cepat dan kapal perang jenis speijk.

"Untuk membuat peluru kendali, kita belum mampu. Masih harus mengandalkan dari luar negeri. Tetapi, kalau mengintegrasikan sistem tempur kapal-kapal perang kita, PT PAL sudah mampu," sahutnya.

Terkait dengan penyusunan cetak biru, KSAL menyatakan bahwa pihaknya masih memetakan persenjataan dan perlengkapan apa saja yang dapat diserahkan pengadaan dan penanganannya pada PT PAL. TNI AL juga secara bertahap akan memensiunkan 27 armada perang untuk diganti dengan alat yang lebih canggih.




MEDIA INDONESIA

F/A-18F Super Hornet














TNI AL dan PT PAL Semakin Kompak


KRI Banjarmasin 592

KRI Banjarmasin 592

TNI AL ingin melibatkan dan memaksimalkan keberadaan galangan dalam negeri,salah satunya PT PAL Indonesia.Tujuannya untuk menyiasati keterbatasan anggaran Dephan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap asing.

KRI Banjarmasin 592Terhitung mulai 2009,TNI Angkatan Laut (AL) mulai mengubah ‘tradisi’ pengadaan Alat Utama Sistem Pertahanan( Alutsista),terutamakapalperang. Jika sebelumnya pengadaan dilakukan dengan membeli kapal jadi dari luar negeri,itu sudah mulai ditinggalkan. TNI AL ingin melibatkan dan memaksimalkan keberadaan galangan dalam negeri,salah satunya PT PAL Indonesia.

Ini untuk menyiasati keterbatasan anggaran Departemen Pertahanan (Dephan) sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap asing terkait perlengkapan militer. Program yang digulirkan adalah dengan melibatkan PT PAL Indonesia dalam pembuatan kapal perang.Terakhir,PT PAL Indonesia yang berada di Ujung,Surabaya,menyerahkan KRI Banjarmasin-592 berjenis Landing Platform Deck (LPD).

Ini merupakan kapal ketiga dari empat yang direncanakan. KRI Banjarmasin-592 lebih istimewa karena dirakit di galangan kapal PT PAL Indonesia,walaupun secara teknologi masih bekerjasama dengan Daewoo International Corporation Shipbuilding, Korea Selatan. Sedangkan dua pendahulunya, KRI Makassar-590 dan KRI Surabaya-591 sepenuhnya dikerjakan di Korea Selatan. Untuk pembuatan KRI Banjarmasin- 592, tenaga ahli dari Korea Selatan bertugas sebagai supervisi.

KRI  MakasarKeberhasilan merakit kapal perang di galangan kapal dalam negeri ini yang disebut-sebut sebagai keberhasilan melaksanakan Transfer of Technology terhadap industri strategis nasional. “Kita harus mulai percaya diri terhadap kemampuan sendiri,” jelas Kadispen TNI AL Laksamana Pertama Iskandar Sitompul SE. Pihaknya optimistis galangan dalam negeri mempunyai kemampuan untuk membuat kapal perang, walaupun untuk sementara masih butuh supervisi dari tenaga ahli luar negeri.

Transfer of Technology akan dilakukan secara bertahap, sesuai dengan kemampuan galangan yang ada. Pihaknya mengakui tidak semua peralatan militer bisa dibuat di dalam negeri, misalnya rencana pengadaan dua kapal selam yang masih akan memesan ke luar negeri. KRI Banjarmasin-592 bisa disebut sebagai titik tolak galangan dalam negeri dalam produksi alutsista.

Melihat spesifikasinya, kapal tersebut tergolong luar biasa,memiliki berat 7300 ton dengan panjang 122 meter dan lebar 22 meter.KRI Banjarmasin juga mampu mengangkut 507 pers-onel, 13 unit tank dan dua unit Landing Craft Vehicles. Dengan kecepatan maksimal 15 knot, kapal dilengkapi senjata kaliber 57 mm dan dua unit kaliber 40 mm. Kapal yang juga dilengkapi dengan landasan heli super puma tersebut diawaki 100 orang ABK.

multi role helicopter dockBerhasil memproduksi KRI Banjarmasin- 592,TNI AL akan rencananya memesan sejumlah kapal baru. Seperti yang pernah disebut Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Agus Suhartono, TNI AL berencana membuat sebuah kapal berpeluru kendali.Sama dengan KRI Banjarmasin - 592, rencananya kapal tersebut akan melibatkan galangan dalam negeri yang bekerjasama dengan asing.

Selain itu TNI AL juga akan membuat kapal dengan kemampuan landing craft vehicle dengan daya tampung lebih besar. Layaknya sebuah kapal induk, kapal tersebut direncakan bisa menampung lima atau lebih helikopter sekaligus. Ini merupakan kemajuan tersendiri karena TNI AL belum pernah memiliki kapal yang bisa menampung heli lebih dari satu.

Sebagai gambaran, kapal yang juga bertipe LPD ini dirancang secara khusus untuk mampu dibebani senjata 100mm dan dilengkapi dengan ruang untuk sistem kendali senjata (Fire Control System) yang memungkinkan kapal mampu melaksanakan self defence. Sekaligus mampu melindungi pendaratan pasukan dan kendaraan taktis dan tempur, serta untuk pendaratan helikopter.

KRI TarihuAdapun spesifikasi kapal nantinya adalah untuk Landing Craft Carrier, yakni dilengkapi Class Landing Craft Unit untuk pendaratan pasukan sepanjang 23 meter. Juga mampu mengangkut kendaraan tempur seperti tank, dengan rincian combat vehicle 22 unit dan tactical vehicle13 unit. Total personel yang terangkut dalam kapal adalah 507 personil, termasuk pasukan dan kru kapal.

Kapal dengan total panjang 125 meter ini, selain mempunyai kemampuan tempur, sekaligus bisa digunakan untuk misi kemanusiaan dan penanggulangan bencana karena bisa mengangkut helikopter sekitar lima unit. Dalam waktu dekat PT PAL Indonesia juga akan mengembangkan desain untuk kapal Korvet 1300 ton dan 1500 ton,termasuk desain Kapal Pemburu Ranjau 600 ton.Itu belum termasuk kapal berpeluru kendali yang akan dipesan TNI AL pada 2010 mendatang.

Dari sisi teknologi, untuk mendukung misi kapal perang, setiap kapal perang di lengkapi dengan komputer sistem navigasi, sistem komunikasi pengontrolan yang canggih dan standar alat perang dengan spesifikasi yang terpasang, tentunya tergantung permintaan. Sejarah pembuatan kapal untuk TNI AL dimulai dari KPC 57 Meter-NAV 1 buatan 1988. Kapal yang dibuat dua unit ini mempunyai panjang total 58,10 meter dan kecepatan maksimal 30 Knot.

KRI HiuDengan daya angkut 454 Ton dan berpenumpang 42 orang, kapal ini mempunyai kekuatan 2×4130 Horse Power (HP). Generasi selanjutnya adalah KPC 57 meter-NAV II yang diluncurkan dua unit pada 1989. Spesifikasinya sama persis dengan NAV I, namun ada pembaruan dari sisi tampilan, di mana NAV II terlihat lebih modern dan ‘futuristik’ dibandingkandenganpendahulunya. Masih dengan ukuran 57 Meter, PT PAL selanjutnya membuat pesanan KPC NAV III pada 1992 dan 1995 sebanyak tiga unit.

Sekali lagi, kemampuan dan spesifikasi kapal ini ibarat fotocopy dua kapal sebelumnya. Hanya penampilan saja yang diubah mengikuti perkembangan zaman. Itu ternyata masih berlaku di KPC NAV IV dan NAV V yang dirilis pada 2000, 2002 dan 2003. PT PAL masih memakai spesifikasi KPCKPC sebelumnya.Hanya teknologi seperti radar, navigasi dan sistem persenjataan yang dibuat lebih komplit dan mengikuti perkembangan yang ada.

Kapal  Selam Mini 22mBagaimana dengan kapal selam? Nampaknya Indonesia masih harus banyak belajar dan bersabar. Pasalnya sejauh ini galangan dalam negeri belum mampu membuat satu pun kapal selam. Bahkan TNI AL rencananya kembali memesan kapal selam dari negara lain. Seperti pernah diungkapkan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Agus Suhartono, TNI AL masih mempertimbangkan tiga negara yang dianggap memiliki teknologi kapal selam termutakhir, yaknia Belanda, Rusia dan Korea Selatan.


Sindo

----------------------

Support Palestine