PT. DI akan Produksi Helikopter Fennec dan Ecuirrel

AS550 C3 AS550 C3 Fennec. (Foto: Eurocopter/Céline SIMONPAOLI)

4 Juli 2011, Jakarta (Kontan): PT Dirgantara Indonesia bakal mengembangkan dua helikopter baru untuk menggantikan NBO 105 yang produksinya bakal berakhir tahun ini. Pengembangan dua jenis helikopter itu merupakan hasil kerjasama dengan perusahaan asal Eropa, Eurocopter.

Juru bicara PT Dirgantara Indonesia, Rakhendi Triyatna mengatakan dua helikopter yang akan diproduksi masih sejenis dengan helikopter NBO 105. Kedua jenis helikopter yang akan diproduksi adalah Fennec dan Ecuirrel. "Kami sudah menandatangani kerjasama lanjutan dengan Eurocopter minggu lalu," kata Rakhendi, Senin (4/7).

Rakhendi mengatakan produksi NBO 105 yang berakhir tahun ini juga bekerjasama dengan Eurocopter sejak 1976. Hingga tahun 2011, PT Dirgantara Indonesia sudah memproduksi 123 unit NB 105. Dirgantara Indonesia juga bekerjasama dengan Eurocopter sejak 1982 untuk membuat helikopter Super Puma.

Selain itu, mereka juga bekerjasama dalam memproduksi helikopter EC 725 dan EC225, namun Dirgantara Indonesia hanya membuat badan dan ekor helikopter. Sedangkan perakitannya dilakukan oleh Eurocopter di Prancis.

Produksi dua helikopter terbaru menurut Rakhendi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri terutama untuk TNI. Demikian juga dengan dua helikopter terbaru yang akan diproduksi menurutnya akan memenuhi kebutuhan pasar baik TNI atau SAR. "Selain untuk kebutuhan dalam negeri, helikopter yang diproduksi juga akan dipasarkan ke negara tetangga," kata Rakhendi.

Rakhendi berharap produksi dua jenis helikopter terbaru dapat dilakukan secepatnya. Namun dia belum bisa memastikan waktunya karena pembicaraan yang dilakukan dengan Eurocopter masih tahap awal.

Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom) Bambang S Ervan mengatakan Dirgantara Indonesia pasti sudah mempertimbangkan pasar dari dua jenis helikopter terbaru yang akan diproduksi. Namun jika helikopter itu merupakan pengembangan dari NBO 105, maka menurutnya akan cocok dengan kebutuhan pasar di Indonesia. "Selain untuk kebutuhan TNI dan SAR, bisa juga dipergunakan oleh perusahaan pertambangan dan kebutuhan pesawat charter," kata Bambang.

Source : Kontan

Indonesia Berupaya Tingkatkan Industri Pertahanan Dalam Negeri

Roket Produk PT Pindad (Foto Berita Hankam)Jakarta - INDUSTRI pertahanan dalam negeri diharapkan bisa mandiri. Untuk itu perlu upaya pembinaan dari pemerintah pada pelaku industri pertahanan agar produk pertahanan Indonesia dapat dipercaya oleh konsumen di dalam dan luar negeri.

“Ada langkah-langkah untuk menyukseskan rencana pembangunan alutsista jangka panjang yang dipasok di dalam negeri, pertama perlu ada konsistensi pengadaan alutsista produk dalam negeri hasil Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS),”kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kementerian Pertahanan (Kemhan) di Jakarta, Senin (27/6).

Purnomo menambahkan, langkah kedua dari Kemhan adalah dengan menyiapkan program offset dalam rangka pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (alutsista). Program ini diaplikasikan dengan alih produksi dan teknologi alutsista dari luar negeri.

“Juga offset, yang merupakan bagian dari counter trade, yang merupakan kesepakatan pemerintah sebagai pihak pembeli dengan pihak asing penyedia produk pertahanan guna mengikut sertakan pihak pembeli dalam proses produksi untuk keperluan ToT sebagai prasyarat jual beli. Ini bertujuan untuk membangun kemampuan produksi bagi industri pertahanan,”jelas Purnomo.

Ketiga, kata Purnomo, adalah dengan melakukan Research and Development (R&D), dengan melakukan sinergitas R&D dan alih teknologi. “Maka perlu peningkatan anggaran R&D dan alih teknologi pertahanan agar dapat melakukan kerjasama R&D terkait dengan belanja alutsista,”kata Menhan.

Menhan menambahkan, perlu dilakukan penataan struktur industri pertahanan untuk meningkatkan industri pertahanan yang sesuai kapasitas produksi.

(Source : Jurnas)

Habibie Bujuk Para Ilmuwan RI Pulang Habibie Bujuk Para Ilmuwan RI Pulang Kampung

Mantan Presiden BJ Habibie membujuk 48.000 ilmuwan Indonesia, yang saat ini tersebar di mancanegara, agar pulang kampung. Mereka adalah para ahli yang bekerja di industri dirgantara.

Para ilmuwan diharapkan bisa ikut membangun industri startegis dirgantara Indonesia dan mengembalikan kejayaan industri ini.

“Sekarang sudah ada komitmen baik dari pemerintah, kita harus dukung itu dan itu tugas saya sebagai 'eyang' (kakek),” kata Habibie saat berdialog dengan puluhan mahasiswa UGM di Yogyakarta, Kamis 26 Mei 2011.

Ia menjelaskan, pasca tragedi pesawat MA 60, masyarakat dan pemerintah Indonesia rindu akan kejayaan industri dirgantara pada tahun 1990-an. Namun keinginan tersebut diharapkan jangan sampai masuk ke perangkap untuk berpolemik seperti masa Orde Baru lalu, sehingga industri dirgantara melemah.

Dia menyatakan, industri pesawat terbang dan kapal Indonesia sempat berjaya di masa lalu. Namun tahun 1995 atas keinginan IMF industri yang berhasil memperkerjakan 48 ribu ilmuwan tersebut harus ditutup dengan berbagai alasan.

“Kita dibangkrutkan secara sistematis. Padahal kita sehat, yang memiliki utang itu pihak swasta. Itu siapa? Mereka sendiri yang menanam investasi di sini,” kata Habibie.

Source : vivanews

Artileri Medan TNI-AD Diperkuat Meriam 105 mm KH 178 Buatan Korsel

Uji Tembak Meriam 105 mm KH 178 Buatan Korsel
Pelaksanaan penembakan 6 pucuk meriam 105 mm KH 178 saat uji terima.

Kesenjataan Artileri Medan sejak tahun 1982 telah menggunakan meriam jenis meriam 105 mm M 101 A1 buatan Amerika Serikat. Alutsista ini telah memperkuat persenjataan TNI AD serta meningkatkan Profesionalisme Prajurit Armed dalam mempertahankan keutuhan wilayah NKRI. Dalam kurun waktu 24 tahun sesuai dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan dalam pembentukan satuan baru sesuai Renstra 2009 s/d 2014, maka pimpinan TNI menyetujui untuk pembentukan satuan meriam 105 mm dan rematerialisasi satuan meriam 76 mm.

Setelah melalui beberapa proses pemilihan dan peninjauan maka pimpinan TNI memilih meriam 105 mm KH 178 buatan Korsel sebagai Alusista yang akan memperkuat TNI AD. Sejumlah 3 Batalyon meriam KH 178 pada tahun 2010 dan 2011 akan dialokasikan untuk Rematerialisasi.

(Source : Pussenarmed)

Indonesia Harus Miliki 1.500 Unit Pesawat Untuk Jaga NKRI

Pesawat Tempur Sukhoi TNI AU.
Pesawat Tempur Sukhoi TNI AU.

Makassar - Marsekal TNI AU Eddy Suyanto mengatakan “bahwa Indonesia untuk menjaga wilayah udaranya yang dilewati 6.000 pesawat per hari harus membutuhkan monitoring sampai 24 jam,” katanya saat ulang tahun ke 60 Koopsau di pangkalan udara Sultan Hasanuddin di Makasar kemarin.

menurut Eddy, memerlukan kerja keras dan dedikasi yang memumpuni untuk mengawasi wilayah udara Indonesia karena mengingat terbatasnya jumlah pesawat tempur TNI AU, “Indonesia harus memiliki 1.500 unit, tapi saat ini hanya memiliki 250 unit,” katanya.

Eddy menambahkan bahwa TNI AU memiliki empat sektor, yaitu Jakarta (sektor I), Makassar (sektor II), Medan (sektor III) dan Biak (sektor IV). Sektor II berada di Makassar yang mengawasi Gorontalo, Tarakan, Balikpapan, Malang, dan Jombang. “Penempatan 4 Sektor merupakan rencana strategis TNI AU yang telah disesuaikan dengan anggaran pertahanan dari pemerintah”, katanya.

Menurut Eddy, perencanaan strategis juga diperlukan, termasuk pelatihan dan penambahan pesawat sukhoi. “Pertahanan udara tidak hanya terdiri dari pesawat tetapi sistem radar, pesawat tempur, rudal, dan elemen lain yang harus diperbaiki” tambahnya.

(Source : TEMPO Interactive)

----------------------

Support Palestine