4.758 Prajurit Marinir Uji Tempur di Lampung

31 Januari 2010, Lampung -- Sebanyak empat ribu tujuh ratus lima puluh delapan personel prajurit Korps Marinir menguji kemampuannya di kawasan Brigade Infanteri (Brigif) III Piabung, Lampung.

Selain kemampuan naluri tempur perorangan, prajurit Marinir juga diasah kemampuan lainnya dalam tahap rawa/laut, tahap operasi darat, dan tahap gunung atau hutan.

Pembukaan latihan secara resmi digelar di Pantai Caliki, Padang cermin, Pasewaran oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya TNI Agus Suhartono, SE, dalam suatu upacara militer yang dihadiri oleh para Asisten Kasal, Pangkotama TNI-AL, jajaran Muspida Provinsi Lampung, Pimpinan TNI dan Polri di wilayah Lampung serta para tokoh masyarakat Lampung.

Kasal mengatakan, latihan pemantapan terpadu (Lattap) Korps Marinir adalah ajang meningkatkan kemampuan tempur perorangan maupun kemampuan komando pengendalian tingkat regu sampai batalyon. Dengan latihan ini diharapkan Prajurit Korps Marinir dapat meningkatkan kemampuannya sebagai pasukan pendarat yang memiliki kemampuan handal merebut dan menguasai pantai pendaratan serta melakukan pertempuran didarat.

Pada kesempatan latihan ini, Korps Marinir bersama-sama warga turutserta berpartisipasi dengan menanam 10.000 batang pohon trembesi dan lima 5.000 batang pohon bakau. ”Yang nantinya diperkirakan pada usia dewasa akan menyerap 280 ribu ton karbondioksida per tahun,” kata kasal.

Pemantapan Terpadu (Lattap) Korps Marinir akan berlangsung selama dua bulan sejak 25 Januari lalu hingga 4 Maret 2010.



Dispenmarinir/POS KOTA

Pelaku Dan Pendukung Lattapdu Marinir Wajib Dopper

Pendukung dan Pelaku saat Dopper

Pendukung dan Pelaku saat Dopper

Para pelaku latihan dan pendukung latihan, baik yang berasal dari prajurit - prajurit Korps Marinir yang berada di satuan-satuan tempur maupun dari prajurit - prajurit yang selama ini berdinas di lingkungan staf yang ikut sebagai peserta dalam Latihan Pemantapan Terpadu Korps Marinir 2010 wajib melaksanakan Kegiatan Dopper guna melatih nyali.

Kegiatan Dopper merupakan salah satu kegiatan, dimana para prajurit merayap di suatu medan tanah berlumpur, ditentukan pergerakannya dan berjarak tempuh kira-kira 200 meter. Medan tersebut selain dipasangin dan diledakkan bom TNT juga ditembakkan peluru tajam.

Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan yang wajib digeluti dan dilewati para peserta sebelum para peserta tersebut melaksanakan kegiatan problem latihan selanjutnya.

Problem Latihan selanjutnya tersebut, meliputi: Kegiatan Jurit Marinir tanggal 25 Januari 2010 dengan jumlah personil 195 orang, tanggal 26 Januari 2010 jumlah personil 221 orang, tanggal 27 Januari 2010 jumlah 200 orang, Kegiatan Ilmu Medan Membaca Peta (IMMP) tanggal 25 Januari 2010 jumlah 200 orang, tanggal 26 Januari 2010 jumlah 197 orang, tanggal 27 Januari 2010 jumlah 219 orang, Kegiatan Drill Taktik tanggal 25 Januari 2010 jumlah 222 orang, tanggal 26 Januari 2010 jumlah 200 orang, tanggal 27 Januari 2010 jumlah 214 orang, Kegiatan Drill Banpur tanggal 25 Januari 2010 jumlah 220 orang, tanggal 26 Januari 2010 jumlah 195 orang dan tanggal 27 Januari 2010 jumlah 221 orang.

Usai Dopper, Latihan Pemantapan Terpadu Korps Marinir Tahun 2010 digelar, yang diawali debarkasi pasukan berjumlah 924 orang prajurit Marinir dari KRI Teluk Amboina.



Dispen Korps Marinir

PT DI Rakit 125 Unit Kerangka Helikopter Pesanan Eropa

Helikopter EC725

Helikopter Super Puma Keluaran Terbaru Tipe EC 725

BANDUNG - PT Dirgantara Indonesia pada Januari ini memulai pembuatan kerangka helikopter pesanan perusahaan pabrikan helikopter asal Eropa, Eurocopter. Pesanan berjumlah 125 unit itu ditargetkan bisa dipenuhi sampai 2020.

Permulaan kerja itu ditandai dengan perakitan awal di hanggar PT DI, Rabu (27/1) di Bandung. Hadir dalam acara itu Vice President Airframe Eurocopter (EC) Andreas Stoeckle, President Director Eurocopter Indonesia Henry Stell, dan Direktur Utama PT DI Budi Santoso.

Dalam kerja sama itu, PT DI akan mengerjakan bagian kerangka (airframe) yang terdiri atas ekor (tailboom) dan badan (fuselage) dari helikopter jenis Super Puma keluaran terbaru, EC 725 dan EC 225. ”Kesepakatan produksi dengan EC telah ditandatangani pada 2008. Kerja sama ini sendiri dirintis sejak 1978,” kata Budi.

Pada 1978, PT DI yang masih bernama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) menjalin kerja sama dengan pabrik helikopter Eropa untuk merakit helikopter Puma NAS 330. Kerja sama itu berlanjut dengan pembuatan kerangka helikopter Super Puma NAS 332 sejak 1981. Helikopter EC 725 dan EC 225 yang kini sedang dikerjakan merupakan pengembangan dari helikopter Super Puma Nas 332.

Stell mengatakan, perbedaan mendasar antara EC 725 dan EC 225 terletak pada peruntukannya. Helikopter EC 725 khusus dibuat bagi keperluan militer. Saat ini Angkatan Udara Perancis sudah menggunakan helikopter jenis tersebut. Adapun EC 225 untuk keperluan sipil. Dalam pembuatan kerangka helikopter itu, PT DI sepenuhnya mendapatkan bahan dari Eurocopter.

Tahapan produksi dimulai dengan membuat bagian ekor pada Januari 2010 dan bagian badan mulai Mei 2010. Produksi pertama bagian ekor harus diserahkan pada Oktober 2010, sedangkan bagian badan pada November 2011.

Sementara itu, di Yogyakarta, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Imam Sufaat mengatakan, pada 2010, TNI AU mengalokasikan anggaran Rp 900 miliar untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Hal tersebut bertujuan untuk mengejar kemajuan alutsista, yang selama ini kurang layak.


Kompas

Penyambutan Satgas Marinir Pulau Terluar VII

Penyambutan Satgas Marinir Pulau Terluar VII

Danmenbanpur 1 Mar Salami Kedatangan Personil Satgasmar Puter VII. (Foto Dispen Korps Marinir)

Komandan Resimen Bantuan Tempur-1 Marinir Kolonel Marinir Suhono menerima kedatangan Satuan Tugas Marinir Pulau Terluar VII dalam suatu upacara resmi di Lapangan Apel Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Senin, (25/01).

Satuan Tugas Marinir Pulau Terluar VII yang berjumlah 136 personel ini dipimpin oleh Komandan Satgas Kapten Marinir Edi Junaidi. Selama penugasan mereka ditempatkan di pulau Fani, pulau Fanildo dan pulau Brass sebelah utara Manokwari yang berbatasan dengan Negara Palau dan di pulau Dana Rote Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan Australia.

Dalam sambutannya, orang nomor satu dijajaran Resimen Bantuan Tempur-1 Marinir tersebut mengatakan, penugasan bagi prajurit Korps Marinir merupakan suatu kepercayaan dari pimpinan, sedangkan kepercayaan merupakan suatu kehormatan sekaligus kebanggaan, dengan tekad tersebut maka Satgas Mar Pulau Terluar VII dalam menyelesaikan tugas telah berjalan dengan baik dan sesuai harapan pimpinan.

Hal-hal positif yang telah kalian tunjukkan, lanjutnya, ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya laporan-laporan negatif yang sampai ke pimpinan, seluruh tugas telah kalian laksanakan dengan baik, hal ini bisa dicapai karena didalam dada dan jiwa raga seluruh prajurit sudah tertanam jiwa profesional dan disiplin yang tinggi.

“Atas nama keluarga besar Resimen Bantuan Tempur-1 Marinir, saya mengucapkan selamat datang dan penghargaan yang tinggi kepada seluruh anggota Satgas atas keberhasilannya dalam menjalankan tugas Negara”, tegas Kolonel Marinir asli Sragen tersebut.

Selain itu, atas nama pimpinan Korps Marinir, Saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang telah memberikan dukungan moril kepada suami yang sedang melaksanakan penugasan, karena dengan dukungan keluarga sangat berarti dalam keberhasilan penugasan.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Danmenbanpur-1 Mar memberikan beberapa penekanan, yaitu: segera sesuaikan dengan kegiatan satuan, manfaatkan waktu istirahat untuk membina keluarga, recovery kebugaran, tetap waspada dan hati-hati dalam perjalanan serta yang terakhir jaga Delapan Wajib TNI dan Trisila Angkatan Laut untuk tidak membuat pelanggaran.

Selesai upacara penerimaan, Tim Kesehatan dari Rumah Sakit Marinir Gunungsari melaksanakan pengecekan kesehatan ( Urikes ) terhadap personel Satgasmar Puter VII.



Dispen Korps Marinir

Lapan Berhasil Luncurkan 12 Roket Jenis D 230

Uji  Coba Rudal D230LUMAJANG — Sebanyak 12 roket buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan meluncur di lapangan TNI AU di Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (27/1/2010). Roket-roket tersebut meluncur satu per satu mulai pagi hingga siang hari.

Peluncuran tersebut dilakukan dalam uji coba yang dilakukan Kementerian Negara Riset dan Teknologi bersama industri strategis. Hadir antara lain Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, Direktur Teknologi dan Pengembangan Rekayasa PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Andi Alisjahbana, serta pejabat dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), PT Pindad, dan TNI. Bupati Lumajang Sjahrazad Masdar hadir pula dalam kesempatan itu.

Roket-roket yang diuji coba berjenis D 230 kaliber 122 mm. Semuanya berkarakter dari tanah ke tanah dan tanpa kendali. Prototipenya meliputi RX 1210 dengan jarak luncur 14 kilometer, RX 1210/121 3 dengan jarak luncur 18 km, dan RX 2020 dengan jarak luncur hasil simulasi sejauh 48 km.

Uji coba ini adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan teknologi di bidang roket. Pemerintah bersama dengan industri strategi bersinergi dalam hal ini untuk mengembangkan roket.

Uji Coba Rudal D230Pemerintah mendukung dalam dana riset, sedangkan produksinya dilakukan industri strategis. Hal itu dikatakan Suharna di sela-sela acara.

Andi Alisjahbana menyatakan, tidak ada persoalan bagi kalangan industri strategis untuk memproduksi roket-roket tersebut. Pabrik yang selama ini sudah ada tinggal diperluas dan tim teknis disiapkan.

“Karena prototipe roket yang dikembangkan ini adalah yang memang banyak dibutuhkan, tinggal komitmen dari pemerintah untuk memproduksinya dalam volume yang banyak,” kata Andi.

Kementerian Negara Riset dan Teknologi menargetkan, RX 1210 diproduksi 1.000 unit pada Juni 2010. Adapun varian lainnya masih dalam pengembangan. Teknologi roket setidaknya digunakan dalam sistem pertahanan dan satelit.




Kompas

KRI Imam Bonjol Ikut Satgas Milan 2010 di India



KRI Iman Bonjol. (Foto: ANTARA)

Salah satu unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), yang tergabung dalam Satuan Kapal Eskorta yakni KRI Imam Bonjol-383 bertolak ke India dalam rangka melaksanakan kegiatan yang dikemas dalam sandi Satgas Milan 2010.

Kepala Dinas Penerangan Armabar, Letkol Laut (KH) Drs. Supriyono, mengatakan itu di Markas Komando Armabar Jalan Gunung Sahari No 67 Jakarta Pusat, Selasa (23/1). Menurutnya, kegiatan KRI Imam Bonjol-383 yang diberi sandi Satuan Tugas (Satgas) “MILAN 2010” ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kerjasama dan mempererat hubungan baik Angkatan Laut India dan Angkatan Laut Indonesia, maupun kedua negara, sekaligus juga memenuhi undangan Kepala Staf Angkatan Laut India untuk berpartisipasi pada kegiatan “MILAN 2010” di Port Blair India pada 3 hingga 8 Pebruari 2010 ini.

Sebagai duta bangsa Satgas “MILAN 2010” di bawa pimpinan Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya, S. Sos, juga membawa misi untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia kepada dunia Internasional melalui negara-negara peserta MILAN 2010.

Rencanannya selama berada di India, Satgas “MILAN 2010” akan melaksanakan beberapa kegiatan diantaranya seminar tentang penanggulangan bencana alam, diskusi dan latihan bersama Angkatan Laut India (Table Top Exercise), olah raga bersama, cocktail party, atraksi kebudayaan dan kirab kota dan Passex.





Dispenarmabar/POS KOTA

TNI AD Sempurnakan Beberapa Piranti Lunak

Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso (2 kiri) didampingi (dari kiri) KASAD Jenderal TNI George Toisutta, KASAL Laksamana Madya TNI Agus Suhartono dan KASAU Marsekal Madya TNI Imam Sufaat memberikan keterangan pers terkait hasil Rapat Pimpinan TNI tahun 2010 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (26/1). Panglima TNI mengatakan selain melanjutkan dan meningkatkan pencapaian hasil berdasarkan Pancatunggal kebijakan tahun 2009, terdapat dua aspek yang dinilai sangat strategis untuk tahun 2010 yaitu pengawasan dan optimalisasi peran TNI. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ss/mes/10)

28 Januari 2010, Jakarta -- Saat ini TNI Angkatan Darat sedang melakukan penyempurnaan beberapa peranti lunak, yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas ke depan.
Hal itu dikatakan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI George Toisutta dalam amanatnya ketika membuka Rapim TNI Angkatan Darat tahun 2010 di Aula AH Nasution, Mabesad, Jakarta, Rabu (27/1).

Rapat yang berlangsung satu hari diikuti 114 pejabat dan dihadiri Wakasad Letjen TNI J Suryo Prabowo serta para Asisten Kasad dan pejabat teras Mabesad.

Penyempurnaan piranti lunak itu dilakukan dengan mempertimbangkan pengaruh lingkungan strategis, yang memerlukan penyesuaian terhadap perkembangan organisasi dan hasil evaluasi keberadaannya selama ini. Selain itu adanya perubahan yang signifikan, baik ditinjau dari tugas pokok maupun fungsi TNI Angkatan Darat, seperti tertuang dalam Undang Undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, kata jenderal bintang empat lulusan Akabri 1976 itu.

Oleh karena itu, perlu penyempurnaan Doktrin, Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur, Pendidikan dan Latihan, serta hal-hal lainnya.

Semua ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan profesionalisme sumber daya prajurit dan satuan jajaran TNI Angkatan Darat, dalam menghadapi tugas yang semakin kompleks di masa yang akan datang.

Kita semua tentunya berharap, agar penyempurnaan peranti lunak tersebut dapat segera diselesaikan dan dioperasionalkan, agar tujuan yang ingin dicapai dapat direalisasikan, kata Kasad Jenderal TNI George Toisutta.




PELITA

Rudal D230 Buatan PT Pindad Diuji Menristek

27 Januar 2010, Lumajang -- Sejumlah teknisi LAPAN menjaga hulu roket kendali tipe Lapan RKN 200 saat menanti giliran.untuk diluncurkan, Rabu (27/1) di Lapangan tempur desa Pandang wangi, kecamatan Tempeh, kabupaten Lumajang Jawa timur. Roket ini memilik daya jelajah sejauh 30 sampai 50 kilometer. (Foto: ANTARA/CUCUK DONARTONO/ED/nz/10)

27 Januari 2010, Lumajang -- Menristek Suharna Suryapranata melakukan uji coba rudal D230 buatan PT Pindad Malang. Dalam uji coba ini, rudal buatan dalam negeri ini mampu melesak sejauh 10 hingga 20 kilometer.

Rudak berkaliber 122 milimeter ini diuji coba di lapangan tembak Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Lumajang, Rabu (27/1/2010).

"Dengan uji rudal D230 buatan asli Indonesia, saya harapkan bisa memenuhi kebutuhan TNI dalam menjaga NKRI," kata Suharna Suryapranata pada sejumlah wartawan di lokasi uji coba.

Rudal D230 yang diuji coba ada 2 type, yakni RX1210 yang memilik berat 45 Kg, panjang 3 Meter, gaya dorong 1.000 Kilogram dan memiliki jangkuan 11 Km. Serta rudal Double Stage miliki berat 87 kilogram, panjang 4 meter, daya dorong 1.000-1.500 kg dan memiliki jangkuan 18 km.


Sementara, Dirut Pindad Malang, Adik Alfianto Sudarsono, mengatakan uji coba rudal ini dimaksudakan sekedar untuk kajian. Apabila hasilnya baik akan dilakukan produksi massal dan dijual.

"Semoga rudal D230 bisa menjadi senjata andalan TNI ke depan," ungkapnya.

Saat ini, PT Pindad Malang baru membuat 70 buah rudal D230. Jika dalam uji coba sudah baik, dan memenuhi kriteria, maka akan diprosuksi massal.

"Yang berminat rudal D230 masih TNI AL dan AD saja," ungkap Adik Alfianto.




detikSurabaya

Selongsong Rudal Nyasar Disebabkan Terjangan Angin 20 Knot

Lokasi ujicoba rudal di lapangan tembak Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Lumajang. (Foto: Harry Purwanto)

28 Januari 2010, Lumajang -- Hembusan angin dengan kecepatan 20 knot menjadi penyebab selongsong rudal yang diujicoba PT Pindad Malang berbalik arah dan jatuh di gubuk milik warga. Akibat kejadian ini, dua penghuninya mengalami luka.

Hal tersebut disampaikan Asisiten Deputi Menristek bagian Riset, Teknologi dan Ekonomi, Gunawan, pada sejumlah wartawan di Hotel Aloha, Jalan Ahmad Yani, Lumajang, Rabu (27/01/2010) malam.

"Hasil kajian dan evaluasi kami, Pada saat diluncurkan, angin mendadak bertiup kencang hingga 20 knot," kata Gunawan.

Menurut dia, dengan hembusan angin yang sangat kencang menyebabkan arah rudal yang diluncurkan menyimpang. Sehingga rudal yang memiliki daya jangkau 11 Kilometer berbalik arah menghantam gubuk.

"Dugaan kami, yang terkena hembusan angin yang kencang dibagian belakang rudal, sehingga berbelok," tutur Gunawan.

Selongsong rudal yang memakan korban dua warga merupakan type RX1210, memiliki berat 45 kg, panjang 3 meter, gaya dorong 1.000 Kilogram dan memiliki jangkuan 11 km.

Gunawan menambahkan, untuk biaya perawatan dan pengobatan dua korban akan ditanggung oleh pihak PT Pindand Malang dan Kemeterian Riset dan Teknologi. Bahkan rumah tinggal korban juga akan diperbaiki.

"Pokoknya segala sesuatu yang diakibatnya uji coba rudal, biayanya kami tanggung semua," jelas Gunawan.



detikSurabaya

PTDI Tawarkan Helikopter Pengganti Super Puma TNI AU

Helikopter EC 725 Cougar. (Foto: airforce-technology)

27 Januari 2010, Bandung -- PT Dirgantara Indonesia menawarkan pembuatan helikopter EC 725 dan EC 225 untuk menggantikan helikopter super puma yang dipakai TNI Angkatan Udara."Tahun 2011 kita masih harus meyelasaikan tiga pesanan pesawat super puma untuk AU, setelah itu kami akan tawarkan heli tipe lain." kata Budi Santosa, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia ketika meresmikan pembuatan komponen helikopter EC 725 dan EC 225 di Bandung, Rabu (27/1)

Menurut Budi, PT Dirgantara Indonesia sebenarnya bisa merakit seluruh pesawat heli super puma dan bell yang selama ini dirakit didalam negeri."Tapi kalau pesananya banyak, tidak satu dua tentu ada batas minilanya." ujarnya.

Sejauh ini, sudah banyak yang yang memesan. Meski begitu, Budi enggan menjelaskan biaya satu pesawat helikopter pengganti super puma yang akan ditawarkan ke Departemen Pertahanan."Tahun ini kita menargetkan proyek sebesar Rp 1,6 triliun." ujarnya. "2010 negara tetangga juga merencanakan untuk memasan pesawat."

Henry Stell Direktur Utama Eurocopter Indonesia enggan menjelaskan berapa harga yang ditawarkan dan kontrak kerjasama untuk pembuatan satu pesawat helicopter tipe CEC 723 dan EC 225 militari."Kita memberikan harga yang kompetetif, kami percaya dengan komitemen kualitas yang diberikan PT DI, kalau tidak kami tidak akan di sini," ujarnya.



TEMPO Interaktif

KRI Teluk Amboina-503 Geser Pasukan Marinir ke Lampung


28 Januari 2010. Jakarta -- Salah satu unsur Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) jenis Landing Ship Tank (LST), KRI Teluk Amboina-503 melaksanakan pergeseran pasukan Marinir dari kesatuan Pasmar II Jakarta menuju Lampung untuk mengikuti Latihan Pemantapan Terpadu Korps Marinir tahun 2010, Selasa (26/1).

Kapal perang dengan Komandan Letkol Laut (P) Joko Sumitro ini mengangkut lebih dari satu batalyon prajurit Pasmar II Jakarta beserta sejumlah kendaraan tempur untuk bergabung dengan lebih kurang 5.000 prajurit Marinir dalam latihan yang diadakan di Piyabung, Lampung; jelas Kadispen Kolinlamil Letkol Laut (Kh) Drs Agus Cahyono.
Hari ini KRI Teluk Amboina-503 berada di dermaga Panjang Lampung setelah mengadakan debarkasi pasukan Marinir dan sejumlah kendaraan tempur untuk diikutsertakan dalam latihan tersebut diantaranya dua unit Tank BVP, empat unit Howitzer, tiga unit Kappa, serta dua unit RM 70 GRAD.

Sementara itu unsur kapal perang Kolinlamil lainnya yaitu KRI Mentawai-959 dengan Komandan Mayor Laut (P) Lukman Kharis bertolak dari Pangkalan Jakarta guna melaksanakan pergeseran logistik Mabes TNI ke wilayah Indonesia bagian barat, diantaranya ke Malahayati, Mentigi, Belawan, dan Uleu-leuh Aceh dengan mengangkut alat-alat dan perlengkapan TNI untuk didistribusikan ke satuan-satuan TNI di daerah tersebut.

Melaksanakan pergeseran pasukan dan material merupakan salah satu tugas dan fungsi Kolinlamil sebagai pembina kemampuan sistem angkutan laut militer, dengan menyelenggarakan pergeseran pasukan TNI dan Polri yang meliputi personel, peralatan, dan perbekalan; baik yang bersifat administratif maupun taktis strategis.





PELITA

TNI AU Akan Membeli Rudal dari AS & Rusia Senilai 90 Juta Dollar


Beberapa rudal dan munisi Sukhoi

YOGYAKARTA - TNI AU akan membeli persenjataan berupa rudal dan amunisi udara senilai 90 juta dolar untuk pesawat tempur F-16 dan Sukhoi pada 2010 ini.

"Kami akan mendatangkan rudal dan amunisi tersebut dari AS dan Rusia," kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya (Marsdya) TNI Imam Sufaat usai membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU dan Apel Komandan Satuan (Dansat) 2010 di Gedung Sabang Merauke, Kompleks Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Rabu (27/1).

Untuk pembelian amunisi dari AS dialokasikan dana sebesar 36 juta dolar, sedangkan dari Rusia dianggarkan 54 juta dolar.

"Kita beli senjata dan amunisi dari dua negara tersebut karena TNI AU saat ini memiliki pesawat tempur buatan AS dan Rusia, dimana masing-masing berbeda spesifikasinya," katanya.

Ia mengatakan, untuk penambahan senjata dan amunisi udara tersebut ada alokasi dana yang disisihkan dari anggaran 2010, dan TNI AU telah mengajukan anggaran untuk hal itu kepada Menteri Pertahanan dan Markas Besar (Mabes) TNI.



"Dalam rencana strategis (renstra) pembangunan TNI AU 2010-2014 juga direncanakan untuk menambah dan mengganti alutsista tua dan tidak layak pakai. Upaya itu untuk mendukung kelancaran tugas operasional TNI AU, karena saat ini alutsista yang dimiliki masih kurang," katanya.

Tambahan Personel

Terkait dengan jumlah personel, KSAU mengatakan, saat ini total personel TNI AU berjumlah 37.000 orang yang terdiri atas 31.000 personel militer dan 6.000 pegawai negeri sipil (PNS).

Jumlah personel tersebut mencukupi untuk melaksanakan tugas TNI AU sehingga belum ada rencana menambah personel dalam waktu dekat.

Menurut dia, jumlah personel akan ditambah jika alutsista bertambah, karena pengembangan organisasi diikuti oleh pengembangan orang.

"Misalnya, jika ada penambahan radar, akan menambah 60 personel untuk mengoperasikannya. Jika ada skuadron tempur baru akan menambah 150 personel," katanya.

Berdasarkan kesiapan alutsista pada 2010, rencana kebutuhan jam terbang sebanyak 55.252 jam yang digunakan untuk mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, memenuhi kebutuhan latihan awak pesawat, operasi, pendidikan, dan kegiatan lain. Untuk radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam per hari, katanya.



ANTARA

'Tank' Antilumpur & Banjir

JAKARTA - Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat Jusuf Kalla menggelar apel kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di lapangan Monas, Jakarta Pusat, Selasa (26/1). Mantan wapres ini juga menyempatkan diri menaiki tank roda-rantai antilumpur dan banjir. Fotografer - Hery Winarno


Keahlian di Balik Sayap F-16

(Foto: KOMPAS/Letkol (Pnb) Fajar "Redwolf" Adriyanto)

26 Januari 2010 -- Keputusan jitu yang diambil dalam sepersekian detik di udara membutuhkan persiapan berjam-jam dan latihan bertahun-tahun. Di samping kemampuan fisik yang dijaga setiap hari, ada ratusan orang di belakang sebuah pesawat yang menjaga kelaikan pesawat itu agar bisa terbang dengan aman dan maksimal.

Seperti hari itu, 30 Desember, hari terakhir latihan pada 2009. Misi hari itu disebut Redwolf Flight, sesuai dengan nama pemimpinnya, Fajar ”Redwolf” Adriyanto, yang didampingi Mayor Yulmaizir, adalah latihan air surface attack di kawasan Lumajang. Skenario latihan, ada target yang harus dihancurkan di jarak 1.000 kilometer dari pangkalan. Lettu Pandu Eka dan Kapten Bambang Apriyanto sudah mempersiapkan diri sejak malam sebelumnya.

Ada dua pesawat yang dikerahkan untuk misi hari itu. Awalnya, kedua pesawat itu akan terbang di ketinggian normal, yaitu 25.000 kaki. Mendekati sasaran, untuk menghindari radar, ketinggian diubah hanya 500 kaki di atas tanah. Radar memang dapat dihindari, tetapi ada bukit-bukit yang menjadi halangan. Sementara sasaran harus secepat mungkin dibereskan.

”Pagi-pagi kami brifing dengan tutor, secara rinci manuver-manuver seperti apa yang harus dilakukan,” cerita Kapten Bambang Apriyanto. Sebelum bertemu tutor, ada brifing pangkalan untuk mengetahui jadwal latihan hari itu serta kondisi cuaca dan arahan dari Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro.

Tes kesehatan

(Foto: KOMPAS/Riza Fathoni)

Sementara mereka berdiskusi, para teknisi sudah mempersiapkan pesawat. Ada sekitar 180 orang di Skuadron Udara 3 yang menjadi sistem pendukung dari para pilot itu. Diperlukan kira-kira satu setengah jam untuk before flight inspection dan preflight inspection.

Setelah brifing, saatnya cek kesehatan. Dokter jaga mengukur denyut nada dan tekanan darah serta mengajukan pertanyaan, mulai dari soal ”apakah sedang batuk atau pilek” hingga ”apakah sedang bermasalah dengan pasangan”. ”Kalau tidak memenuhi syarat kesehatan, ya tidak boleh terbang,” kata Kapten (Kes) dr Tri Supriyanto.

Tes kesehatan harian sama wajibnya dengan tes indoktrinasi latihan aerofisiologi (ILA) yang diadakan dua tahun sekali. Penerbang dimasukan ke ruang tertutup yang kondisinya sama seperti di ketinggian 25.000 kaki. Tes ini untuk melihat batas ketahanan akan hipoksia, yaitu keadaan di mana tubuh kekurangan oksigen akibat perubahan ketinggian. ”Kita disuruh menghitung dan simulasi gerakan pesawat, sampai di mana pikiran kita masih bisa mengambil keputusan,” cerita Letkol Fajar ”Redwolf” Adriyanto.

Seusai tes kesehatan, para pilot masuk ke ruang peralatan. Masing-masing memiliki helm yang memang dicetak khusus agar cocok dengan bentuk kepala pilot. Suhu di ruang peralatan ini sekitar 20 derajat celsius agar segala peralatan tetap kering. Di sinilah tersimpan G-suit serta tas berisi perlengkapan, seperti helm, sarung tangan, dan check list kondisi darurat. Dari sini, mereka telah siap berjalan ke hanggar tempat F-16 telah disiapkan.

Di hanggar, setelah menerima laporan dari penerbangan selanjutnya, lagi-lagi dilakukan cek terhadap pesawat. Selain cek instrumen, pesawat F-16 ini juga diraba dengan jari seluruh permukaan tubuhnya. Alasannya, agar bisa dengan mudah mendeteksi kebocoran.

Kalau semuanya beres, barulah mesin dinyalakan. Pada saat yang sama, di dispatch ada pilot lain yang memantau perkembangan. Pilot jaga ini minimal sudah mencapai posisi wingman agar bisa memberi masukan sesuai manual. Sebagai catatan, salah satu perbedaan penting antara Sukhoi dan F-16, pesawat asal AS ini memiliki buku manual yang lengkap, sementara Sukhoi semuanya ada di kepala perwakilannya sehingga ilmu itu baru keluar saat ditanyakan.

Penuh tekanan

(Foto: KOMPAS/Riza Fathoni)

Setelah semuanya siap, pesawat pun mengangkasa. Sekembalinya dari misi, para pilot beristirahat di Dragon Nest sambil makan siang. Sore hari, para dragon ini telah ada di ruang kebugaran dan bergantian mengangkat beban.

Tugas mereka memang penuh tekanan. Seperti yang diceritakan Mayor Setiawan ”Gryphon” yang mulai jadi pilot F-16 pada 1997. ”Kekhawatiran pasti ada, pernah saya mau terbang tiba-tiba ada masalah. Akan tetapi, yang penting semuanya kita harus siapkan dengan teliti,” katanya.

Salah satu keandalan F-16 adalah dalam pertempuran jarak dekat. Untuk itu, diperlukan keterampilan pesawat bermanuver. Secanggih apa pun pesawatnya, manusia tetap menjadi unsur terpenting. Dalam berbagai latihan dengan negara tetangga, Fajar memuji pilot-pilot dari Singapura yang disebutnya sangat profesional dalam segi keamanan dan brifing yang rinci. Ada cerita tentang pilot-pilot negara tetangga lain yang memiliki pesawat dengan kelas yang lebih tinggi dari F-16 Indonesia, sayangnya mereka minimalis dan tidak ingin mengeksplorasi kemampuan pesawatnya.

Sayangnya, kemampuan dan semangat juang di Indonesia sering tidak berbanding lurus dengan pendapatan. Letkol Fajar, misalnya, setelah sekitar 15 tahun menjadi pilot pesawat tempur, sesuai dengan pangkatnya, kira-kira mendapatkan gaji sebesar Rp 5 juta per bulan. Ada pendapatan tambahan sekitar Rp 400.000 per bulan karena ia memiliki brevet penerbang.

Coba bandingkan dengan nasib pilot tempur di Singapura yang menurut www.mindef.gov.sg mendapatkan gaji sekitar Rp 50 juta. Itu belum termasuk tabungan dan bonus dari negara. ”Ini pekerjaan berisiko tinggi. Memang terkadang kami merasa tidak terperhatikan oleh negara. Akan tetapi, sebagai prajurit kami tetap laksanakan tugas,” kata Fajar.




KOMPAS

Lapan Operasikan Stasiun Bumi di Biak


JAKARTA - Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) telah mengoperasikan stasiun bumi yang dibangunnya sendiri di Pulau Biak, Papua. Para teknisi Lapan membuat stasiun bumi itu dengan mengintegrasikan komponen-komponen yang dibelinya dan membuat sebagian software (perangkat lunak) sendiri untuk mengoperasikannya.

Sebuah kemajuan karena dua stasiun bumi sebelumnya yang ada di Rumpin dan Rancabungur, Bogor, bukan dibuat sendiri tetapi dibeli dari Amerika Serikat.

Stasiun bumi Biak digunakan untuk menerima data dari LAPAN-TUBSAT, satelit mikro yang berbobot hanya 100 kilogram yang dikembangkan bekerjasama dengan Universitas Teknik Berlin, Jerman.

LAPAN-TUBSAT diluncurkan ke orbit polar dengan ketinggian 635 km di atas permukaan bumi pada Januari 2007. Dengan dua kamera, satelit itu mampu memotret berdimensi 5 meter dan lebar 3,5 km serta 200 m dan lebar 81 km.

Perangkat komunikasi tersebut telah berhasil mengambil berbagai citra di wilayah Indonesia bagian barat, mencakup Singapura hingga Bali.

Pada tahun lalu, LAPAN-TUBSAT digunakan untuk memantau pembangunan jembatan Suramadu dan proyek jalan tol di wilayah utara Pulau Jawa. Citra LAPAN-TUBSAT dapat dilihat di situs www.lapantubsat.org.

Stasiun bumi Lapan di Biak memiliki antena untuk menangkap sinyal satelit berorbit rendah. Dalam menangkap sinyal satelit semacam itu, antena harus dapat bergerak atau berubah orientasi secara cepat karena satelit muncul dan hilang dari horizon dalam waktu singkat, kurang dari 15 menit.

Beroperasinya Stasiun Bumi penerima Biak menambah cakupan LAPAN-TUBSAT hingga wilayah Indonesia timur, bahkan hingga pantai utara Australia.

Keberhasilan beroperasinya stasiun bumi di Biak menunjukkan bahwa teknisi Lapan telah menguasai teknologi perekayasaan stasiun bumi untuk satelit orbit rendah.

Lapan akan membangun stasiun bumi serupa mulai awal tahun ini di Kotatabang, Sumatra Barat, sehingga menambah cakupan LAPAN-TUBSAT melampaui Aceh hingga Semenanjung Malaya.

Bila stasiun bumi Kototabang terwujud, maka hanya wilayah Indonesia bagian tengah saja yang belum tercakup LAPAN-TUBSAT. Namun, itu tidak berlangsung lama karena pada 2011 akan dibangun stasiun bumi di Parepare untuk menjangkau wilayah itu.




ANTARA

12 Pulau Terluar Butuh Perhatian Khusus

Tim Eskpedisi Garis Depan Nusantara (GDN) melakukan persiapan untuk pemancangan tugu prasasti NKRI di Pulau Karaweira kecil, Kabupaten Kepulauan Aru, akhir minggu lalu. Karaweira merupakan pulau ke-77 yang dipasang tanda NKRI oleh tim ekspedisi dari 92 pulau terdepan nusantara. (Foto: ANTARA/Daniel Leonard/ss/nz/10)

25 Januari 2009, Yogyakarta -- Sebanyak 12 pulau terluar yang berada dalam wilayah NKRI perlu perhatian khusus karena rawan konflik kepemilikan dan konflik perbatasan. Pulau tersebut antara lain: Rondo di Nangroe Aceh Darussalam, Pulau Berhala di Sumatera Utara, Nipa dan Sekatung di Riau, Marore, Miangas dan Maranpit di Sulawesi Utara, Pulau Fani, Fanildo dan Bras di Papua serta Pulau Batek dan Dana di NTT

"Pengelolaan dan perhatian khusus perlu dilakukan karena di sana rawan. Baik kegiatan aksi teror maupun tindak kejahatan lain termasuk titik kegiatan ilegal," kata Kolonel Laut Rusdi Ridwan, Kepala Bidang Kerjasama Pertahanan Kementerian Polhukam RI di Yogyakarta, Sabtu (23/1).

Di dalam seminar nasional dengan tema "Manajemen Pulau-Pulau Terluar NKRI" di Fakultas Geografi UGM terungkap juga ada 92 pulau terluar yang sekitar 67 di antaranya berbatasan langsung dengan negara tetangga.

Profesor Riset Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Aris Pobniman Kertopermono menyatakan, manajemen pulau terluar penting dijalankan. Apalagi belajar dari lepasnya dua pulau yaitu Sipadan dan Ligitan yang memberi kesadaran betapa pentingnya manajemen pulau terluar.

"Pulau terluar jadi titik dasar batas laut teritorial negara kepulauan seperti Indonesia," kata Aris.

Inventarisasi pulau seluruh Indonesia disebutkan selesai dilaksanakan dan kini pemerintah dalam waktu dekat segera menerbitkan peraturan pemerintah tentang jumlah, dan nama pulau di seluruh Indonesia.

Inventarisasi dilakukan melalui identifikasi peta yang tersedia, penafsiran citra penginderaan jauh, survei lapangan dan wawancara dengan penduduk setempat, termasuk verifikasi dengan camat dan kepala desa.

"Kami juga lakukan validasi oleh tim Pembakuan nama-nama pulau Indonesia. Pulau Rondo, di Provinsi NAD, merupakan pulau paling barat wilayah NKRI sedangkan Pulau Dana di provinsi NTT merupakan pulau paling selatan," kata Aris.



JURNAL NASIONAL

TNI AL Amankan Perairan Aceh

Kapal KRI Yos Sudarso yang berlabuh di Pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara, Minggu (24/1). Tujuan kapal perang ini singgah ke Aceh Utara sekaligus untuk mensosialisasikan tentang fungsi dan tugas TNI AL untuk pelajar dan sekaligus mengisi bahan bakar. (Foto: SERAMBI/Masriadi)

25 Januari 2010, Lhok Sukon -- TNI Angkatan Laut memberi perhatian serius terhadap perairan Aceh yang selama ini kerap mengalami gangguan dari para perompak. Jajaran TNI AL pun siap mengamankan perairan laut Aceh, termasuk Selat Malaka, guna memberikan rasa aman bagi para pengusaha, nelayan dan seluruh pihak yang menggunakan salah satu jalur perairan terpenting dunia ini.

Hal itu diungkapkan Kepala Staf Gugus Tempur Wilayah Barat (Guspurlaba), Kolonel Laut (P) Didin Zainal Abidin, didampingi Komandan KRI Yos Sudarso, Kolonel Laut (P) Suhartono, dan Mayor Laut (P) Ali Ridho di Pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara, Minggu (24/1). Didin menyebutkan, seperti diketahui selama ini aksi perampokan kerap terjadi di perairan Selat Malaka yang masuk dalam kawasan Idi dan Langsa, Aceh Timur. “Kita siap mengamankan perairan laut Aceh. Selain itu, kita tentu mengantisipasi gangguan asing di kawasan Selat Malaka,” kata Didin Zainal Abidin kepada Serambi, di atas Kapal KRI Yos Sudarso.

Komandan Kodim 0103 Aceh Utara Letkol Taufan Akrida (kedua kiri) berjabat tangan dengan Komandan KRI Yos Sudarso Kolonel laut Shartono (kedua kanan) saat penyerahan cendera mata diatas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Yos Sudarso Sudarso saat bersandar di Pelabuhan Kruenggeukuh Aceh Utara Propinsi Aceh. Minggu (24/1). (Foto: ANTARA/Rahmad/ss/pd/10)

Karenanya, kata Didin, TNI berharap masyarakat dan nelayan di Aceh memberikan informasi bila terjadi gangguan. Ia menyatakan, pihaknya akan langsung menindaklanjuti setiap laporan masyarakat mengenai gangguan di kawasan tersebut. “Selat Malaka menjadi selat sangat rawan. Karena, ini jalur internasional. Kita siap mengamankannya, melakukan patroli saban hari,” kata Didin Zainal Abidin. Menurutnya, kerja sama yang telah terbangun selama ini antara masyarakat dengan pihak TNI AL telah memberi dampak baik, di mana gangguan di perairan Aceh relatif menurun.

Pulau terluar

Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Yos Sudarso Sudarso buatan Belanda yang difasilitasi kemampuan Multipurpose, anti udara,atas air dan perang bawah laut saat bersandar di Pelabuhan Kruenggeukuh Aceh Utara Propinsi Aceh. Minggu (24/1). Kedatangan KRI Yos Sudarso keperairan laut Aceh dalam rangka sosialisasi tugas pokok TNI AL bersama pergelaran operasi MSSP (Malacca Straits Sea Patrols). disepanjang laut Selat Malaka Aceh dari gangguan keamanan seperti perompakan, penyeludupan dan perambahan hasil laut oleh kapal asing yang menyusup keperairan laut Indonesia. (Foto: ANTARA/Rahmad/ss/pd/10)

Selain itu, Didin menyebutkan saat ini TNI AL juga bertugas mengamankan 92 pulau terluar (berbatasan langsung) dengan negara lainnya di Indonesia. Dari jumlah itu, 12 pulau diberikan pengamanan khusus dengan menempatkan satuan TNI AL di pulau tersebut. Khusus untuk Guspurlaba, memberikan perhatian serius pada lima pulau terluar yaitu Pulau Rondo, Berhala, Lipah, Jemur, dan Pulau Sekatung. “Ada 12 pulau yang kita berikan perhatian khusus. Untuk kawasan barat, ada lima pulau. Sisanya, ada di kawasan timur,” kata Didin.

Kehadiran KRI Yos Sudarso di pelabuhan Krueng Geukuh, sekaligus memperkenalkan tugas TNI AL pada sejumlah pelajar di Aceh Utara dan mengisi bahan bakar. KRI ini meninggalkan Krueng Geukuh, Minggu (24/1) sore dan akan singgah di Langsa untuk seterusnya melakukan patroli di kawasan barat laut Indonesia.



SERAMBI NEWS

2010, TNI Mantapkan Pembangunan Kekuatan

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso , KSAD Jenderal George Toisutta, KSAL Laksamana Madya Agus Suhartono , KSAU Marsekal Madya Imam Sufaat dan Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya Didik Heru Purnomo, (kiri-kanan) berbincang saat menunggu kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengikuti Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2010 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (25/1). Rapim membahas mengenai program kerja TNI pada tahun 2010. (Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/Koz/mes/10)

25 Januari 2010, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso menyatakan pada 2010 pihaknya akan memfokuskan diri pada pembangunan kekuatan dan organisasi TNI.

"Tahun 2010 merupakan titik awal bagi TNI untuk memantapkan pembangunan kekuatan dan pengembangan organisasi," katanya, saat membuka Rapat Pimpinan TNI di Jakarta, Senin.

Panglima TNI menjelaskan, tahun 2010 merupakan titik awal pelaksanaan Rencana Strategis TNI Tahap II (2010-2014), khususnya pengembangan dan pembangunan TNI menuju terwujudnya kekuatan pokok minimum.

"Salah satu realisasi pengembangan dan pembangunan kekuatan serta organisasi adalah pembentukan Kodiklat, pemekaran Kodam serta peningkatan status satuan TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara di Kalimantan," katanya.

Djoko menambahkan, pengembangan organisasi itu tentu diikuti pengembangan sarana dan prasarana termasuk pemenuhan kebutuhan dan modernisasi alat utama sistem senjata.

Ia mengemukakan, pengembangan dan pembangunan kekuatan serta organisasi itu disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis dan persepsi ancaman.

"Semua program yang akan kita laksanakan pada 2010 tentunya didasarkan pada evaluasi pada 2009, salah satunya menurunkan angka kecelakaan," katanya.

Djoko kembali menegaskan, koordinasi antara Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI dalam pengadaan alutsista sesuai petunjuk presiden bukan sebagai bentuk intervensi, tetapi untuk keterpaduan alutsista TNI, apalagi, hak kewenangan untuk menentukan spesifikasi alustsista tetap berada di tangan angkatan.

"Dengan demikian, setiap alutsista peralatan dan perlengkapan militer yang kita pilih, dipastikan dapat dioperasikan secara integratif, sinergis dan terpadu, antara yang satu dengan lainnya, baik interim angkatan maupun gabungan," imbuhnya.

Karena itu, pimpinan TNI mengambil kebijakan dengan membentuk Dewan Kebijakan Penentu (Wanjaktu) Alutsista TNI. Tugasnya, melakukan penilaian yang mendalam tentang efektifitas dan integrasi pengoperasian alustsista.

Rapim TNI 2010 dimeriahkan dengan pameran alat dan persenjataan TNI. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dijadwalkan memberikan pengarahan.




ANTARA News

Jet Tempur F-7 AU Myanmar Jatuh

Jet tempur buatan Cina F-7 AU Pakistan. (Foto: PAF)

24 Januari 2010 -- Sebuah jet tempur kursi tunggal buatan Cina F-7 milik Angkatan Udara Myanmar jatuh di pangkalan udara Mingaladon saat melakukan latihan terbang, Jumat (22/1) menurut saksi mata petugas Bandara Internasional Yangon kepada Kantor Berita Reuters.

Menurut saksi mata pilot tidak dapat menyelamatkan diri, tewas ditempat kejadian. Insiden ini salah satu dari sepuluh insiden fatal yang menimpa pesawat militer AU Myanmar sejak 1999.

Pemerintah junta militer Myanmar tidak dapat membeli persenjataan dari negara barat karena dituduh melanggar HAM berat.

Myanmar melengkapi angkatan bersenjatanya dengan persenjataan buatan Cina, Rusia dan India.

Rusia dan Myanmar telah menandatangani pembelian 20 jet tempur MiG-29 senilai 572,2 juta dolar, setelah menyingkirkan jet tempur buatan Cina.

Rusia telah mengirimkan 12 MiG-29 ke Myanmar pada 2001.





REUTERS/@beritahankam

Indonesia Minta Jepang Tingkatkan Kontribusi di Selat Malaka

Kapal penjaga pantai Jepang kelas Aso.

22 Januari 2010, Jakarta -- Wakil Menteri Pertahanan Jepang Kimoto Nakae bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Syamsudin. Pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih satu jam tersebut membahas masalah kerja sama kegiatan pertahanan RI-Jepang, keamanan di Selat Malaka, dan memastikan kehadiran Sjafrie dalam pertemuan kedua Jepang-ASEAN Maret mendatang.

"Saya mengusulkan agar Jepang sebagai pengguna meningkatkan kontribusinya dalam bantuan teknis untuk pengamanan di Selat Malaka," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Syamsudin kepada wartawan usai pertemuan tersebut di kantor Kementerian Pertahanan Jakarta, Jumat (22/01).

Bantuan teknis yang diharapkan, lanjut Sjafrie, berupa alat komunikasi. Alat ini dibutuhkan untuk membantu navigasi kapal di sepanjang jalur Selat Malaka.

Selama ini Jepang sebenarnya telah membantu pengamanan jalur perdagangan laut dunia tersebut. "Memang sudah memadai, namun intensitas kegiatan kan semakin tinggi, jadi harus ada keseimbangan antara kebutuhan dan ketersedian fasilitas alat komunikasi," kata Sjafrie.

Hanya saja, penyaluran bantuan ini memang tidak bisa langsung pada TNI, walaupun TNI yang melakukan patroli pengaman di Selat Malaka. Menurut Sjafrie, dalam ketentuan regulasi Jepang bantuan kepada militer tidak dimungkinkan. "Tapi tidak masalah, bisa lewat IMO bukan TNI, atau diarahkan ke Bakorkamla sebagai instansi pemerintah yang menanggani masalah pengamanan laut."

Terkait kualitas pengaman di Selat Malaka, Jepang menyatakan telah merasa terjamin. Apalagi patroli pengaman dilakukan secara bersama dan terkoordinasi oleh empat negara, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Selain Malaka, kedua pejabat juga membicarakan tentang kerja sama pendidikan untuk militer. Selama ini Jepang telah memberikan peluang kepada para taruna TNI untuk bersekolah di Jepang. Kuotanya dua untuk sekolah akademis dan satu untuk master.

"Kita minta ditambah satu untuk akademis dan satu untuk master. Mereka berjanji untuk memperjuangkan, walaupun ada kendala anggaran," ujar Sjafrie.



Rata Penuh
TEMPO Interaktif

Telkom Jalin Kerjasama Dengan LAPAN Kembangkan Satelit Telkom-3

Uji coba LapanJakarta - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menjalin kerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di bidang pengembangan dan pemanfaatan teknologi satelit di tanah air.

“Kerjasama antara lain dengan menyertakan personil Lapan pada pabrik satelit Telkom-3 di Rusia,” kata Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah, usai penandatangan kerjasama dengan Telkom-LAPAN dengan Kepala LAPAN Adi Sadewo Salatun, di Gedung Telkom, Jakarta, Jumat.

Penandatangan nota kesepahaman juga disaksikan Menteri BUMN Mustafa Abubakar dan Menristek Suharna Surapranata.

Menurut Rinaldi, ruang lingkup kerjasama mencakup pemanfaatan data citra satelit yang disediakan LAPAN untuk perencanaan, operasional dan pemeliharaan, pemasaran.

Sedangkan personil Telkom ikut dalam program pemanfaatan telemetry tracking and command (TT&C) milik LAPAN untuk operasi pengendalian Satelit Telkom-1, Telkom-2 dan Telkom-3.

Telkom bersama dengan perusahaan satelit Rusia, Retshesnev, sejak 2008 sedang membangun satelit Telkom-3 dengan investasi 200 juta dolar AS.

Satelit yang memuat 48 transponder tersebut akan diluncurkan pada tahun 2011.

Menurut Rinaldi, dua tenaga ahli LAPAN, dan 5 orang dari Telkom itu akan bertolak pada 30 Junuari 2010 ke Zhekesnogosrk, Krasnoyarsky, Rusia, untuk jangka waktu selama 18 bulan.

Keputusan Telkom mengikutsertakan LAPAN dan program internship Satelit Telkom-3, selain merupakan kontribusi Telkom dalam meningkatkan kemampuan nasional khususnya di bidang penguasaan teknologi satelit dan luar angkasa, sekaligus memberikan benefit.

Sementara itu Menteri BUMN Mustafa Abubakar menambahkan, kerjasama Telkom dan LAPAN merupakan langkah BUMN telekomunikasi menghadapi persaingan di era perdagangan bebas.



Antara

Lapan Operasikan Stasiun Bumi di Biak

Enginer Indonesia dan Jerman bekerja sama dalam pembuatan frame LAPAN-TUBSAT. (Foto: tubsat)

22 Januari 2009, Jakarta -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) telah mengoperasikan stasiun bumi yang dibangunnya sendiri di Pulau Biak, Papua, demikian diumumkan Lapan hari ini di Jakarta.

Para teknisi Lapan membuat stasiun bumi itu dengan mengintegrasikan komponen-komponen yang dibelinya dan membuat sebagian software (perangkat lunak) sendiri untuk mengoperasikannya.

Sebuah kemajuan karena dua stasiun bumi sebelumnya yang ada di Rumpin dan Rancabungur, Bogor, bukan dibuat sendiri tetapi dibeli dari Amerika Serikat.

Stasiun bumi Biak digunakan untuk menerima data dari LAPAN-TUBSAT, satelit mikro yang berbobot hanya 100 kilogram yang dikembangkan bekerjasama dengan Universitas Teknik Berlin, Jerman.

LAPAN-TUBSAT diluncurkan ke orbit polar dengan ketinggian 635 km di atas permukaan bumi pada Januari 2007. Dengan dua kamera, satelit itu mampu memotret berdimensi 5 meter dan lebar 3,5 km serta 200 m dan lebar 81 km.

Perangkat komunikasi tersebut telah berhasil mengambil berbagai citra di wilayah Indonesia bagian barat, mencakup Singapura hingga Bali.

Pada tahun lalu, LAPAN-TUBSAT digunakan untuk memantau pembangunan jembatan Suramadu dan proyek jalan tol di wilayah utara Pulau Jawa. Citra LAPAN-TUBSAT dapat dilihat di situs www.lapantubsat.org.

Draft LAPAN-TUBSAT. (Grafis: tubsat)

Foto citra oleh LAPAN-TUBSAT pelabuhan Hamburg, Jerman. (Foto: tubsat)

Stasiun bumi Lapan di Biak memiliki antena untuk menangkap sinyal satelit berorbit rendah. Dalam menangkap sinyal satelit semacam itu, antena harus dapat bergerak atau berubah orientasi secara cepat karena satelit muncul dan hilang dari horizon dalam waktu singkat, kurang dari 15 menit.

Beroperasinya Stasiun Bumi penerima Biak menambah cakupan LAPAN-TUBSAT hingga wilayah Indonesia timur, bahkan hingga pantai utara Australia.

Keberhasilan beroperasinya stasiun bumi di Biak menunjukkan bahwa teknisi Lapan telah menguasai teknologi perekayasaan stasiun bumi untuk satelit orbit rendah.

Lapan akan membangun stasiun bumi serupa mulai awal tahun ini di Kotatabang, Sumatra Barat, sehingga menambah cakupan LAPAN-TUBSAT melampaui Aceh hingga Semenanjung Malaya.

Bila stasiun bumi Kototabang terwujud, maka hanya wilayah Indonesia bagian tengah saja yang belum tercakup LAPAN-TUBSAT. Namun, itu tidak berlangsung lama karena pada 2011 akan dibangun stasiun bumi di Parepare untuk menjangkau wilayah itu.



ANTARA News

Kopassus Ciptakan Mobil Bencana Alam


19 Januari 2009 -- Sesuai dengan undang-undang No.34 tahun 2002 yaitu tni melakukan operasi militer selain perang (OMSP),Wadanjen KOpassus Brigjen TNI Winu Bawatenaya mengoperasikan multipurpose vehicle (car rescue satgassus) hasil kerjasama satuan Kopassus dengan Teknisi dari Bandung, Jumat(15/1).

Mobil rescue satgassus ini mempunyai banyak fungsi antara lain melakukan recovery bencana alam secara cepat.Mobil ini baru pertama kali dibuat di lingkungan TNI serta mempunyai keunggulan bisa digunakan di segala medan dan peralatan untuk menanggulangi bencana seperti generator set,oxygen bottle,alumunium,impact drill,jigsaw,rubber boat dll.

Wakil Komandan Jenderal Kopassus Brigjen TNI Wisnu Bawatenaya mengatakan pengalaman telah menunjukan betapa kompleksnya permasalahan akibat bencana alam. Berkaca pada pengalaman ini sehingga diperlukan langkah penanggulangan dan penanganan yang cepat,tepat dan sinergi saat bencana datang. "Saya berharap dengan adanya car rescue satgassus ini kita makin cepat dan tepat sasaran di dalam menanggulangi bencana alam",ujar wadanjen Kopassus.

Beliau mengatakan,Kita menjadi ujung tombak bagi instansi lain dalam menghadapi tugas penanggulangan bencana alam bila diperlukan karena bencana alam tidak dapat diprediksi kapan waktunya dan dimana tempatnya.



PenKopassus/Dispenad

Pasmar 2 Gelar Kesiapan Latihan Pemantapan Terpadu

Pasmar  2 Gelar Kesiapan Latihan Pemantapan Terpadu

Kepala Staf Kormar memeriksa kesiapan personel dan perlengkapan

Kepala Staf Korps Marinir Brigadir Jenderal TNI (Mar) Ikin Sodikin melaksanakan inspeksi pasukan pada saat Gelar Kesiapan Latihan Terpadu Korps Marinir tahun 2010 di Lapangan Apel Ksatrian Marinir Cilandak, Rabu (20/1). Ikut mendampingi Kepala Staf Kormar adalah Komandan Pasmar 2 BrigjenTNI (Mar) Prang Verry Kunto, Kepala Staf Pasmar-2 Kolonel (Mar) Buyung Lelana, dan sejumlah pejabat teras Korps Marinir.

Kepala Staf Kormar menyatakan, pelaksanaan gelar pasukan ini untuk mengecek kesiapan personel dan material tempur sebelum diberangkatkan ke daerah latihan.

Dalam pengarahannya Kepala Staf Kormar mengingatkan kepada seluruh prajurit agar selalu berpedoman kepada apa yang menjadi penekanan Komandan Korps Marinir yaitu sambut latihan pemantapan terpadu Marinir 2010 ini dengan penuh kegembiraan, berlatihlah sungguh-sungguh serta selalu memohon kepada Allah SWT agar pelaksanaan latihan dapat berjalan dengan aman dan lancar.

Lebih lanjut disampaikan bahwa medan latihan yang akan dihadapi cukup menantang dan cocok untuk tempat berlatih, sebab itu seluruh prajurit supaya mempersiapkan fisik dan mental serta perlengkapan dengan sebaik-baiknya, latihan ini untuk mewujudkan kesiapan tempur prajurit Marinir dalam menghadapi tantangan tugas kedepan.

Pasukan yang mengikuti gelar kesiapan berjumlah lebih dari 3000 personel, dilengkapi dengan sejumlah material tempur yang akan diikutkan saat pelaksanaan latihan diataranya kendaraan tempur amfibi jenis LVT-7A1, Tank Amfibi PT-76, BTR-50, BVP-2, KAPA, Roket RM-70 Grad, Howitzer 150, Sea Rider.

Latihan Pemantapan terpadu Koprs Marinir 2010 yang akan berlangsung selama dua bulan menurut rencana dilaksanakan di dua tempat secara terpisah, diawali mulai tanggal 25 Januari 2010 di Lampung diikuti oleh pasukan Marinir wilayah barat, selanjutnya pada waktu yang hampir bersamaan juga digelar di Situbondo Jawa Timur yang diikuti pasukan Marinir wilayah timur. Kekuatan personel Marinir yang akan mengikuti latihan pemantapan tersebut berjumlah lebih dari 10.000 orang dilengkapi material tempur satuan.



Dispen Korps Marinir

Resimen Kavaleri-2 Korps Marinir Uji Coba Kendaraan Tempur

Saat  uji coba Ranpur Jenis LVT-7A1

Pasmar 2 Saat uji coba Ranpur Jenis LVT-7A1 di Dermaga Kolinlamil.(Foto Dispen Korps Marinir)

Sejumlah prajurit dari Resimen Kavaleri-2 Korps Marinir melaksanakan uji coba terhadap 10 kendaraan tempur (ranpur) amfibi tipe Landing Vehicle Track (LVT)-7A1 dan Kendaraan Amfibi Pengangkut Arteleri (Kapa) di Dermaga Kolinlamil, Minggu, (17/1).

Uji kesiapan yang dipimpin Komandan Menkav-2 Korps Marinir Kolonel Marinir Cecep Ruhiat serta disaksikan Kas Armabar Laksma TNI Hari Bowo dan Asisten Operasi Komandan Korps Marinir Kolonel Marinir Ivan Titus itu merupakan lanjutan dari uji coba yang telah digelar selama 4 hari (11 s/d 14 Januari) di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara.

Kegiatan yang dilakukan dengan mengukur ketinggian pada saat masuk maupun keluar pintu rampa KRI Surabaya tersebut dimaksudkan untuk menguji kemampuan ranpur LVT-7A1 pada saat manuver di laut, serta guna mengetahui ukuran ketinggian kendaraan berlapis baja itu ketika landing di dalam kapal.

Uji coba ini sekaligus sebagai persiapan menghadapi Latihan Pemantapan (Lattap) Terpadu Marinir 2010 yang akan dihelat mulai minggu ke empat Januari hingga awal Maret 2010 di Lampung.

Alhasil, uji coba yang telah dilangsungkan selama 5 hari itu, tidak terjadi kendala dan masalah. Dengan kata lain,. LVT-7 A1 maupun Kapa itu layak digunakan pada Latihan Pemantapan Terpadu Marinir 2010 yang akan segera digelar selama lebih dari sebulan.

Sementara itu, Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin dalam arahannya kepada para perwira Marinir wilayah Jakarta di ruang rekreasi Batalyon Infanteri 2 Marinir, Cilandak-Jakarta Selatan, Kamis (14/1), telah meminta kepada seluruh prajurit untuk menyambut latihan pemantapan terpadu Marinir 2010 itu dengan penuh kegembiraan, rencanakan latihan dengan sebaik-baiknya, yakinkan diri bahwa Gusti Allah akan melindungi.

”Latihan Pemantapan ini akan menjadi catatan sejarah bagi Korps Marinir, karena sebelumnya, Korps Marinir secara mandiri belum pernah melaksanakan latihan sebesar ini”, tegas orang nomor satu di jajaran Korps Marinir itu.


Dispen Korps Marinir

Teropong Bidik Malam Senapan Buatan Puslit KIM LIPI

19 Januari 2010 -- Kemampuan Indonesia di bidang pertahanan dan keamanan memang sudah sepantasnya disejajarkan dengan negara-negara asing. Buktinya banyak peralatan yang mendukung pertahanan dan keamanan bangsa yang bisa dibuat di dalam negeri oleh putra bangsa. Salah satu contohnya adalah Teropong Bidik Malam Senapan (TBMS), buatan para ahli di Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi (Puslit KIM) LIPI.

Menurut Ahmad Harimawan, Peneliti Instrumentasi di Puslit KIM LIPI, TBMS ini dirancang khusus untuk membidik/menembak tepat dan pengamatan pada malam hari. TBMS ini terdiri dari rumah utama (Housing) yang didalamnya terpasang unit lensa obyektif, Image Intensifier generasi 2 yang digabungkan dengan sumber tegangan, dan unit Ocular. Alat ini memiliki kemampuan untuk melihat obyek yang berada pada sumber cahaya yang sangat minim sekalipun, pemakai dapat melihat dan mengamati sasaran tanpa menggunakan bantuan cahaya buatan sehingga tidak mudah terdeteksi oleh musuh.

TBMS ini terutama dirancang untuk digunakan pada senapan infantri TNI seperti type SS1 yang sudah diproduksi 120 unit untuk digunakan di Papua pada thn 2004 dengan senapan mesin dan adaptor yang sesuai. Kalau untuk kalangan Sipil digunakan untuk survey dan penelitian pada waktu malam hari. TBMS sudah teruji kehebatannya. Kemampuan jarak pandang tergantung cuaca alam sekitar. Mis. Kalau ada binatang, bisa dideteksi hingga 300 meter.

LIPI juga sudah membuat Teropong Bidik Siang, dan saat ini sedang mengembangkan teropong bidik generasi keempat yang sudah dibuat para ahli di Puslit KIM LIPI. Generasi pertama dari Teropong Bidik Malam ini, sudah terbukti ketangguhannya ketika TNI berperang melawan Fretlin di Timor-Timur.

Yang membanggakan, lensa optic yang digunakan pada TBMS ini benar-benar dibuat sendiri oleh para ahli LIPI. “Kualitasnya pun sudah sejajar dengan alat yang diimpor dari luar negeri, diantaranya: -Tahan udara lembab dan kedap air (standard spesifikasi militer), -Tahan terhadap getaran tembakan 500 butir peluru (perubahan kedudukan fisir/titik bidik maksimum 1 klik). TBMS juga dapat digunakan dengan dipegang langsung atau dengan tripod. Dan yang terpenting lagi, dari aspek kemampuan SDM, kita kuat”, tegas Harimawan.

Namun menurut Harimawan, TBMS masih mempunyai kelemahan, yaitu tidak mampu menembus kabut Hal ini akan terus dicari solusinya oleh para ahli LIPI. Kendala lain yang ditemui para ahli kita di LIPI selama mengembangkan TBMS ini, diantaranya kenadala teknis dan juga sosialisasi dari pengembangan industri TBMS. Untuk produksinya masih mengalami hambatan kekurangan dana, dan untuk sosialisasinya harus mengikuti prosedur/ birokrasi.

Yang jelas akan ada banyak teknologi yang akan dikembangkan dalam pembuatan TBMS ini nantinya. Tentu saja, para ahli di LIPI menginginkan perkembangan ini akan menambah daya guna bagi TBMS.

Akhirnya, Harimawan, mewakili para ahli di LIPI mengharapkan support dari pemerintah. Diharapkan pemerintah membentuk industri teknis untuk mensupport hasil/produk peneliti, khususnya produk Hankam. Mis. Dengan membuat Industri Strategis. Diharapkan juga Kementerian Ristek dapat mendiseminasikan iptek kepada instansi terkait untuk dapat dikembangkan lebih lanjut, supaya tidak sia-sia.

Deskripsi

Teropong Bidik Malam Senapan (TBMS ini terdiri dari rumah utama (Housing) yang didalamnya terpasang unit lensa obyektif, Image Intensifier generasi 2 yang digabungkan dengan sumber tegangan, dan unit Ocular. Alat ini memiliki kemampuan untuk melihat obyek yang berada pada sumber cahaya yang sangat minim sekalipun, pemakai dapat melihat dan mengamati sasaran tanpa menggunakan bantuan cahaya buatan sehingga tidak mudah terdeteksi oleh musuh. TBMS ini terutama dirancang untuk digunakan pada senapan infantri TNI seperti type SS1 dan senapan mesin dengan adaptor yang sesuai, TBMS juga dapat digunakan dengan dipegang langsung atau dengan tripod.

Kegunaan

TBMS ini dirancang khusus untuk membidik/menembak tepat dan pengamatan pada malam hari.

Keuntungan teknis/ekonomis:
# Tahan udara lembab dan kedap air (standard spesifikasi militer).
# Tahan terhadap getaran tembakan 500 butir peluru ( perubahan kedudukan fisir/ titik bidik maksimum 1 klik)


RISTEK/LIPI

F-16 Lakukan “Escort” RI-1

Pesawat F-16/Fighting Falcon mengadakan (Escort) pengawalan udara terhadap pesawat kepresidenan saat berkunjung ke Lanud Iswahjudi, Senin (18/1) (Foto: Pentak Lanud Iswahjudi).

19 Januari 2009, Madiun -- Menyambut kedatangan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono beserta para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II di Lanud Iswahjudi, dua pesawat F-16/Fighting Falcon, melakukan (Escort) pengawalan udara diatas wilayah Semarang, Senin (18/1).

Pengawalan udara dilakukan mulai diatas wilayah kota Semarang hingga landing di Run Way Lanud Iswahjudi dengan menggunakan pesawat F-16/Figting Falcon yang dipiloti oleh Letkol Pnb Fajar Adriyanto, Mayor Pnb Firman, Lettu Pnb Agus Dwi Aryanto dan Lettu Pnb Pandu Eka Prayoga dengan Pesawat Nomor TS-1601 dan TS-1602.

Escort yang dilakukan oleh pesawat tempur TNI AU tersebut, dimaksudkan disamping untuk melakukan pengawalan udara terhadap pesawat yang ditumpangi pejabat tinggi Negara, juga untuk menunjukan rasa hormat kepada Presiden RI dan rasa kebanggaan atas kehadiran Beliau di Lanud Iswahjudi dalam rangka kunjungan kerja di Madiun dan Ngawi, serta pelaksanaan program kerja 100 hari.




PENTAK LANUD ISWAHJUDI

Pemeliharaan Peralatan Persenjataan Mandiri

F-5E Tiger TNI AU. (Foto: TNI AU)


19 Januari 2010, Bandung -- Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara Marsekal Madya Imam Sufaat menargetkan, mulai 2010, pemeliharaan sistem peralatan utama sistem persenjataan sedapat mungkin diupayakan secara mandiri. Selain diyakini memiliki sumber daya manusia yang memadai, kebijakan ini juga mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap negara lain.

”Pemeliharaan material secara mandiri harus segera dimulai. Apa yang sudah bisa dilakukan TNI AU secara swadaya harus diberi kepercayaan. Mungkin belum bisa lepas sepenuhnya, tetapi harus bisa dilakukan secara bertahap,” ujar KSAU, Sabtu (16/1), seusai serah terima jabatan Komandan Komando Pemeliharaan Material TNI AU di Lapangan Upacara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat.

Dalam serah terima jabatan itu, mantan Kepala Dinas Aero TNI AU Marsekal Pertama Ferdinand AM menggantikan Marsekal Muda Sunaryo HW sebagai Komandan Komando Pemeliharaan Material TNI AU.

Dalam kesempatan itu, KSAU juga mendorong badan usaha milik negara (BUMN) di bidang industri pertahanan untuk meningkatkan kapasitas produksi guna menyediakan alat utama sistem persenjataan (alutsista) secara mandiri.

”Pemberdayaan BUMN industri strategis harus mendapat prioritas. Setidaknya, secara bertahap, pemenuhan suku cadang atau sumber daya pemeliharaan alat tempur harus bisa dilakukan di dalam negeri,” ungkapnya.

Hingga 2014, TNI AU juga memiliki sejumlah agenda optimalisasi alutsista di beberapa skuadron. Misalnya, pengadaan 16 pesawat jenis Super Tucano dari Brasil untuk memperkuat skuadron 14 Madiun, Jawa Timur.

Selain itu, TNI juga merencanakan penggantian pesawat tempur Hawk MK-53 untuk skuadron 15 Madiun. Untuk pesawat pengangkut, Imam menegaskan, TNI AU akan melakukan optimalisasi terhadap empat pesawat Hercules. ”Kami bersyukur mendapat anggaran dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Kami juga akan memakai anggaran yang disahkan dalam APBN,” katanya.




KOMPAS

Pindad Bersaing dengan Prancis dan Korea



Panser Pindad 6x6 Made In Indonesia (photo : flickr-Chandra M)


Pindad Berharap Pesanan Panser dari Malaysia


Bandung, Kompas - Badan usaha milik negara, PT Pindad, berharap memperoleh pesanan 32 panser dari Malaysia. PT Pindad kini mengikuti tender dan bersaing dengan perusahaan dari Korea Selatan dan Perancis.

Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto di Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/1), mengatakan, proses tender di Malaysia dimulai 2009. Sebanyak 16 perusahaan mengikuti tender itu dan enam di antaranya lolos. Setelah diseleksi lagi, kini tersisa tiga perusahaan, termasuk PT Pindad.

”Setidaknya, Pindad bisa disetarakan dengan Perancis dan Korea Selatan (Korsel). Tahap yang sedang dilakukan dari segi teknis, yakni fact finding,” katanya. Upaya dari sisi politis yang dilakukan, menurut Adik, yakni, ia bertemu dengan Menteri Pertahanan Malaysia.


Renault VAB 6x6 Made in Prancis (photo : Army Technology)


”Kalau diperhatikan kecenderungannya, Malaysia ingin pesan panser dari Indonesia. Harga panser PT Pindad dianggap lebih bagus,” kata Adik.

Namun, ia enggan menyebutkan harga panser yang diajukan ke Malaysia. Penandatanganan dengan pemenang tender direncanakan April 2010. Apabila PT Pindad bisa mendapatkan pesanan itu, panser diharapkan selesai dikerjakan sebelum akhir 2010.

Panser akan digunakan prajurit Malaysia yang tergabung dalam pasukan perdamaian di Lebanon atau United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Minat mengajukan pesanan itu berdasarkan penggunaan panser 4 x 4 VAB yang mendukung pelaksanaan tugas pasukan Indonesia di Lebanon dengan maksimal.

Doosan BlackFox 6x6 Made In Korea (photo : Military Today)


Malaysia meminati empat tipe panser, yakni ambulans, komando, pengangkut pasukan, dan recovery. Kendaraan itu sejenis dengan panser 6 x 6 yang dipesan Kementerian Pertahanan dan sebagian digunakan TNI yang tergabung dalam pasukan perdamaian di Lebanon.

Namun, Malaysia meminta beberapa spesifikasi panser yang berbeda, seperti tambahan lampu sorot untuk menembak, bermesin Mercedes-Benz, dan kemudi di sebelah kiri. Panser yang dipakai TNI bermesin Renault.

Kepala Humas PT Pindad Timbul Sitompul menambahkan, jika Malaysia jadi memesan panser dari Indonesia, diharapkan Malaysia menyediakan uang muka untuk biaya pembuatan.


(Kompas)

----------------------

Support Palestine