YERUSALEM - Israel sukses menguji sistem "Kubah Besi" untuk mencegat dan menghancurkan roket-roket yang biasa ditembakkan pejuang dari Jalur Gaza atau Lebanon selatan.
Sistem kubah besi itu dikembangkan perusahaan peralatan perang Rafael yang telah diuji dengan sukses pada beberapa hari terakhir. Menurut Kementerian Pertahanan Israel, sistem pertahanan itu mampu menghancurkan sejumlah roket dalam jangkauan antara 4 hingga 70 kilometer.
"Ini merupakan pertama kalinya kubah besi dites dengan target besi ke besi. Target roket itu dapat dihancurkan seluruhnya," ujar seorang pejabat pertahanan Israel. Beberapa rangkaian uji coba diperkirakan akan dilakukan lagi dalam beberapa bulan ke depan, sebelum sistem pertahanan itu dipasang di wilayah selatan Israel.
Pemasangan kubah besi itu untuk menangkal serangan roket pejuang Hamas Palestina dari Jalur Gaza. "Sistem ini merupakan elemen pertahanan baru terhadap serangan roket dan membuat militer Israel dapat melakukan tugas utama untuk melindungi warga sipil kita dengan cara terbaik," papar Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak.
Pengamat militer di televisi swasta, Channel 10, menyebutkan bahwa Kementerian Pertahanan Israel hendak memasang sistem baru itu di dekat kota perbatasan Israel selatan, Sderot, pada awal 2010. Menurut militer Israel, pejuang Palestina telah menembakkan lebih dari 200 roket dan mortir sejak Israel mengakhiri agresi brutal di Gaza pada 18 Januari silam.
"Jika Anda tidak memiliki sistem seperti ini, Anda dapat terseret dalam berbagai perang yang terbukti jauh lebih mahal," katanya. Di Washington, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mendesak negara-negara Arab untuk segera bersikap dalam upaya normalisasi hubungan dengan Israel.
Desakan itu merupakan bagian dari tawaran Gedung Putih untuk mempromosikan perdamaian Arab-Israel. Selain itu, Hillary dalam pidato kebijakan luar negeri itu berhenti sejenak untuk menekankan seruan pada Israel agar menghentikan seluruh aktivitas pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina.
Walau begitu Hillary mengakui, masalah permukiman Yahudi itu menghadapi berbagai tantangan politik. "Kami telah bekerja sama dengan Israel untuk menyelesaikan isu permukiman, untuk melunakkan berbagai aturan terhadap rakyat Palestina dan menciptakan lingkungan yang dapat menuju pada pembentukan negara Palestina," papar Hillary.
Menurut Hillary, selama beberapa dekade silam, pemerintah Amerika telah bersikap konsisten mengenai masalah permukiman. "Kami mengharapkan tindakan dari Israel, kami mengakui bahwa keputusan itu mendapatkan tantangan politik,"katanya. Menlu AS menyatakan, kemajuan dalam proses perdamaian bukan tanggung jawab AS atau Israel saja.
"Palestina juga harus memperbaiki keamanan dan bertindak tegas terhadap hasutan untuk melakukan kekerasan terhadap warga Israel," paparnya.(Koran SI/Koran SI/ton)/okezone
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^