Tim anti teror Yonif 500/Raider. (Foto: detikFoto/Rois Jajeli)
11 April 2011 -- Bagi Kunto Arief, menjabat sebagai komandan Yonif 500 Riders Komando Daerah Militer (Kodam) Brawijaya adalah tanggung jawab yang tidak bisa dibilang mudah. Maklum, kesatuan yang dipimpinnya merupakan kesatuan pasukan elite Angkatan Darat.
Pria dengan dua melati di pundak itu dikenal memiliki ciri khas sebagai komandan yang punya visi dan pandangan jauh ke depan. Karisma sebagai seorang pemimpin yang tegas dan berwibawa begitu melekat pada pria 39 tahun itu.
Arief menyatakan, pasukan elite Yonif 500 Riders merupakan kesatuan yang berbeda daripada kesatuan lainnya di lingkungan TNI-AD. Untuk masuk sebagai Riders, prajurit harus menjalani tahap seleksi yang sangat ketat.
Secara pendidikan, anggota Riders 500 merupakan orang-orang terpilih untuk menjalani pelatihan selama enam bulan di pusat pendidikan pasukan khusus (Pusdik Pasus) di Batu Jajar, Bandung, Jawa Barat. ''Pendidikannya satu lokasi dengan Kopassus. Namun, kami dilatih sendiri,'' papar Arief kepada Jawa Pos.
Tidak hanya prajurit pilihan, melainkan juga para perwira. Mereka (perwira) juga menjalani tahap seleksi yang ketat. Jadi, bukan berarti karena berpangkat perwira, mereka lantas bisa langsung masuk menjadi Riders. Justru pendidikan untuk perwira lebih berat ketimbang para prajurit.
Saat ini, Yonif 500 Riders Kodam Brawijaya memiliki 711 personel. Mereka terbagi menjadi 27 perwira, 50 personel pasukan penanggulangan teror (Gultor), serta sisanya tamtama dan bintara.
Arief mengatakan, untuk menjadi pasukan elite Riders, ada beberapa tahap atau materi yang diajarkan selama menempuh pendidikan di Pusdik Pasus Jawa Barat. Di antaranya, pertempuran dalam kota (purkota), demolisi (taktik penghancuran), pembebasan sandera (ride bus one), mobil udara (mobud), berkendara (ride car), dan operasi intelijen (Sandi Yuda).
''Khusus Gultor diperkuat pada Sandi Yuda,'' ujar Arief. Arief menyatakan, pasukan Riders berasal dari kata Ride yang artinya mencuri atau melakukan misi dengan kecepatan, ketepatan, dan senyap. Karena itu, pasukan Riders diharapkan memiliki keterampilan khusus untuk menjalankan operasi militer dengan baik.
Mengenai taktik pertempuran, Arief menambahkan, pasukan Riders mendapat porsi seluruh latihan inti selama di Kopassus. Selebihnya dikembangkan sendiri ketika mereka dikembalikan ke barak tempat menjalani tugas sebagai pasukan elite.
Anak keenam di antara tujuh bersaudara itu mencontohkan, ilmu bela diri yang dilakoni pasukan Riders saat ini merupakan pengembangan dari berbagai cabang ilmu bela diri. Di antaranya, karate, taekwondo, dan kick boxing. Percampuran tersebut merupakan cara baru di dunia kemiliteran.
Meski demikian, bukan berarti percampuran itu mengubah dasar-dasar ilmu bela diri yang sudah ada. Melainkan, ada pengembangan dalam gerakan-gerakan yang sudah diajarkan. ''Sehingga, ada penyelarasan gerak dan teknik. Sekali lagi bukan bermaksud untuk mengubah secara total,'' imbuh Arief.
Begitu juga taktik pengamanan. Pasukan Riders mempunyai cara tersendiri ketika dihadapkan pada suatu bentuk pengamanan atau perlindungan. Bagaimana pasukan Riders harus bisa mengerjakan misi yang diberikan dengan minim risiko kegagalan. Praktis, para pasukan elite itu memang harus bekerja ekstrakeras agar operasi dapat dilakukan secara sempurna.
Terutama saat menjalankan taktik demolisi. Pasukan Riders harus paham betul target perusakan, penculikan, maupun penonaktifkan kegiatan yang dianggap membahayakan misi dalam pertemupuran. ''Semua lebih bersifat logistik dan sangat vital,'' jelas Arief.
Dia lantas menceritakan operasi pembebasan sandera yang dilakukan oleh sekelompok teroris. Dalam pekerjaan itu, anggota Gultor paling banyak berperan. Sebab, mereka dituntut untuk bisa ''merapikan'' situasi dengan meminimalisasi jatuhnya korban. Memang nyawa yang menjadi taruhan. Namun, pasukan Gultor dapat diandalkan dalam situasi tersebut.
Salah satunya, kenang Arief, saat melakukan operasi perburuan tokoh teroris komplotan lanjutan Dr Azhari. Pasukan Riders turut berperan dalam operasi militer secara rahasia. Mereka (anggota Riders dan Gultor) harus berhari-hari jauh dari keluarga dan menyamar sebagai sipil. Namanya juga misi rahasia, Arief tidak menceritakan detail kegiatan yang mereka lakukan.
Jawa Pos
11 April 2011 -- Bagi Kunto Arief, menjabat sebagai komandan Yonif 500 Riders Komando Daerah Militer (Kodam) Brawijaya adalah tanggung jawab yang tidak bisa dibilang mudah. Maklum, kesatuan yang dipimpinnya merupakan kesatuan pasukan elite Angkatan Darat.
Pria dengan dua melati di pundak itu dikenal memiliki ciri khas sebagai komandan yang punya visi dan pandangan jauh ke depan. Karisma sebagai seorang pemimpin yang tegas dan berwibawa begitu melekat pada pria 39 tahun itu.
Arief menyatakan, pasukan elite Yonif 500 Riders merupakan kesatuan yang berbeda daripada kesatuan lainnya di lingkungan TNI-AD. Untuk masuk sebagai Riders, prajurit harus menjalani tahap seleksi yang sangat ketat.
Secara pendidikan, anggota Riders 500 merupakan orang-orang terpilih untuk menjalani pelatihan selama enam bulan di pusat pendidikan pasukan khusus (Pusdik Pasus) di Batu Jajar, Bandung, Jawa Barat. ''Pendidikannya satu lokasi dengan Kopassus. Namun, kami dilatih sendiri,'' papar Arief kepada Jawa Pos.
Tidak hanya prajurit pilihan, melainkan juga para perwira. Mereka (perwira) juga menjalani tahap seleksi yang ketat. Jadi, bukan berarti karena berpangkat perwira, mereka lantas bisa langsung masuk menjadi Riders. Justru pendidikan untuk perwira lebih berat ketimbang para prajurit.
Saat ini, Yonif 500 Riders Kodam Brawijaya memiliki 711 personel. Mereka terbagi menjadi 27 perwira, 50 personel pasukan penanggulangan teror (Gultor), serta sisanya tamtama dan bintara.
Arief mengatakan, untuk menjadi pasukan elite Riders, ada beberapa tahap atau materi yang diajarkan selama menempuh pendidikan di Pusdik Pasus Jawa Barat. Di antaranya, pertempuran dalam kota (purkota), demolisi (taktik penghancuran), pembebasan sandera (ride bus one), mobil udara (mobud), berkendara (ride car), dan operasi intelijen (Sandi Yuda).
''Khusus Gultor diperkuat pada Sandi Yuda,'' ujar Arief. Arief menyatakan, pasukan Riders berasal dari kata Ride yang artinya mencuri atau melakukan misi dengan kecepatan, ketepatan, dan senyap. Karena itu, pasukan Riders diharapkan memiliki keterampilan khusus untuk menjalankan operasi militer dengan baik.
Mengenai taktik pertempuran, Arief menambahkan, pasukan Riders mendapat porsi seluruh latihan inti selama di Kopassus. Selebihnya dikembangkan sendiri ketika mereka dikembalikan ke barak tempat menjalani tugas sebagai pasukan elite.
Anak keenam di antara tujuh bersaudara itu mencontohkan, ilmu bela diri yang dilakoni pasukan Riders saat ini merupakan pengembangan dari berbagai cabang ilmu bela diri. Di antaranya, karate, taekwondo, dan kick boxing. Percampuran tersebut merupakan cara baru di dunia kemiliteran.
Meski demikian, bukan berarti percampuran itu mengubah dasar-dasar ilmu bela diri yang sudah ada. Melainkan, ada pengembangan dalam gerakan-gerakan yang sudah diajarkan. ''Sehingga, ada penyelarasan gerak dan teknik. Sekali lagi bukan bermaksud untuk mengubah secara total,'' imbuh Arief.
Begitu juga taktik pengamanan. Pasukan Riders mempunyai cara tersendiri ketika dihadapkan pada suatu bentuk pengamanan atau perlindungan. Bagaimana pasukan Riders harus bisa mengerjakan misi yang diberikan dengan minim risiko kegagalan. Praktis, para pasukan elite itu memang harus bekerja ekstrakeras agar operasi dapat dilakukan secara sempurna.
Terutama saat menjalankan taktik demolisi. Pasukan Riders harus paham betul target perusakan, penculikan, maupun penonaktifkan kegiatan yang dianggap membahayakan misi dalam pertemupuran. ''Semua lebih bersifat logistik dan sangat vital,'' jelas Arief.
Dia lantas menceritakan operasi pembebasan sandera yang dilakukan oleh sekelompok teroris. Dalam pekerjaan itu, anggota Gultor paling banyak berperan. Sebab, mereka dituntut untuk bisa ''merapikan'' situasi dengan meminimalisasi jatuhnya korban. Memang nyawa yang menjadi taruhan. Namun, pasukan Gultor dapat diandalkan dalam situasi tersebut.
Salah satunya, kenang Arief, saat melakukan operasi perburuan tokoh teroris komplotan lanjutan Dr Azhari. Pasukan Riders turut berperan dalam operasi militer secara rahasia. Mereka (anggota Riders dan Gultor) harus berhari-hari jauh dari keluarga dan menyamar sebagai sipil. Namanya juga misi rahasia, Arief tidak menceritakan detail kegiatan yang mereka lakukan.
Jawa Pos
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^