64 Tahun TNI AU menjuju first class of air force

Hawk TNI AU. (Foto: TNI AU)

09 April 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat memasang target TNI Angkatan Udara (AU) sebagai the first class of air force atau angkatan udara kelas wahid di dunia. Untuk itu, Kasau mengajak seluruh warga TNI AU bekerja maksimal dengan prinsip "Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin". Hal ini dikemukakan Kasau terkait peringatan HUT TNI AU ke-64 yang berlangsung hari ini.

Menurut Imam Sufaat, tekad itu merupakan tujuan jangka pangjang TNI AU. Sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah menciptakan zero accident di setiap operasi yang digelar TNI AU.

Gagasan sekaligus cita-cita untuk mewujudkan secara bertahap TNI Angkatan Udara menjadi the first class air force, sesungguhnya merupakan pesan moral Kasau kepada seluruh elemen organisasi, sebagai upaya meningkatkan niat dan mendorong semangat, untuk senantiasa bekerja yang terbaik bagi kepentingan organisasi.

"Masa depan TNI AU merupakan tanggung jawab semua, mengingat kalau tidak melakukan suatu perubahan, maka tidak akan ada perbaikan masa depan, sehingga TNI Angkatan Udara akan semakin tertinggal," ujarnya.

Upaya meningkatkan postur yang tangguh dan kemampuan serta profesionalisme TNI AU dengan membangun kekuatan dan memodernisasi serta meregenerasi alutsista, tidak terlepas dari amanat Presiden tentang revitalisasi industri-industri pertahanan negara.

Rencana kesiapan alutsista yang ada, untuk melanjutkan program peningkatan kemampuan alutsista TNI Angkatan Udara, sudah dicanangkan dalam Renstra pembangunan TNI AU tahun 2010-2014.

Mengawal NKRI

Peran sukses TNI AU dalam mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sendiri telah menyejarah, yakni berubahnya status Angkatan Udara dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan Penerbangan kemudian menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) Angkatan Udara yang berdiri sejajar dengan Angkatan lainya, dan secara de jure tertuang dalam Penetapan Pemerintah Nomor 6/SD tanggal 9 April 1946.

Perjalanan TNI Angkatan Udara sebagai institusi angkatan perang, proses kelahirannya sekitar tujuh bulan sejak Indonesia merdeka, serta alutsista yang dimiliki juga sangat sederhana. Waktu itu TNI Angkatan Udara hanya bermodalkan pesawat-pesawat bekas yang diperoleh dari rampasan tentara Jepang, seperti pesawat jenis Cureng, Nishikoreng, Guntei, dan Hayabusha.

Pesawat yang terbang pertama kali dengan identitas merah putih diterbangkan oleh Komodor Udara Agustinus Adisutjipto tanggal 27 Oktober 1945, sedangkan Operasi Udara yang pertama adalah tanggal 29 Juli 1947 yang merupakan serangan balas terhadap Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947, dan Operasi Lintas Udara di Kalimantan tanggal 17 Oktober 1947 merupakan bagian darma bakti para perintis TNI Angkatan Udara kepada Ibu Pertiwi.

Sejak saat itu, kemampuan alutsista TNI AU terus mengalami perkembangan. Berbagai jenis pesawat modern mulai bergabung seperti P-51 Mustang, B-25 Mitchel, C-47 Dakota, AT-16 Harvard, serta pesawat Amphibi Catalina di tahun 50-an. Bahkan dekade 60-an TNI AU menjadi Angkatan Udara yang paling disegani di kawasan Asia Tenggara karena memiliki alutsista udara yang cukup besar dan handal sehingga menjadi "Detterent Power" bagi negara-negara yang berniat memusuhi NKRI. Dekade ini mulai bergabung Mig-15, Mig-17, Mig-19, Mig-21, AN-12 Antonov, C-130 B, serta TU-16/TU-16KS.

Meskipun awal dekade 70-an kemampuan TNI AU sempat mengalami penurunan, namun pada pertengahan tahun 70-an mulai bangkit kembali dengan bergabungnya pesawat OV-10 Bronco, F-86 Sabre, T-33 Bird, Fokker F-27, dan Helikopter Puma SA-330. Bahkan dekade 80-an TNI AU memasuki era pesawat supersonik, dengan hadirnya pesawat tempur F-5 Tiger II, A-4 Sky Hawk, C-130 H/HS Hercules, Hawk MK-53 dan helikopter Puma. Apalagi dengan datangnya pesawat Multirole F-16 Fighting Falcon dari Amerika pada akhir tahun 1989.

Selain telah memiliki berbagai pesawat tersebut, TNI AU juga memiliki tim aerobatik yang cukup melegenda, yaitu Tim Elang Biru dan Jupiter Aerobatik Tim, yang dapat disejajarkan dengan tim aerobatik kelas dunia. Pada 1996, armada udara TNI AU juga diperkuat oleh Hawk 100/200. Dan pada 2003 TNI AU melengkapi teknologi Barat dengan teknologi dari Timur, yaitu dengan hadirnya pesawat Sukhoi SU-27 dan SU-30 dari Rusia. Kehadirannya semakin mewarnai angkasa Indonesia dan tentunya menambah kekuatan udara nasional dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI.

JURNAS

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^

----------------------

Support Palestine