Sebagai komandan pasukan elite infanteri, Letkol TNI Kunto Arief dituntut memiliki keterampilan khusus di atas rata-rata. Meski begitu, anggapan bahwa pasukan elite identik dengan wajah sangar dan kejam tidak sepenuhnya benar. Di balik itu semua, Arief adalah sosok komandan bertampang cool dan enak diajak ngobrol.
PERIBAHASA buah jatuh tidak jauh dari pohonnya sangat tepat untuk melukiskan perjalanan hidup Kunto Arief. Suami Indira Paramita itu menyatakan, dunia militer sudah akrab dengan kehidupannya sejak kecil. “Bapak saya juga tentara, jadi sepertinya sudah mendarah daging,” ucapnya.
Putra keenam di antara tujuh bersaudara tersebut menceritakan, semasa kecil kehidupannya lekat dengan pria-pria berambut cepak dan berbaju doreng. Kehidupannya pun berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain karena tuntutan tugas dari sang ayah. Bahkan, hampir seluruh daerah di Indonesia pernah ditinggalinya. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi yang harus dijalani sebagai anak kolong (sebutan untuk anak-anak prajurit yang tinggal di asrama militer).
Termasuk urusan dalam hal kehidupan pribadi, Arief kecil boleh dibilang kenyang mendapat didikan ala militer. Maksudnya, kepribadian seorang militer yang disiplin, teratur, dan memiliki sikap tegas. Meski awalnya Arief merasa tidak nyaman, manfaat hasil didikan sang ayah menuntunnya hingga menjadi seperti sekarang.
Dia teringat ketika sang ayah mendidiknya dengan cara militer yang keras. Bahkan, tidak jarang sabuk kopel mendarat di tubuhnya ketika Arief tidak serius belajar maupun melakukan kesalahan. “Kalau belum ngerasain itu (kopel) mah bukan anak tentara namanya,” kata Arief sembari tersenyum.
Meski demikian, hal tersebut bukanlah menjadi tolok ukur untuk keberhasilan dalam kehidupan. Sebab, menginjak dirinya dewasa, pola didikan sang ayah tidak lagi berbau kekerasan. Arief mengatakan, semenjak dewasa, dirinya mengalami didikan yang berbeda.
Sang ayah lebih banyak mengajarkan filosofi dalam hidup. Bagaimana dirinya bisa menjadi pria yang tahan banting ketika menghadapi persoalan dan mampu menyelesaikan dengan cara dewasa.
Begitu pula halnya dengan pilihan hidup menjadi seorang tentara. Jebolan Akabri 1992 itu menceritakan, sang ayah tidak pernah memaksa dirinya untuk terjun ke dunia militer. “Ayah hanya berpesan, jika saya (ayah) sudah semakin tua, kamu harus menjadi orang yang berguna. Pikirkan masa depanmu dengan baik,” kenang Arief.
Putra pasangan mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Tri Sutrisno dan Tuti Setiawati itu selalu merenungkan nasihat sang ayah.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^