APA yang terbayang di benak Anda bila mendengar berita bahwa delapan bayi berumur kurang dari satu bulan di seluruh dunia meninggal setiap menit karena tidak menerima perawatan yang tepat? Juga fakta 53 juta perempuan di dunia setiap tahun melahirkan tanpa mendapat pertolongan dari tenaga profesional? Itulah hasil penelitian yang dilakukan organisasi internasional Save The Children pada September 2001.
Lembaga penolong anak-anak itu menghimbau pemerintah di seluruh negara untuk meningkatkan jangkauan vaksinasi dan memberikan perlengkapan kesehatan yang pokok maupun menggalakkan pemberian air susu ibu (ASI).
"Meskipun tingkat kematian anak telah turun 14 persen selama satu dasawarsa ini, namun sangat mengejutkan bahwa ternyata kematian bayi yang baru lahir tetap tinggi," kata Charles MacCormack, Ketua Save The Children.
Hasil penelitian terhadap bayi baru lahir pada 163 negara dikeluarkan seminggu sebelum Sidang Khusus Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengenai anak di New York belum lama ini.
Sejak sidang PBB tentang anak pada 1990, kematian pada anak balita berhasil dikurangi sepertiganya. Save The Children waktu itu mengharapkan pertemuan puncak PBB yang membahas masalah anak tahun ini memusatkan perhatian pada empat juta bayi baru lahir yang mati setiap tahun. Selain mengalami kemajuan dalam penanganan anak, ternyata tingkat kematian bayi masih tetap tinggi.
Di negara Mali, Afrika Barat, 60 dari 1.000 bayi yang dilahirkan akhirnya meninggal, berbanding timpang dengan di Amerika Serikat --negara yang telah mapan ekonominya, yaitu hanya lima kematian dari 1.000 kelahiran.
Menyelamatkan bayi baru lahir merupakan proyek terkini yang dilaksanakan oleh lembaga ini di sejumlah negara yaitu Pakistan, Nepal, Bangladesh, Malawi, Mali, dan Bolivia, dengan membantu meningkatkan perawatan kesehatan pada ibu sebelum hamil maupun pada masa kehamilan hingga persalinan
*******
TEMUAN lain yang mengejutkan dari lembaga ini adalah fakta bahwa 53 juta perempuan di dunia setiap tahun melahirkan tanpa mendapat pertolongan dari tenaga profesional. Save The Children berharap dapat membantu agar para ibu mendapat pertolongan dasar untuk persalinan yang benar.
Para ibu harus dapat menjangkau sarana persalinan yang sederhana, sehingga dapat mencegah kemungkinan terkena infeksi saat persalinan, katanya.
Sarana persalinan itu harga tiap setnya hanya 35 sen dolar AS (sekitar Rp3.000), terdiri atas satu lembar alas plastik, sebatang sabun, tali untuk mengikat tali pusat dan silet untuk memotongnya.
Lembaga ini juga mengatakan bahwa para ibu hamil harus mendapatkan suntikan anti tetanus agar bayi mereka tidak tertular penyakit yang mematikan itu. Ongkos injeksi anti tetanus ini kira-kira lebih dari satu dolar AS (Rp9.000).
Para ibu juga diharapkan untuk memberikan ASI --makanan utama yang sangat diperlukan bayi. Kelenjar payudara perempuan dapat menghasilkan cairan kolostrum -- ASI yang pertamakali keluar setelah persalinan dan kaya akan protein dan antibodi untuk melindungi bayi baru lahir.
Belakangan ini 80 persen bayi-bayi baru lahir di Asia tidak lagi menyusu pada 24 jam pertama setelah mereka lahir.
"Di Asia Selatan ada kepercayaan bahwa air susu ibu yang keluar pertamakali bau, rusak dan kotor sehingga pada hari-hari pertama itu para ibu memberi makan anaknya dengan teh madu. Sungguh sayang karena membuang anugrah alam," tutur Anne Tinker, direktur pada Saving Newborn Lives--Selamatkan Anak-anak yang baru lahir.
"Dengan melakukan layanan yang murah serta terpadu dengan program yang telah berjalan, kita dapat mengubah kesejahteraan sosial dan ekonomi pada banyak negara untuk generasi mendatang."
*******
KEMAMPUAN ibu untuk menyusui harus dipelajari karena tidak muncul secara refleks. Tidak heran bila hasil survei membuktikan masih sedikit bayi yang menerima ASI eksklusif karena masalah pada ibu turut memicu kegagalan menyusui.
Demikian psikolog Ieda Poernomo Sigit Sidi dalam suatu seminar yang dilaksanakan Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia), di Jakarta.
Disebutkan, selama 18 bulan pertama kehidupan sejak kelahiran, bayi dan ibu saling belajar untuk dicintai maupun mencintai. "Artinya, menyusui yang di dalamnya terdapat proses saling mengasihi tidak timbul secara otomatis. Berdasarkan hal ini, ia merasa tidak heran jika terdapat ibu yang tega menghilangkan nyawa anaknya saat baru lahir karena memang rasa kasih tidak tumbuh sejak kelahiran manusia.
Spesialis anak dr Rulina Suradi mengutip Survei Demografi Kesehatan 1997 yang mencacat pemberian ASI eksklusif (sampai bayi berumur empat tahun) di Indonesia hanya 52%. Angka tersebut telah meningkat menjadi sebesar 36% bila dibandingkan dengan hasil survei serupa yang diadakan oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada 1986.
Tapi, cakupannya masih jauh dari kesepakatan pada 1990 dengan harapan agar pada 2000, ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan bisa mencapai paling kurang 80%. Berdasarkan studi Institut Pertanian Bogor, Depkes, dan WHO pada 2001 di Kota Bogor, diperoleh data dari 1.102 bayi, yang diberikan ASI eksklusif sampai umur empat bulan hanya 22,8%.
Karena itu, Rulina menuturkan para ibu harus menerima banyak informasi secara benar mengenai ASI untuk mencapai keberhasilan menyusui. Berarti, mereka perlu memperoleh pengetahuan lebih awal.
Ketua Kelompok Kerja ASI di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM--RCSM) Jakarta tersebut mengungkapkan sejak 1985, pengetahuan tentang menyusui sudah masuk kurikulum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun, belum diketahui hasilnya karena sampai sekarang tidak pernah dilaksanakan evaluasi, manfaatnya setelah diajarkan kepada mahasiswa calon dokter umum.
Spesialis kebidanan dan kandungan dr JM Seno Adjie menjelaskan dalam proses menyusui, kegagalan seringkali ditimbulkan dari persoalan pada ibu. "Pada sebagian ibu yang tak memahami masalah tersebut, kegagalan cenderung dianggap sebagai problem pada anaknya saja. Padahal persoalan yang terjadi selama menyusui dapat dimulai sebelum masa persalinan, setelah persalinan dini (prematur), sampai sesudah persalinan lanjut.
Problem yang muncul dalam hubungannya dengan persalinan itu, antara lain puting susu datar atau terbenam, termasuk lecet, payudara bengkak, bahkan meradang, sindrom ASI kurang, dan persoalan pada ibu yang bekerja di luar rumah. Masalah menyusui bisa juga diakibatkan oleh keadaan khusus seperti ibu melahirkan dengan caesar, sakit, penderita infeksi hepatitis maupun HIV/AIDS.
Pakar gizi anak dr Ndung Sri Durjati Boedihardjo berpendapat problem menyusui pun bisa berasal dari bayi misalnya sering menangis, bingung puting, prematur atau kecil (berat badan lahir rendah), kuning, sakit, kembar, sumbing (mengalami kecacatan pada bibir atau langit-langit), dan lidahnya pendek.
*******
KAMPANYE pentingnya ASI ekslusif melalui ceramah, penyebaran brosur, dan buku, dinilai belum efektif bagi ibu yang memiliki bayi 0-4 bulan, karenanya untuk keberhasilan program itu perlu metoda pelatihan.
"Keberhasilan agar ibu memberikan ASI secara eksklusif atau tanpa ada pemberian makanan/minuman lain harus dilakukan melalui pelatihan," kata dr Utami Rusli SpA, Ketua Pemasyarakatan Pemberian ASI Ekslusif RS St Carolus Jakarta.
Dokter spesialis anak tersebut mengatakan, untuk keberhasilannya perlu metoda pelatihan bagi ibu hamil 8-9 bulan tentang teknik pemerian ASI Eksklusif.
Melalui cara tersebut, diharapkan setelah melahirkan mereka dapat menerapkan pemberian ASI ekslusif dan memahami bahwa pemberian ASI meningkatkan daya tahan tubuh dan kecerdasan bayi.
Selain itu, melalui pelatihan itu dapat dihilangkan berbagai 'mitos' seperti payudara kecil, tidak dapat megeluarkan ASI, bayi tidak suka menetek, payudara rusak, repot karena bekerja, dan payudara sakit saat menyusui, katanya.
Utami menjelaskan, dengan teknik meminjat payudara sesuai medis, maka dapat mengeluarkan ASI, jika sulit mengeluarkan ASI, dapat diobati atau diberikan vitamin yang mengandung zat memperlancar pengeluaran ASI.
"Jika si ibu harus bekerja, pemberian ASI dapat dilakukan sebelum berangkat kerja dengan mengeluarkan ASI yang banyak, selanjutnya ASI itu disimpan di almari es guna diberikan saat si bayi haus pada siang hari," katanya menambahkan.
Menurut dr Utami, bayi mendapat ASI secara eksklusif merupakan hak asasi bayi yang harus dipenuhi si ibu, yakni hak untuk hidup sehat, tumbuh kembang, mendapat perlindungan dan perawatan yang memadai.
Jika bayi usia 0-4 bulan telah mendapat makanan tambahan, seperti susu formula, maka mengurangi zat kekebalan tubuh yang diperoleh dari ASI ibu, sehingga menurunkan daya tahan tubuh dan kecerdasannya, katanya.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997, baru 52 persen dari sekitar 4 juta ibu yang melahirkan memberikan ASI secara eksklusif pada usia bayi 0-4 bulan.
Karena itu, kata Utami, para ibu harus memberikan ASI secara eksklusif karena ASI mengandung zat antibodi yang aman dan tidak ditemukan dalam makanan lain sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan kecerdasan.
*******
BAGAIMANAPUN para ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan wajib memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif (tanpa ada pemberian makanan lain) sehingga akan meningkatkan daya tahan tubuh bayi, kata Sekretaris Menteri Pemberdayaan Perempuan Aryati Atmadji.
Aryati menegaskan, pemberian ASI eksklusif membuat anak memiliki daya tahun tubuh tinggi serta mampu tumbuh secara sehat dan cerdas.
Ia mengatakan, jika bayi usia 0-6 bulan telah mendapat makanan tambahan, seperti susu formula, maka dapat mengurangi zat kekebalan tubuh yang diperoleh dari ASI ibu, sehingga menurunkan daya tahan tubuh dan kecerdasannya.
Karena itu, perlu peningkatan kampanye dan penyuluhan dimulai tingkat RT/RW melalui ibu-ibu PKK, Posyandu dan Puskesmas sehingga kaum ibu, remaja puteri dan kaum laki-laki memahami khasiat pemberian ASI secara eksklusif.
Dia juga menyinggung Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997, baru 52 persen dari sekitar 4 juta ibu yang melahirkan memberikan ASI secara eksklusif pada usia bayi 0-4 bulan.
Karena itu, kata dia, ibu harus memberikan ASI secara eksklusif karena ASI mengandung zat antibodi yang aman dan tidak ditemukan dalam makanan lain sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh dari tertularnya penyakit dan menumbuhkan sel-sel otak yang merangsang tingkat kecerdasan.
Selain itu, penggunaan ASI eksklusif mampu menghemat pengeluaran anggaran pembelian susu formula yang saat ini harganya masih cukup mahal.
Berbagai alasan si ibu tak memberikan ASI, seperti merasa ASI kurang, bayi tidak suka menetek, payudara rusak, repot karena bekerja dan payudara sakit saat menyusui adalah hanya 'mitos' yang harus ditinggalkan, katanya.
Bayi mendapat ASI secara eksklusif merupakan hak asasi bayi yang harus dipenuhi si ibu, yakni hak untuk hidup sehat, tumbuh kembang, mendapat perlindungan dan perawatan yang memadai.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^