BANDUNG - Menteri Pertahanan Poernomo Yusgiantoro (kiri) bersama Menteri BUMN Mustafa Abubakar (kedua kanan), Menristek Suharna Surapranata (tengah), Dirut PT Pindad Adik Avianto Soedarsono (kanan), dan Dansesko TNI Marsekal Madya Edy Harjoko mencoba duduk di dalam panser saat meninjau Panser Anoa 6×6 di PT Pindad, Bandung, Jabar, Rabu (13/1). PT Pindad (Persero) menyerahkan 33 unit panser APS-2 (6×6) tahap ke III pada Departemen Pertahanan untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) nasional. 13 unit di antaranya diberikan untuk pasukan TNI AD yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB di Lebanon. Le portig/Yurri Erfansyah
Bogor - Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Suharna Surapranata mengemukakan, kemampuan peneliti dan perekayasa Indonesia dalam mengembangkan teknologi pertahanan dan keamanan (Hankam) semakin hari semakin baik.
“Buktinya, Pindad (Perindustrian TNI-AD) telah menorehkan sejarah sebagai produsen panser terbaik di kawasan ASEAN,” katanya seperti disampaikan H Muarif, tenaga ahli bidang media Kementerian Negara Ristek melalui pesan singkat (SMS) kepada ANTARA, Rabu.
Menristek menyampaikan hal itu pada serahterima kendaraan tempur Panser angkutan personel sedang (APS)-2 di PT Pindad, Bandung, Jawa Barat.
Acara serahterima dari PT Pindad kepada Kementerian Pertahanan dan Keamanan tersebut dilakukan Dirut PT Pindad Adik Avianto kepada Menhankam Purnomo Yusgiantoro dan disaksikan Menristek Suharna Surapranata serta Menteri BUMN Mustafa Abubakar.
Menurut Menristek, tak hanya sebagai produsen panser terbaik di ASEAN, kerja sama yang dilakukan para peneliti dan perekayasa Indonesia di berbagai lembaga penelitian dan pengembangan telah merintis dan membuat berbagai perangkat tempur berkualitas bagus.
Ia menunjuk alat komunikasi tempur HF/VHF hasil rekayasa PT LEN (Lembaga Elektronika Nasional) dan Kementerian Ristek sejak 2002.
“Alat ini memiliki kemampuan anti sadap dan `jamming` serta kemampuan mengacak frekuensi sehingga tak dapat diketahui musuh,” katanya.
Kemudian, AVL (Automatic Vehicle Locator) atau alat untuk memantau posisi kendaraan militer (kapal perang atau kendaraan tempur) yang merupakan hasil kerja sama Dislitbang TNI AD dan Kementerian Ristek.
“Kita punya perangkat `Ground System Portable` (GSP) yang mampu memantau roket di darat hasil kerja sama Kementerian Ristek dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Juga CMS (Combat Management System) sebuah sistem manajemen peperangan untuk kapal perang TNI AL dan BMS (Battlefield Management System) atau sistem manajemen pertempuran di darat untuk kendaraan tempur. Keduanya, hasil kerja sama kami dengan Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT),” katanya.
Hasil karya para peneliti lain yang juga masih dalam taraf pengembangan, lanjut Suharna, adalah Radar Pengawas Pantai produksi LIPI dengan daya jangkau 64 km, senjata peluru karet kaliber khusus dan Granat Gas Air Mata, kerja sama Polri, Kemterian Ristek, PT Pindad, Teropong Bidik Senapan Siang/Malam (LIPI), Kapal Patroli Cepat (BPPT dan PT PAL), Robot Penjinak Bom (LIPI) dan pengembangan peralatan Deteksi Bahan Nuklir (BATAN).
Meski banyak dari produk tersebut yang tarafnya masih pengembangan dan belum diproduksi massal, ia optimistis pada akhirnya akan mencapai standar dan mampu diserap kalangan industri.
Ke depan Menristek akan melakukan koordinasi aktif dalam perumusan secara rinci kebijakan dan strategi tugas KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan), di mana Menristek adalah anggota yang bertanggung jawab dalam rumusan dan koordinasi di bidang Iptek Hankam.
1 komentar:
Keren... Maju Terus PT PINDAD
http://syahidahpulsa.com
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^