Jakarta, Kompas – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tengah merancang panser amfibi berkapasitas enam orang dengan kecepatan di air sekitar 9 kilometer per jam. Panser ini merupakan pengembangan dari panser darat yang telah dibuat 20 unit dari target 150 unit, hasil kerja sama BPPT dengan PT Pindad.
Kepala Bidang Industri Pertahanan dan Keamanan Matra Darat BPPT Abdul Azis, Senin (19/1) di Jakarta, mengatakan, panser darat beratnya sekitar 13 ton, sedangkan panser amfibi sekitar 10,6 ton.
”Keterbatasan dana menjadi salah satu kendala sehingga pengembangan panser amfibi juga belum bisa dipastikan kapan selesainya,” kata Abdul Azis.
Menurut Abdul Azis, panser amfibi sangat menunjang operasional militer untuk menyeberangi sungai atau danau. BPPT saat ini sudah menyiapkan rancangannya yang tak jauh berbeda dengan panser darat yang terus diproduksi PT Pindad.
Panser amfibi nantinya dengan rasio tenaga 20,75 tenaga kuda per ton. Kecepatan maksimum di darat 110 kilometer per jam, sedangkan kecepatan di air maksimal 9 kilometer per jam dengan mesin turbo enam silinder buatan Renault Perancis.
Saat ini biaya pembuatan panser diperkirakan sampai Rp 6 miliar per unit. Jika ditambah dengan sistem persenjataan, biaya akan bertambah sekitar 66 persen.
Direktur Pusat Teknologi Hankam BPPT Joko Purnomo mengatakan, BPPT menjalankan fungsi perancangan, sedangkan PT Pindad merakitnya. Saat ini pembuatan panser itu menggunakan hampir 60 persen produk lokal.
Kepala Bidang Industri Pertahanan dan Keamanan Matra Darat BPPT Abdul Azis, Senin (19/1) di Jakarta, mengatakan, panser darat beratnya sekitar 13 ton, sedangkan panser amfibi sekitar 10,6 ton.
”Keterbatasan dana menjadi salah satu kendala sehingga pengembangan panser amfibi juga belum bisa dipastikan kapan selesainya,” kata Abdul Azis.
Menurut Abdul Azis, panser amfibi sangat menunjang operasional militer untuk menyeberangi sungai atau danau. BPPT saat ini sudah menyiapkan rancangannya yang tak jauh berbeda dengan panser darat yang terus diproduksi PT Pindad.
Panser amfibi nantinya dengan rasio tenaga 20,75 tenaga kuda per ton. Kecepatan maksimum di darat 110 kilometer per jam, sedangkan kecepatan di air maksimal 9 kilometer per jam dengan mesin turbo enam silinder buatan Renault Perancis.
Saat ini biaya pembuatan panser diperkirakan sampai Rp 6 miliar per unit. Jika ditambah dengan sistem persenjataan, biaya akan bertambah sekitar 66 persen.
Direktur Pusat Teknologi Hankam BPPT Joko Purnomo mengatakan, BPPT menjalankan fungsi perancangan, sedangkan PT Pindad merakitnya. Saat ini pembuatan panser itu menggunakan hampir 60 persen produk lokal.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^