KABUL (Arrahmah.com) - Dua belas tentara salibis Jerman tewas akibat sebuah ledakan bom tepi jalan di Afghanistan, satu hari setelah NATO, lagi-lagi, melakukan aksi brutalnya menyerang penduduk sipil dari udara dan menyebabkan 150 orang tewas.
Serangan yang menimpa konvoi tentara salibis internasional itu terjadi di wilayah yang sama di utara Afghanistan dimana sebelumnya tentara Jerman melakukan pemboman atas dua truk bahan bakar yang mereka klaim telah dibajak mujahidin Taliban.
Ada sekitar 150 penduduk sipil, kebanyakan adalah anak-anak dan remaja, yang menjadi korban insiden yang terjadi di dekat basis militer Jerman, di desa Haji Abdur Rahman, distrik Ali Abad, provinsi Kunduz, pada hari Jumat (4/9) malam.
Saksi mengatakan penduduk desa sedang berlarian mengambil bahan bakar dari truk tak berpemilik yang terletak di dekat tempat tinggal mereka. Mereka sedang sibuk mengambil bahan bakar, saat 'pasukan penjaga keamanan dunia' itu mengarahkan serangan besar-besarannya ke arah truk.
Serangan itu tentu saja memicu munculnya protes baru atas jatuhnya korban dari kalangan sipil di tangan tentara Barat selama delapan tahun peperangan di Afganistan. Namun hal itu tidak pernah membuat angkatan perang salibis jera. Selama mereka dibiarkan melancarkan invasinya, tidak akan pernah terwujud sedikitpun 'ketenangan' dan 'keamanan' bagi Afghanistan.
Dalam sebuah surat yang dilayangkan di salah satu website pada hari Sabtu (5/9), Imarah Islam Afghanistan mengutuk serangan tersebut dan menegaskan bahwa rezim pemerintahan boneka Afghan terlibat.
"Insiden provinsi Kunduz ini terjadi ketika menteri pertahanan boneka Afghan memfitnah Mujahidin telah membunuh ratusan orang bulan lalu. Dia juga memfitnah Mujahidin terlibat dalam beberapa ledakan dan peristiwa yang direncanakan sebelumnya, yang sebenarnya dilakukan oleh tangan-tangan para agen intelejen mereka sendiri."
"Sebelumnya para penguasa munafik ini mengklaim peristiwa Kunduz diakibatkan oleh truk tangki yang meledak karena pertengkaran antar para penduduk yang berebut bahan bakar. Namun usaha kerasnya untuk menyembunyikan peristiwa ini gagal ketika juru bicara NATO menegaskan berita pemboman dilakukan oleh pihaknya."
Imarah Islam Afghanistan pun menegaskan insiden Kunduz ini sebagai kejahatan yang terang-terangan dan rangkaian dari genosida yang sering dilakukan oleh pasukan internasional, serta tidak bisa sama sekali dijustifikasi sebagai sebuah bentuk kekhilafan dari mereka.
"Kami mengingatkan para pelaku peristiwa ini: pemerintahan Obama, pimpinan NATO, serta rezim Kabul pasca pemilihan bahwa anda tidak akan pernah dapat melemahkan keputusan siapapun yang sudah memutuskan untuk meneruskan perjuangan mereka demi tegaknya sistem Islam dan kemerdekaan Afghan. Berbagai macam kejahatan mereka yang muncul akhir-akhir ini (termasuk dibeberkannya perilaku layaknya hewan yang dilakukan oleh tentara bayaran penjaga kedubes AS di Kabul) hanya membuka selubung ketidakmanusiawian yang sudah mereka simpan dan sembunyikan dari mata dunia internasional hingga saat ini."
Serangan yang menimpa konvoi tentara salibis internasional itu terjadi di wilayah yang sama di utara Afghanistan dimana sebelumnya tentara Jerman melakukan pemboman atas dua truk bahan bakar yang mereka klaim telah dibajak mujahidin Taliban.
Ada sekitar 150 penduduk sipil, kebanyakan adalah anak-anak dan remaja, yang menjadi korban insiden yang terjadi di dekat basis militer Jerman, di desa Haji Abdur Rahman, distrik Ali Abad, provinsi Kunduz, pada hari Jumat (4/9) malam.
Saksi mengatakan penduduk desa sedang berlarian mengambil bahan bakar dari truk tak berpemilik yang terletak di dekat tempat tinggal mereka. Mereka sedang sibuk mengambil bahan bakar, saat 'pasukan penjaga keamanan dunia' itu mengarahkan serangan besar-besarannya ke arah truk.
Serangan itu tentu saja memicu munculnya protes baru atas jatuhnya korban dari kalangan sipil di tangan tentara Barat selama delapan tahun peperangan di Afganistan. Namun hal itu tidak pernah membuat angkatan perang salibis jera. Selama mereka dibiarkan melancarkan invasinya, tidak akan pernah terwujud sedikitpun 'ketenangan' dan 'keamanan' bagi Afghanistan.
Dalam sebuah surat yang dilayangkan di salah satu website pada hari Sabtu (5/9), Imarah Islam Afghanistan mengutuk serangan tersebut dan menegaskan bahwa rezim pemerintahan boneka Afghan terlibat.
"Insiden provinsi Kunduz ini terjadi ketika menteri pertahanan boneka Afghan memfitnah Mujahidin telah membunuh ratusan orang bulan lalu. Dia juga memfitnah Mujahidin terlibat dalam beberapa ledakan dan peristiwa yang direncanakan sebelumnya, yang sebenarnya dilakukan oleh tangan-tangan para agen intelejen mereka sendiri."
"Sebelumnya para penguasa munafik ini mengklaim peristiwa Kunduz diakibatkan oleh truk tangki yang meledak karena pertengkaran antar para penduduk yang berebut bahan bakar. Namun usaha kerasnya untuk menyembunyikan peristiwa ini gagal ketika juru bicara NATO menegaskan berita pemboman dilakukan oleh pihaknya."
Imarah Islam Afghanistan pun menegaskan insiden Kunduz ini sebagai kejahatan yang terang-terangan dan rangkaian dari genosida yang sering dilakukan oleh pasukan internasional, serta tidak bisa sama sekali dijustifikasi sebagai sebuah bentuk kekhilafan dari mereka.
"Kami mengingatkan para pelaku peristiwa ini: pemerintahan Obama, pimpinan NATO, serta rezim Kabul pasca pemilihan bahwa anda tidak akan pernah dapat melemahkan keputusan siapapun yang sudah memutuskan untuk meneruskan perjuangan mereka demi tegaknya sistem Islam dan kemerdekaan Afghan. Berbagai macam kejahatan mereka yang muncul akhir-akhir ini (termasuk dibeberkannya perilaku layaknya hewan yang dilakukan oleh tentara bayaran penjaga kedubes AS di Kabul) hanya membuka selubung ketidakmanusiawian yang sudah mereka simpan dan sembunyikan dari mata dunia internasional hingga saat ini."
(althaf/sky/tum/arrahmah.com)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^