MENGUKUR PROFESIONALISME PRAJURIT YONKAV 7/SERSUS
MELALUI LATIHAN MENEMBAK SENJATA RANPUR
Danki Serri 71Yonkav-7/sersus
Kapten Kav Agung Wira
Menembak Senjata Ranpur merupakan kemampuan teknis yang harus dimiliki oleh personel Satuan Kavaleri dengan jabatan Tamtama Penembak Senjata Ranpur maupun Komandan Kendaraan yang memimpin Ranpur tersebut. Yonkav 7/Sersus sebagai Satuan Kavaleri yang mengoperasikan Ranpur jenis Commando V150 dan VAB telah merencanakan dan melaksanakan Latihan Menembak Senjata Ranpur sesuai dengan Kalender Latihan Satuan TA. 2009. Latihan menembak senjata Ranpur yang dilaksanakan meliputi menembak senjata Kanon V150 kaliber 90 mm dan senjata SMS M60 Coaxial serta M60 PSU kaliber 7,62 mm. Penembakan dilaksanakan secara statis disesuaikan dengan jarak efektif dari masing-masing senjata dan medan latihan yang tersedia dimana sasaran Kanon V150 ditempatkan pada jarak 1000 meter dan SMS M60 Coaxial serta PSU pada jarak 600 meter. Latihan menembak kali ini melibatkan seluruh personel dengan jabatan organik Danton, Baton, Danran, Danrubu dan Tabaknon serta Tabak SMS yang ada di satuan saat ini.
Sebagaimana layaknya Ranpur yang dioperasikan seluruh Satuan Kavaleri, Ranpur V150 AP dan Intai memiliki beberapa kekhususan dalam pelaksanaan penembakan senjata Ranpur yang terdapat pada Ranpur tersebut. Berbeda dengan Ranpur Tank ataupun APC roda rantai, Ranpur V150 Intai maupun AP memiliki 1 buah kubah senjata (weapon turret) sekaligus memiliki kubah penembakan senjata PSU (penangkis serangan udara) yang terpisah dengan kubah utama. Kubah tersebut dipersenjatai dengan senjata SMS M60 kaliber 7,62 mm yang merupakan additional mounting untuk mengatasi ancaman serangan udara musuh yang dapat pula berfungsi sebagai senjata anti Infanteri. Pengawakan dari semua senjata yang ada di Ranpur V150 ini pun juga berbeda dengan kebanyakan Ranpur yang ada di jajaran Kavaleri TNI AD, dimana Komandan Kendaraan yang biasa dijabat juga oleh Danton, Baton maupun Danru Penyerbu, mengoperasikan senjata yang ada di kubah utama sedangkan Tabak SMS Ranpur justru mengawaki kubah senjata PSU.
Kekhususan ini pulalah yang menentukan pelaksanaan mekanisme penembakan saat Latihan Menembak Senjata Ranpur dimana seluruh Bintara dengan jabatan Baton, Danran dan Danru Penyerbu dilatih menembak senjata M60 Coaxial di dalam kubah sedangkan seluruh Tabak SMS Ranpur dilatih menembakkan senjata PSU Ranpur. Menembakkan senjata Ranpur dari dalam kubah Ranpur V150 Intai maupun AP memiliki seni tersendiri karena disamping mereka harus menembak dengan teleskop mereka juga harus mampu mengatasi kemungkinan terjadinya kemacetan senjata di dalam kubah yang sangat sempit, ditambah lagi harus tetap memimpin Ranpur selama gerakan. Selain itu, senjata Ranpur pada kubah utama pada Ranpur V150 Intai dan AP dapat pula ditembakkan secara manual menggunakan picu maupun secara elektrik menggunakan perangkat tembak listrik. Lain halnya dengan unsur Danran yang menembak dari dalam kubah, Tabak senjata M60 PSU harus menguasai penembakan secara manual untuk mengatasi sasaran di udara yang berupa ancaman helikopter serang musuh dan sasaran di darat berupa regu Infanteri musuh bila bergerak mendekati Ranpur pada jarak tidak efektif dari kubah senjata utamaAsumsi kebanyakan orang bahwa menembak senjata Ranpur lebih mudah dari menembak senjata ringan selama ini ternyata keliru. Hal ini dibuktikan dengan adanya dinamika selama penembakan senjata Ranpur antara lain terjadinya kemacetan senjata, menembak saat Ranpur bergerak, penggunaan teleskop bidik dan mengganti laras senjata setiap interval penembakan serta hentakan senjata maupun suara tembakan yang sangat memekakkan telinga. Kemacetan senjata yang mungkin terjadi harus diatasi secepat mungkin oleh penembak sehingga menuntut adanya pemahaman yang komprehensif terhadap mekanisme tembakan senjata (firing mechanism) dan ketrampilan mahir mulai dari saat menekan picu, menembak sasaran sampai dengan mengatasi kemacetan yang dapat terjadi setiap saat. Selain itu, penembakan senjata yang dilakukan harus memenuhi kaidah burst on target dimana penembak senjata Ranpur harus mengetahui dengan pasti perkenaan tembakan dan mamapu mengalihkan perkenaan langsung ke sasaran seakurat dan secepat mungkin.Berbeda dengan menembak senjata M60 Coaxial dan PSU, menembak Kanon V150 memiliki keunikan tersendiri yang harus dikuasai. Seorang penembak Kanon yang duduk berdampingan dengan Danran yang biasa dijabat Danton atau Baton pada Ranpur V150 Kanon, harus mampu bekerja sama secara efektif agar dapat menembak dengan baik. Pada saat akan menembak sasaran, Danran harus memberikan aba-aba penembakkan yang berisi informasi tentang jenis sasaran, kedudukan sasaran dan jenis munisi yang akan digunakan untuk kemudian diolah oleh penembak Kanon yang mengendalikan teleskop bidik Kanon. Pada teleskop bidik Kanon sendiri, terdapat beberapa instrumen yang harus dikuasai penembak Kanon sendiri yang berisi informasi tentang jenis munisi yang digunakan berikut skala jarak perkenaan bidikan Kanon yang berbeda untuk tiap jenis munisi yang akan ditembakkan. Setelah penembak melaporkan bahwa sasaran terbidik dengan tepat, Danran memerintahkan penembak Kanon untuk menembak sasaran sekaligus melihat perkenaannya dan selanjutnya melaporkan kepada Danran. Hal yang cukup unik pada Kanon V150 dimana penembak Kanon menembakkan senjata secara manual tidak dengan menekan picu atau tombol, melainkan dengan "menendang" pedal penembakan Kanon dengan kaki kirinya.Mencapai kualifikasi mahir dalam kemampuan teknis menembak senjata Ranpur merupakan primary goal dalam setiap latihan yang dilaksanakan setiap tahun anggaran.
Sebagaimana layaknya Ranpur yang dioperasikan seluruh Satuan Kavaleri, Ranpur V150 AP dan Intai memiliki beberapa kekhususan dalam pelaksanaan penembakan senjata Ranpur yang terdapat pada Ranpur tersebut. Berbeda dengan Ranpur Tank ataupun APC roda rantai, Ranpur V150 Intai maupun AP memiliki 1 buah kubah senjata (weapon turret) sekaligus memiliki kubah penembakan senjata PSU (penangkis serangan udara) yang terpisah dengan kubah utama. Kubah tersebut dipersenjatai dengan senjata SMS M60 kaliber 7,62 mm yang merupakan additional mounting untuk mengatasi ancaman serangan udara musuh yang dapat pula berfungsi sebagai senjata anti Infanteri. Pengawakan dari semua senjata yang ada di Ranpur V150 ini pun juga berbeda dengan kebanyakan Ranpur yang ada di jajaran Kavaleri TNI AD, dimana Komandan Kendaraan yang biasa dijabat juga oleh Danton, Baton maupun Danru Penyerbu, mengoperasikan senjata yang ada di kubah utama sedangkan Tabak SMS Ranpur justru mengawaki kubah senjata PSU.
Kekhususan ini pulalah yang menentukan pelaksanaan mekanisme penembakan saat Latihan Menembak Senjata Ranpur dimana seluruh Bintara dengan jabatan Baton, Danran dan Danru Penyerbu dilatih menembak senjata M60 Coaxial di dalam kubah sedangkan seluruh Tabak SMS Ranpur dilatih menembakkan senjata PSU Ranpur. Menembakkan senjata Ranpur dari dalam kubah Ranpur V150 Intai maupun AP memiliki seni tersendiri karena disamping mereka harus menembak dengan teleskop mereka juga harus mampu mengatasi kemungkinan terjadinya kemacetan senjata di dalam kubah yang sangat sempit, ditambah lagi harus tetap memimpin Ranpur selama gerakan. Selain itu, senjata Ranpur pada kubah utama pada Ranpur V150 Intai dan AP dapat pula ditembakkan secara manual menggunakan picu maupun secara elektrik menggunakan perangkat tembak listrik. Lain halnya dengan unsur Danran yang menembak dari dalam kubah, Tabak senjata M60 PSU harus menguasai penembakan secara manual untuk mengatasi sasaran di udara yang berupa ancaman helikopter serang musuh dan sasaran di darat berupa regu Infanteri musuh bila bergerak mendekati Ranpur pada jarak tidak efektif dari kubah senjata utamaAsumsi kebanyakan orang bahwa menembak senjata Ranpur lebih mudah dari menembak senjata ringan selama ini ternyata keliru. Hal ini dibuktikan dengan adanya dinamika selama penembakan senjata Ranpur antara lain terjadinya kemacetan senjata, menembak saat Ranpur bergerak, penggunaan teleskop bidik dan mengganti laras senjata setiap interval penembakan serta hentakan senjata maupun suara tembakan yang sangat memekakkan telinga. Kemacetan senjata yang mungkin terjadi harus diatasi secepat mungkin oleh penembak sehingga menuntut adanya pemahaman yang komprehensif terhadap mekanisme tembakan senjata (firing mechanism) dan ketrampilan mahir mulai dari saat menekan picu, menembak sasaran sampai dengan mengatasi kemacetan yang dapat terjadi setiap saat. Selain itu, penembakan senjata yang dilakukan harus memenuhi kaidah burst on target dimana penembak senjata Ranpur harus mengetahui dengan pasti perkenaan tembakan dan mamapu mengalihkan perkenaan langsung ke sasaran seakurat dan secepat mungkin.Berbeda dengan menembak senjata M60 Coaxial dan PSU, menembak Kanon V150 memiliki keunikan tersendiri yang harus dikuasai. Seorang penembak Kanon yang duduk berdampingan dengan Danran yang biasa dijabat Danton atau Baton pada Ranpur V150 Kanon, harus mampu bekerja sama secara efektif agar dapat menembak dengan baik. Pada saat akan menembak sasaran, Danran harus memberikan aba-aba penembakkan yang berisi informasi tentang jenis sasaran, kedudukan sasaran dan jenis munisi yang akan digunakan untuk kemudian diolah oleh penembak Kanon yang mengendalikan teleskop bidik Kanon. Pada teleskop bidik Kanon sendiri, terdapat beberapa instrumen yang harus dikuasai penembak Kanon sendiri yang berisi informasi tentang jenis munisi yang digunakan berikut skala jarak perkenaan bidikan Kanon yang berbeda untuk tiap jenis munisi yang akan ditembakkan. Setelah penembak melaporkan bahwa sasaran terbidik dengan tepat, Danran memerintahkan penembak Kanon untuk menembak sasaran sekaligus melihat perkenaannya dan selanjutnya melaporkan kepada Danran. Hal yang cukup unik pada Kanon V150 dimana penembak Kanon menembakkan senjata secara manual tidak dengan menekan picu atau tombol, melainkan dengan "menendang" pedal penembakan Kanon dengan kaki kirinya.Mencapai kualifikasi mahir dalam kemampuan teknis menembak senjata Ranpur merupakan primary goal dalam setiap latihan yang dilaksanakan setiap tahun anggaran.
Dihadapkan dengan keterbatasan dukungan munisi latihan yang ada, pihak penyelenggara latihan tidak kalah akal yaitu dengan memperbanyak drill kering pelayanan senjata dan melatih penggunaan teropong bidik pada kubah penembakan senjata Ranpur. Pada kenyataannya, meskipun latihan pendahuluan telah dilaksanakan dengan sangat intensif, namun faktor psikologis yang mempengaruhi pribadi pelaku latihan dihadapkan dengan realisme penggunaan munisi tajam dan dinamika yang terjadi selama penembakan merupakan faktor penentu tersendiri dalam menilai keberhasilan latihan.
Penilaian keberhasilan latihan menembak senjata Ranpur tidak semata-mata berdasarkan hasil perkenaan sasaran melainkan juga berdasarkan kemampuan dalam membidik sasaran dan melayani senjata serta mengatasi gangguan selama penembakan. Selain itu, kondisi kelayakan materiil yang sudah sangat tua dan tidak adanya suku cadang maupun upaya peremajaan materiil menjadi kendala teknis tersendiri yang sangat menghambat kelancaran jalannya latihan. Guna menjawab kemungkinan kendala yang akan terjadi, maka latihan yang intensif secara terbimbing dan drill kering yang terarah dapat mengeliminasi kendala yang nantinya akan ditemui selama pelaksanaan latihan. Improvisasi Perwira sebagai penyelenggara dan koordinator latihan juga sangat signifikan dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan latihan di lapangan dihadapkan dengan terjadinya kendala teknis pada senjata Ranpur yang ditemui saat latihan. Disamping itu, tentunya berkat partisipasi aktif dan keseriusan pelaku serta matangnya perencanaan yang telah disiapkan penyelenggara, latihan menembak senjata Ranpur Yonkav 7/Sersus dapat berjalan dengan tertib dan aman, sedangkan kendala teknis yang terjadi di lapangan masih dapat diatasi secara terkoordinasi dengan semua pihak yang terkait.
kodam-jaya.mil.id
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^