Foto courtesy : inilah.com/Wirasatria
Hidayatullah.com-- Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana melatih para santri dengan latihan khusus yang dipersiapkan sebagai komponen cadangan dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Komponen tentang pertahanan negara itu ada tiga, yaitu TNI, cadangan rakyat terlatih, dan sumber daya alam. Untuk cadangan rakyat terlatih, di antaranya diperoleh dari para santri," kata Komandan Korem 082/CPYJ Mojokerto, Kolonel Infanteri Sumardi, di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Kamis.
Kolonel Sumardi yang ditemui usai seminar tentang peran pesantren dalam membangun pertahanan nasional memperingati satu abad atau 100 tahun PP Lirboyo, Kediri, tersebut mengatakan peran para santri cukup penting.
"Peran santri sangat penting. Jika suatu saat negara membutuhkan, mereka dapat dilatih untuk menjadi komponen cadangan, dengan program kegiatan seperti wajib militer," katanya.
Ia menilai, perjuangan para santri sudah terbukti sejak zaman dahulu, sebelum kemerdekaan RI. Mereka siap mengorbankan jiwa dan raga untuk kepentingan negara ini.
Pihaknya justru menyayangkan banyaknya sorotan dari berbagai pihak yang mengatakan pesantren sebagai sarang teroris. Sorotan tersebut tidak terlepas dari terungkapnya beberapa teroris yang mempunyai latar belakang pendidikan pesantren.
"Saya sangat tidak setuju dengan itu. Sebetulnya salah jika ada yang menyampaikan bahwa pesantren sebagai sarang teroris," ujarnya menegaskan.
Wacana untuk melatih para santri dan menjadikanya sebagai calon prajurit, kata Kolonel Sumardi, masih dalam pembahasan internal. Saat ini, pihaknya masih membahas tentang rencana, program, hingga realisasinya.
Jika pembahasan di kalangan internal tersebut usai, dipastikan akan segera dikirimkan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk diajukan.
"Jika pembahasan itu sudah usai, kami segera mengirimkannya ke DPR," katanya.
Sayangnya, saat disinggung dengan rencana Satuan Polisi Pamong Praja yang akan dipersenjatai, ia menolak untuk berkomentar. Ia menilai, hal tersebut masih sebatas wacana, sehingga TNI tidak akan menanggapinya.
Sementara itu, pengasuh PP Lirboyo Kediri, KH Idris Marzuki menilai peran pesantren untuk ikut membangun pertahanan nasional cukup besar.
"Kami berharap, pesantren juga mampu menjadi benteng dari berbagai hal yang negatif, sehingga mampu membangun pertahanan nasional," kata Mbah Idris (sebutan akrab KH Idris Marzuki).
Kegiatan seminar tentang peran pesantren tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan memperingati satu abad PP Lirboyo. Selain seminar, banyak agenda lainnya yang sudah dijadwalkan, antara lain berbagai festival, temu alumni, serta musyawarah pondok pesantren.
Selain mendatangkan para alumni sejak pondok ini berdiri tahun 1910 oleh KH Abdul Karim di Kelurahan Lirboyo, Kota Kediri, kegiatan ini juga dibanjiri para pejabat baik tingkat daerah, provinsi, hingga pusat. Diagendakan Presiden Republik Indonesia dan Wakil Presiden RI juga akan hadir dalam kegiatan musyawarah pondok pesantren pada 17-18 Juli mendatang.
[ant/hidayatullah.com]
"Komponen tentang pertahanan negara itu ada tiga, yaitu TNI, cadangan rakyat terlatih, dan sumber daya alam. Untuk cadangan rakyat terlatih, di antaranya diperoleh dari para santri," kata Komandan Korem 082/CPYJ Mojokerto, Kolonel Infanteri Sumardi, di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Kamis.
Kolonel Sumardi yang ditemui usai seminar tentang peran pesantren dalam membangun pertahanan nasional memperingati satu abad atau 100 tahun PP Lirboyo, Kediri, tersebut mengatakan peran para santri cukup penting.
"Peran santri sangat penting. Jika suatu saat negara membutuhkan, mereka dapat dilatih untuk menjadi komponen cadangan, dengan program kegiatan seperti wajib militer," katanya.
Ia menilai, perjuangan para santri sudah terbukti sejak zaman dahulu, sebelum kemerdekaan RI. Mereka siap mengorbankan jiwa dan raga untuk kepentingan negara ini.
Pihaknya justru menyayangkan banyaknya sorotan dari berbagai pihak yang mengatakan pesantren sebagai sarang teroris. Sorotan tersebut tidak terlepas dari terungkapnya beberapa teroris yang mempunyai latar belakang pendidikan pesantren.
"Saya sangat tidak setuju dengan itu. Sebetulnya salah jika ada yang menyampaikan bahwa pesantren sebagai sarang teroris," ujarnya menegaskan.
Wacana untuk melatih para santri dan menjadikanya sebagai calon prajurit, kata Kolonel Sumardi, masih dalam pembahasan internal. Saat ini, pihaknya masih membahas tentang rencana, program, hingga realisasinya.
Jika pembahasan di kalangan internal tersebut usai, dipastikan akan segera dikirimkan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk diajukan.
"Jika pembahasan itu sudah usai, kami segera mengirimkannya ke DPR," katanya.
Sayangnya, saat disinggung dengan rencana Satuan Polisi Pamong Praja yang akan dipersenjatai, ia menolak untuk berkomentar. Ia menilai, hal tersebut masih sebatas wacana, sehingga TNI tidak akan menanggapinya.
Sementara itu, pengasuh PP Lirboyo Kediri, KH Idris Marzuki menilai peran pesantren untuk ikut membangun pertahanan nasional cukup besar.
"Kami berharap, pesantren juga mampu menjadi benteng dari berbagai hal yang negatif, sehingga mampu membangun pertahanan nasional," kata Mbah Idris (sebutan akrab KH Idris Marzuki).
Kegiatan seminar tentang peran pesantren tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan memperingati satu abad PP Lirboyo. Selain seminar, banyak agenda lainnya yang sudah dijadwalkan, antara lain berbagai festival, temu alumni, serta musyawarah pondok pesantren.
Selain mendatangkan para alumni sejak pondok ini berdiri tahun 1910 oleh KH Abdul Karim di Kelurahan Lirboyo, Kota Kediri, kegiatan ini juga dibanjiri para pejabat baik tingkat daerah, provinsi, hingga pusat. Diagendakan Presiden Republik Indonesia dan Wakil Presiden RI juga akan hadir dalam kegiatan musyawarah pondok pesantren pada 17-18 Juli mendatang.
[ant/hidayatullah.com]
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^