Secara diam - diam, Myanmar mempersiapkan program pengembangan senjata nuklir dengan melakukan eksperimen terkait uranium, bahan untuk mengembangkan teknologi nuklir. Laporan yang bocor di media ini sendiri masih perlu diselidiki kebenarannya karena informasi itu berasal dari seorang perwira menengah Myanmar yang membelot.
Namun, indikasi pengembangan senjata nuklir Myanmar setidaknya didukung dan muncul dari beberapa hal. Pertama, tidak ikut sertanya Myanmar pada acara roadshow menteri-menteri ekonomi ASEAN-AS di Seattle dan Washington, AS, pada pekan ketiga bulan April lalu.
Kedua, batalnya kunjungan Asisten Menlu AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Kurt Campbell ke Myanmar. Kedua hal ini setidaknya mengacu pada peringatan AS tentang adanya pelanggaran terhadap Resolusi 1874 Dewan Keamanan PBB tentang inspeksi kargo barang yang dicurigai berisi persenjataan yang ditujukan sebagai sanksi terhadap Korea Utara.
Ada kekhawatiran dengan semakin meningkatnya hubungan Korea Utara dan Myanmar. Persoalan Myanmar memang akan menjadi batu hambatan pengembangan kawasan Asia Tenggara, khususnya ASEAN, menyangkut rekor hak asasi dalam konteks pertikaian politik internal.
Hal ini ditambah dengan isu ambisi Myanmar untuk memiliki persenjataan nuklir. Situasi stabil dan damai di kawasan bisa berdampak luas bagi negara anggota ASEAN lainnya, terutama dalam mengembangkan teknologi nuklir untuk kepentingan damai, seperti pembangkit listrik bertenaga nuklir.
Ancam stabilitas ASEAN
Selama satu dekade ini, sumber-sumber intelijen mencari bukti-bukti tentang bantuan Korea Utara yang membantu Myanmar membangun reaktor nuklir yang bisa menghasilkan plutonium untuk pembuatan senjata pemusnah massal. Bukti-bukti intelijen mulai menunjukkan ambisi Myanmar ini.
Ada beberapa faktor yang terpengaruh seandainya laporan-laporan kepemilikan senjata nuklir Myanmar ini benar. Salah satunya adalah dokumen politik penting yang dihasilkan pada tahun 1995 tentang Perjanjian Zona Bebas Persenjataan Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ).
Isu ambisi Myanmar ini akan menghambat upaya ASEAN membujuk kekuatan besar dunia, seperti AS, Rusia, dan India, menandatangani protokol Perjanjian SEANWFZ. Bahkan, ASEAN menunda keinginan China untuk menandatangani protokol ini lebih dahulu karena ASEAN ingin agar protokol atas perjanjian tersebut ditandatangani secara bersamaan.
Dan faktor ini juga akan berpengaruh terhadap proyek nasional pembangkit tenaga nuklir yang sedang mencari kesepakatan di masing-masing tingkat nasional untuk menghasilkan konsensus. Kebutuhan listrik di kawasan Asia Tenggara untuk 10 tahun mendatang akan terus meningkat bersamaan dengan pembangunan nasional masing-masing negara ASEAN.
Kedekatan Myanmar dan Korea Utara akan menjadi faktor penentu stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara, mengingat kedua negara menjadi sorotan dunia internasional karena perilakunya yang tidak sesuai dengan norma yang dianut komunitas dunia.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^