Kendala Sarana Angkut
Doktrin Strategi, taktik dan teknik peperangan amfibi yang merupakan proyeksi kekuatan tempur dari laut ke daratan sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Melalui tahapan pengembangan teknologi dan kajian terhadap konsep operasi amfibi dari tahun ke tahun telah ditemukan prosedur pengiriman pasukan dan material tempurnya dari laut ke pertahanan musuh di daratan secara cepat, akurat dan dengan risiko minimal.
Bagian vital dari keberhasilan operasi amfibi adalah keberadaan berbagai sarana pendarat yang diibaratkan sebagai “Kaki” satuan tugas pasukan pendarat dalam mengirimkan kekuatannya kepantai lawan.
Selama satu abad teknologi sarana pendarat Marinir belum mampu keluar dari kelemahan utamanya yaitu : “menggabungkan kapasitas angkut dan kecepatan” Padahal sarana-sarana pendarat itu diibaratkan sebagai kaki suatu satuan/gugus tugas amfibi untuk melangkah sekaligus menguasai pantai musuh.
Sarana-sarana pendarat yang dimiliki Korps Marinir pada hakikatnya memiliki kelemahan dan kekurangan sangat besar terutama jika dihadapkan pada strategi operasi amfibi di masa sekarang, meskipun memiliki kemampuan angkut tapi masih terbatas dan lamban dan hal ini akan berisiko pada kemungkinan besarnya korban jika mendapatkan hambatan di pantai musuh.
Salah satu ketidakmampuan sarana pendarat yang kita miliki saat ini adalah ketika mendaratkan persenjataan RM-70 Grad yang terbentur pada kapasitas angkut dan kecepatan dari kemampuan sarana angkut yang dimiliki TNI AL sekarang.
Oleh karena itu kita harus segera menyesuaikan kemampuan sarana-sarana angkut/pendarat yang kita anggap sebagai kaki dalam operasi amfibi dengan melihat perkembangan organisasi dan persenjataan yang ada dan dimiliki TNI AL.
Sarana Pendarat TNI-AL
Dengan kemampuan Alutsista TNI AL yang dimiliki sekarang ini, dalam pandangan strategi/ taktik operasi amfibi kita masih jauh ketinggalan jika dihadapkan pada teknologi, di mana Strategi/taktik operasi amfibi modern sekarang ini cenderung menggabungkan kapasitas angkut dan kecepatan untuk memberikan hasil yang lebih siknifikan.
Dalam operasi Amfibi, melihat kemampuan kapal-kapal TNI-AL dan sarana pendarat yang dimiliki RM-70 Grad dapat diembarkasikan kedalam kapal angkut amfibi jenis Class Frost, Korea dan KRI Surabaya (LPD).
RM-70 Grad dapat didaratkan dengan cara Bongkar Pilih dan bongkar Umum, namun masih tergantung pada kemampuan Beaching tempur Kapal dan kemampuan pantai. Oleh karena itu masih memerlukan sarana pendarat/angkut yang ideal dan dengan berat kendaraan (termasuk senjata dan munisi) yang mencapai 25 ton maka pantai pendaratan relatif harus keras serta rawan terhadap serangan udara musuh pada saat GKK.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^