Pemerintah Amerika Serikat (AS), melalui wakil duta besarnya di Indonesia Ted Osius, mempertanyakan qanun jinayat (Peraturan Daerah) di Aceh yang memasukkan hukuman rajam bagi pelaku zina yang telah menikah. Pertanyaan tersebut diajukan Ted saat bertemu Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi di kantor PBNU, Jakarta, Selasa (10/11).
Menurut Ted, NU merupakan organisasi Islam terbesar di dunia yang memiliki nilai moderasi, menjunjung tinggi toleransi dan pluralisme. Ia berharap, NU tetap mempertahankan citra Indonesia sebagai negara Islam moderat.
Menjawab pertanyaan tersebut, KH Hasyim Muzadi menjelaskan, ajaran syariah Islam diperkenalkan sebagai kewajiban individu sedangkan sebagai warga negara, wajib mematuhi undang-undang yang ada. "Syariah untuk individu, bukan untuk negara. NU menilai yang penting adalah substansinya, bukan teksnya," kata Hasyim.
Pada kesempatan itu, Ted juga menginformasikan bahwa Islam merupakan agama yang memiliki perkembangan yang sangat cepat di Amerika. Sayangnya, keberadaan Islam masih sering disalahpahami, termasuk oleh media massa.
Tindakan buruk yang dilakukan oleh seorang muslim oleh media diasosiasikan dengan umat Islam. Sementara jika dilakukan oleh pemeluk agama lain hanya dikaitkan dengan persoalan individu saja.
Kepada Hasyim, Ted menyatakan, keinginannya untuk bisa mengunjungi pesantren NU dan Hasyim pun menyambut baik hal itu. Hasyim mengatakan, wujud moderasi NU bisa dilihat dari tidak adanya satu pun dari 10 ribuan pesantren yang dimiliki NU terlibat dalam tindakan terorisme. "Terorisme bukan karakter asli Indonesia, tetapi datang dari luar," tandasnya seperti dilansir Antara.
Sebelumnya, Duta Besar Kerajaan Maroko untuk Indonesia Muhammad Majdi juga berkunjung ke PBNU. Dalam kesempatan itu Majdi menyatakan pujian dan dukungannya pada perjuangan pendidikan yang telah diupayakan oleh organisasi kemasyarakatan (Ormas) di Indonesia. "Perjuangan di dunia pendidikan sangat membantu pemerintah untuk mencerdaskan bangsa. Saya salut pada banyak ormas di Indonesia yang telah banyak berjuang untuk mencerdaskan rakyat dan bangsanya," kata Majdi saat diterima KH Hasyim Muzadi.
Menurut Ted, NU merupakan organisasi Islam terbesar di dunia yang memiliki nilai moderasi, menjunjung tinggi toleransi dan pluralisme. Ia berharap, NU tetap mempertahankan citra Indonesia sebagai negara Islam moderat.
Menjawab pertanyaan tersebut, KH Hasyim Muzadi menjelaskan, ajaran syariah Islam diperkenalkan sebagai kewajiban individu sedangkan sebagai warga negara, wajib mematuhi undang-undang yang ada. "Syariah untuk individu, bukan untuk negara. NU menilai yang penting adalah substansinya, bukan teksnya," kata Hasyim.
Pada kesempatan itu, Ted juga menginformasikan bahwa Islam merupakan agama yang memiliki perkembangan yang sangat cepat di Amerika. Sayangnya, keberadaan Islam masih sering disalahpahami, termasuk oleh media massa.
Tindakan buruk yang dilakukan oleh seorang muslim oleh media diasosiasikan dengan umat Islam. Sementara jika dilakukan oleh pemeluk agama lain hanya dikaitkan dengan persoalan individu saja.
Kepada Hasyim, Ted menyatakan, keinginannya untuk bisa mengunjungi pesantren NU dan Hasyim pun menyambut baik hal itu. Hasyim mengatakan, wujud moderasi NU bisa dilihat dari tidak adanya satu pun dari 10 ribuan pesantren yang dimiliki NU terlibat dalam tindakan terorisme. "Terorisme bukan karakter asli Indonesia, tetapi datang dari luar," tandasnya seperti dilansir Antara.
Sebelumnya, Duta Besar Kerajaan Maroko untuk Indonesia Muhammad Majdi juga berkunjung ke PBNU. Dalam kesempatan itu Majdi menyatakan pujian dan dukungannya pada perjuangan pendidikan yang telah diupayakan oleh organisasi kemasyarakatan (Ormas) di Indonesia. "Perjuangan di dunia pendidikan sangat membantu pemerintah untuk mencerdaskan bangsa. Saya salut pada banyak ormas di Indonesia yang telah banyak berjuang untuk mencerdaskan rakyat dan bangsanya," kata Majdi saat diterima KH Hasyim Muzadi.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^