Rudal Shihab 3 dan Kekuatan Militer Iran
Amerika Serikat dan Israel tentu begitu lega melihat jatuhnya rezim Saddam Hussein pada 9 April lalu. Para ahli strategi Israel memandang peristiwa historis itu sebagai titik balik terjadinya pergeseran perimbangan kekuatan sangat mendasar di kawasan Timur Tengah yang menguntungkan posisi Israel.
Ambruknya rezim Saddam Hussein telah menghilangkan trauma bagi warga Israel tentang gempuran sebanyak 39 rudal balistik Irak atas berbagai sasaran di Israel selama bulan Januari dan Februari 1991. Sejak itu, warga Israel selalu membiasakan diri menggunakan masker dan berlindung di bungker setiap muncul situasi genting di Timur Tengah.
Akan tetapi, Israel terakhir ini dikejutkan lagi oleh keberhasilan Iran meluncurkan rudal balistik Shihab 3 yang memiliki jangkauan tembak sejauh 1.300 kilometer, yakni dapat mencapai wilayah Israel. Para pejabat Israel pun segera mengeluarkan statement tentang bahaya ancaman rudal Shihab 3 itu.
Menlu Israel Silvan Shalom mengatakan, rudal Iran yang mencapai wilayah Israel merupakan ancaman sangat berbahaya atas keamanan Timur Tengah. Pernyataan serupa disampaikan para pejabat Israel lainnya seperti PM Ariel Sharon dan Menhan Shaul Mofaz.
Rudal Shihab 3
Rudal Shihab 3 merupakan rudal darat ke darat yang memiliki jangkauan tembak sejauh 1.300 km. Rudal tersebut mampu membawa bahan peledak seberat 750 kilogram hingga 1.000 kilogram. Rudal itu juga konon bisa membawa bom kimia atau biologi seberat 800 kg.
Iran telah melakukan percobaan peluncuran rudal itu sebanyak delapan kali selama lima tahun terakhir ini (1998-2003) dan mengumumkan keberhasilan percobaan tersebut. Artinya, rudal Shihab 3 kini telah menjadi bagian dari persenjataan andalan angkatan bersenjata Iran. Selama ini, Pemerintah Iran selalu menegaskan bahwa tidak ada niat menggunakan rudal itu untuk menyerang negara lain.
Rudal Shihab 3 merupakan duplikat rudal Nodong buatan Korea Utara yang telah dikembangkan sendiri oleh putra-putra Iran. Seperti dimaklumi, Iran dan Korea Utara menjalin hubungan militer cukup kuat selama lebih dari satu dekade.
Sejak awal tahun 1980-an Iran telah membeli dari Korea Utara rudal Scud B yang memiliki jangkauan tembak 300 km dan rudal Scud C yang mempunyai jangkauan tembak sejauh 500 km hingga 600 km. Iran menggunakan rudal Scud B dan Scud C dalam perang melawan Irak pada tahun 1980-an.
Pascaperang Irak-Iran tahun 1988, Iran mulai menyadari pentingnya rudal balistik dalam suatu peperangan. Pemerintah Iran lalu menginvestasikan uang di Korea Utara untuk mendapatkan rudal yang lebih canggih. Pihak Korea Utara menyambut baik upaya Iran itu dengan menjual teknologi militer. Iran juga membeli rudal balistik Nodong dari Korea Utara.
Pada tahap berikutnya, Iran mengembangkan rudal Nodong itu dengan bantuan ahli dari Rusia dan Ukraina. Pada perkembangan selanjutnya, Iran beralih dari membeli dan bergantung pada luar negeri menjadi mengembangkan sendiri dengan proses alih teknologi. Iran kemudian berhasil memodifikasi rudal Nodong menjadi rudal Shihab 3 dan memproduksi 150 kepala rudal.
Menurut versi Israel, Iran akan terus mengembangkan rudal Shihab 3 menjadi Shihab 4 yang memiliki jangkauan tembak 2.000 km, Shihab 5 (5.500 km), dan Shihab 6 (10.000 km).
AS dan Israel mengikuti secara saksama perkembangan percobaan rudal Iran itu baik melalui satelit ruang angkasa maupun intelijen. AS selama ini gagal menekan Korea Utara agar mencegah penjualan rudal atau teknologi militer kepada Iran. Oleh karena itu, Presiden Bush memasukkan Iran dan Korea Utara (bersama Irak pada masa rezim Saddam Hussein) sebagai poros kejahatan dalam pidato kenegaraannya yang terkenal pada 29 Januari 2002. Tak heran kalau berita pertama tentang keberhasilan percobaan peluncuran rudal Shihab 3 dimuat oleh harian Haaretz, Israel, pada 4 Juli 2003.
Pengembangan rudal
Upaya Iran memproduksi dan mengembangkan rudal balistik adalah menjadi bagian dari proyek unggulan dalam proses membangun kembali kekuatan militer Iran pascaperang Iran-Irak tahun 1988.
Pada saat perang dengan Irak, tempat-tempat strategis Iran selalu dibombardir oleh rudal balistik Irak yang dikenal dengan nama perang kota. Meskipun perang rudal saat itu tidak memiliki pengaruh strategis, Iran mengalami kerugian materi maupun manusia cukup besar. Selain itu, Iran merasa terkucilkan dari pergaulan regional dan internasional.
Iran pun kemudian banyak mengambil pelajaran dari perang dengan Irak itu dengan cara secara perlahan mencoba melepaskan dari ketergantungan pada negara lain, khususnya di sektor militer.
Iran lalu berusaha mencoba memiliki rudal canggih yang sesungguhnya dimulai sejak masa perang Iran-Irak. Saat itu, Iran meningkatkan hubungannya dengan Cina dan Korea Utara dan berhasil mendapatkan rudal Scud B dari kedua negara tersebut. Iran bekerja sama dengan kedua negara itu dalam proyek pengembangan rudal balistik secara bertahap.
Pengembangan persenjataan rudal itu melalui program komprehensif dan terpadu dengan sasaran memproduksi rudal balistik jarak pendek, menengah, dan jauh. Langkah pertama ditujukan untuk memproduksi rudal balistik jarak pendek (600 km), kemudian dilanjutkan memproduksi rudal jarak menengah (1.000 km), lalu terakhir ini mencoba mengembangkan rudal balistik jarak jauh (2.000 km ke atas).
Upaya pengembangan rudal balistik itu yang dilakukan sejak dini oleh Iran menjadi paradigma pemikiran Pemerintah Iran sejak tahun 1980-an. Mantan Presiden Hashemi Rafsanjani sewaktu menjabat ketua parlemen tahun 1988 menegaskan, prioritas proyek nasional Iran adalah memiliki kemampuan persenjataan rudal balistik sangat kuat yang bisa mendekati kekuatan rudal AS dan Rusia.
Menurut laporan Pemerintah Iran, negeri itu kini memiliki tidak kurang dari 100 instalasi untuk memproduksi senjata rudal balistik dalam berbagai ukuran yang mempekerjakan ribuan karyawan dan teknisi.
Ada dua jalur yang ditempuh Iran dalam memproduksi dan mengembangkan rudal balistik itu. Pertama, jalur Cina. Jalur ini untuk tujuan memproduksi rudal balistik yang memiliki jangkauan 800 km hingga 1.000 km. Dalam konteks ini, Iran, berkat kerja sama dengan Cina, berhasil memproduksi rudal balistik Scud B dan Iqab.
Kedua, jalur Korea Utara. Jalur ini bertujuan memproduksi rudal Scud B versi Korea Utara dalam jumlah besar. Korea Utara juga membantu Iran memproduksi rudal Shahin 1 dan Shahin 2.
Volume hubungan kerja sama Iran-Korea Utara memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan tingkat hubungan Iran dengan Cina dan Rusia. Hal itu disebabkan tingkat teknologi militer Korea Utara lebih rendah dibandingkan dengan Cina dan Rusia.
Iran dalam memproduksi rudal balistik Shihab 3 menggunakan teknologi dari Rusia, Cina, Jerman, dan Korea Utara. Iran mendapatkan dari Rusia, misalnya, teknologi perakitan dan membuat komponen-komponen inti dalam rudal Shihab 3. Sementara dari Cina, Iran memperoleh teknologi penggunaan bahan bakar dan sistem pengarah terhadap sasaran tembak.
Dalam beberapa kali percobaan, salah sasaran tembak hanya melenceng paling jauh 4 km dari sasaran inti dengan tembakan dari jarak 1.300 km. Minimal, tembakan rudal Shihab 3 itu bisa mengguncang psikologis rakyat negara yang menjadi sasaran tembak rudal tersebut.
Sebagian besar instalasi untuk produksi rudal balistik Shihab 3 kini terkonsentrasi di kota Kharaj dengan melibatkan teknisi Rusia dan Cina. Percobaan pertama peluncuran rudal Shihab 3 dilakukan pada tahun 1998. Dalam kurun waktu 1998-2003, Iran sedikitnya telah melakukan percobaan delapan kali.
Menurut laporan media massa Barat, Iran tidak berhenti pada pengembangan rudal Shihab 3, tetapi juga berusaha memproduksi rudal Shihab 4 dan seterusnya.
Arti strategis Shihab 3
Rudal darat ke darat jarak menengah dan jauh merupakan unsur penting dalam geostrategi regional maupun internasional. Maka, hadirnya rudal Shihab 3 dalam perimbangan kekuatan militer di Timur Tengah merupakan tantangan serius terhadap hegemoni AS dan Israel di kawasan itu.
Arti penting rudal balistik tentu amat disadari oleh Iran sendiri karena telah menentukan jalannya perang Irak-Iran pada tahun 1980-an. Ada sejumlah arti penting dari rudal balistik itu.
Pertama, perang rudal Irak-Iran dengan cara menghantam kota-kota, di mana Irak saat itu mampu menyerang kota Teheran dan Asfahan dengan rudal balistik secara intensif pada Maret dan April 1988, memaksa Iran menghentikan perang lantaran keunggulan Irak cukup mencolok dalam perang rudal itu.
Kedua, peran rudal balistik semakin menentukan dalam menghantam pangkalan-pangkalan militer dan tempat strategis lainnya.
Ketiga, kepemilikan suatu negara atas senjata rudal bisa mengangkat wibawa dan posisi negara tersebut dalam percaturan regional dan internasional.
Keempat, biaya memproduksi rudal balistik jauh lebih murah daripada membeli pesawat tempur canggih seperti pesawat tempur F16 dan setaranya.
Kelima, Iran yang selama ini menolak berdamai dengan Israel menganggap rudal balistik merupakan satu-satunya modal untuk bisa menciptakan perimbangan strategis dengan Israel. Jika Iran mampu menyerang sasaran di Israel dengan rudal balistik, Iran berarti berhasil membuyarkan konsep keamanan strategis Israel tanpa harus menggunakan pasukan darat Iran satu pun untuk menembus perbatasan Israel, mengguncang psikologis rakyat Iran, dan membawa kerugian materi maupun manusia di pihak Israel.
Ketika Iran mengumumkan berhasilnya percobaan peluncuran rudal Shihab 3, yang terkesan adalah rudal Iran itu mampu menjangkau Israel, kawasan Teluk (tempat konsentrasi pasukan AS), Pakistan, India, Turki, Asia Tengah, dan sebagian kawasan Laut Merah.
AS pun memperingatkan sekutunya tentang bahaya kepemilikan Iran atas teknologi militer canggih yang mempunyai jangkauan tembak cukup luas itu.
Rudal Iran dan Israel
Israel sejak dini telah memberi peringatan atas bahaya rudal balistik Iran. Harian Haaretz edisi 20 Agustus 2000 menyebut rudal Shihab 3 merupakan ancaman masa depan atas keamanan Israel.
Harian yang sama edisi 17 Juli 2000 mengatakan, percobaan peluncuran Shihab 3 yang berhasil akan membuat Iran memiliki kemampuan menyerang sasaran di dalam negeri Israel sendiri. Bahkan, Haaretz menuduh Iran akan bisa melengkapi rudal Shihab 3 dengan kepala nuklir dalam jangka waktu lima tahun mendatang.
Harian Haaretz edisi 21 Juli 2000 menurunkan tulisan dengan judul Shihab 3 Berhadapan dengan Jericho. Rudal Jericho adalah rudal balistik yang dikembangkan Israel. Dalam tulisan itu dijelaskan bahwa hadirnya rudal Shihab 3 menjadikan Israel bukan satu-satunya negara yang memiliki rudal balistik dengan jangkauan tembak melebihi 1.000 km.
Menurut harian tersebut, rudal balistik Jericho 2 milik Israel memiliki jangkauan tembak sejauh 1.500 km dan Israel kini mempunyai sedikitnya 300 rudal balistik jenis itu. Rudal Jericho 2 merupakan pengembangan dari rudal Jericho 1 yang memiliki jangkauan tembak sejauh 750 km. Israel juga mempunyai sekitar 300 rudal Jericho 1.
Rudal Jericho 2 bisa membawa bom konvensional atau nuklir seberat 340 kg dengan kekuatan daya ledak 20 ton.
Israel kini telah berhasil mengembangkan lagi rudal Jericho 2 menjadi rudal Shafiet (panah) yang telah digunakan untuk peluncuran tiga satelit ruang angkasa yang dikenal dengan nama Ufuk 1, Ufuk 2, dan Ufuk 3 pada 5 April 1995.
Harian Haaretz menyebut Iran adalah saingan utama Israel dalam kekuatan militer di masa mendatang.
Para pejabat Iran pun berusaha mencoba menghilangkan kecemasan AS dan Israel tentang bahaya ancaman rudal balistik Shihab 3 itu. Iran khawatir kecemasan tersebut mendorong Israel dan AS melakukan aksi provokasi dan pada gilirannya menyerang Iran.
Pemerintah Iran telah mencoba berusaha secara tidak langsung memberi jaminan kepada AS bahwa Teheran tidak akan berupaya memiliki rudal balistik yang memiliki jangkauan tembak melebihi 1.000 km. Namun, jaminan Iran itu ternyata tidak membuat sirna kecemasan AS.
Oleh karena itu, Pemerintah Iran memutuskan memproduksi dan mengembangkan rudal balistik Shihab 3 setelah muncul rasa saling tidak percaya dan sebagai bagian dari upaya Iran menciptakan perimbangan strategis dengan Israel di Timur Tengah.
Iran kemudian mulai mempersiapkan kemungkinan terburuk menghadapi serangan militer sporadis Israel atau AS terhadap instalasi peluncuran rudal balistiknya. Sejak tahun 1994, Iran memperluas instalasi peluncuran rudal balistiknya yang semula hanya satu instalasi menjadi empat instalasi peluncuran yang terkonsentrasi di sepanjang pantai barat laut di tepi Teluk Persia (Arab).
Iran juga membangun terowongan rahasia bawah tanah di kawasan pantai Teluk Persia untuk penyimpanan rudal balistik dari berbagai model seperti rudal Scud B, Scud C, Nodong, Shihab 1, 2, dan 3.
Dengan demikian, program pengembangan rudal balistik Iran yang merupakan proyek andalan militer negara itu selama lebih dari satu dasawarsa tidak hanya bertujuan pertahanan semata, tetapi juga untuk memperkuat posisi Iran di kancah regional dan internasional di tengah semakin kuatnya hegemoni AS dan Israel dalam semua sektor kehidupan saat ini.
Amerika Serikat dan Israel tentu begitu lega melihat jatuhnya rezim Saddam Hussein pada 9 April lalu. Para ahli strategi Israel memandang peristiwa historis itu sebagai titik balik terjadinya pergeseran perimbangan kekuatan sangat mendasar di kawasan Timur Tengah yang menguntungkan posisi Israel.
Ambruknya rezim Saddam Hussein telah menghilangkan trauma bagi warga Israel tentang gempuran sebanyak 39 rudal balistik Irak atas berbagai sasaran di Israel selama bulan Januari dan Februari 1991. Sejak itu, warga Israel selalu membiasakan diri menggunakan masker dan berlindung di bungker setiap muncul situasi genting di Timur Tengah.
Akan tetapi, Israel terakhir ini dikejutkan lagi oleh keberhasilan Iran meluncurkan rudal balistik Shihab 3 yang memiliki jangkauan tembak sejauh 1.300 kilometer, yakni dapat mencapai wilayah Israel. Para pejabat Israel pun segera mengeluarkan statement tentang bahaya ancaman rudal Shihab 3 itu.
Menlu Israel Silvan Shalom mengatakan, rudal Iran yang mencapai wilayah Israel merupakan ancaman sangat berbahaya atas keamanan Timur Tengah. Pernyataan serupa disampaikan para pejabat Israel lainnya seperti PM Ariel Sharon dan Menhan Shaul Mofaz.
Rudal Shihab 3
Rudal Shihab 3 merupakan rudal darat ke darat yang memiliki jangkauan tembak sejauh 1.300 km. Rudal tersebut mampu membawa bahan peledak seberat 750 kilogram hingga 1.000 kilogram. Rudal itu juga konon bisa membawa bom kimia atau biologi seberat 800 kg.
Iran telah melakukan percobaan peluncuran rudal itu sebanyak delapan kali selama lima tahun terakhir ini (1998-2003) dan mengumumkan keberhasilan percobaan tersebut. Artinya, rudal Shihab 3 kini telah menjadi bagian dari persenjataan andalan angkatan bersenjata Iran. Selama ini, Pemerintah Iran selalu menegaskan bahwa tidak ada niat menggunakan rudal itu untuk menyerang negara lain.
Rudal Shihab 3 merupakan duplikat rudal Nodong buatan Korea Utara yang telah dikembangkan sendiri oleh putra-putra Iran. Seperti dimaklumi, Iran dan Korea Utara menjalin hubungan militer cukup kuat selama lebih dari satu dekade.
Sejak awal tahun 1980-an Iran telah membeli dari Korea Utara rudal Scud B yang memiliki jangkauan tembak 300 km dan rudal Scud C yang mempunyai jangkauan tembak sejauh 500 km hingga 600 km. Iran menggunakan rudal Scud B dan Scud C dalam perang melawan Irak pada tahun 1980-an.
Pascaperang Irak-Iran tahun 1988, Iran mulai menyadari pentingnya rudal balistik dalam suatu peperangan. Pemerintah Iran lalu menginvestasikan uang di Korea Utara untuk mendapatkan rudal yang lebih canggih. Pihak Korea Utara menyambut baik upaya Iran itu dengan menjual teknologi militer. Iran juga membeli rudal balistik Nodong dari Korea Utara.
Pada tahap berikutnya, Iran mengembangkan rudal Nodong itu dengan bantuan ahli dari Rusia dan Ukraina. Pada perkembangan selanjutnya, Iran beralih dari membeli dan bergantung pada luar negeri menjadi mengembangkan sendiri dengan proses alih teknologi. Iran kemudian berhasil memodifikasi rudal Nodong menjadi rudal Shihab 3 dan memproduksi 150 kepala rudal.
Menurut versi Israel, Iran akan terus mengembangkan rudal Shihab 3 menjadi Shihab 4 yang memiliki jangkauan tembak 2.000 km, Shihab 5 (5.500 km), dan Shihab 6 (10.000 km).
AS dan Israel mengikuti secara saksama perkembangan percobaan rudal Iran itu baik melalui satelit ruang angkasa maupun intelijen. AS selama ini gagal menekan Korea Utara agar mencegah penjualan rudal atau teknologi militer kepada Iran. Oleh karena itu, Presiden Bush memasukkan Iran dan Korea Utara (bersama Irak pada masa rezim Saddam Hussein) sebagai poros kejahatan dalam pidato kenegaraannya yang terkenal pada 29 Januari 2002. Tak heran kalau berita pertama tentang keberhasilan percobaan peluncuran rudal Shihab 3 dimuat oleh harian Haaretz, Israel, pada 4 Juli 2003.
Pengembangan rudal
Upaya Iran memproduksi dan mengembangkan rudal balistik adalah menjadi bagian dari proyek unggulan dalam proses membangun kembali kekuatan militer Iran pascaperang Iran-Irak tahun 1988.
Pada saat perang dengan Irak, tempat-tempat strategis Iran selalu dibombardir oleh rudal balistik Irak yang dikenal dengan nama perang kota. Meskipun perang rudal saat itu tidak memiliki pengaruh strategis, Iran mengalami kerugian materi maupun manusia cukup besar. Selain itu, Iran merasa terkucilkan dari pergaulan regional dan internasional.
Iran pun kemudian banyak mengambil pelajaran dari perang dengan Irak itu dengan cara secara perlahan mencoba melepaskan dari ketergantungan pada negara lain, khususnya di sektor militer.
Iran lalu berusaha mencoba memiliki rudal canggih yang sesungguhnya dimulai sejak masa perang Iran-Irak. Saat itu, Iran meningkatkan hubungannya dengan Cina dan Korea Utara dan berhasil mendapatkan rudal Scud B dari kedua negara tersebut. Iran bekerja sama dengan kedua negara itu dalam proyek pengembangan rudal balistik secara bertahap.
Pengembangan persenjataan rudal itu melalui program komprehensif dan terpadu dengan sasaran memproduksi rudal balistik jarak pendek, menengah, dan jauh. Langkah pertama ditujukan untuk memproduksi rudal balistik jarak pendek (600 km), kemudian dilanjutkan memproduksi rudal jarak menengah (1.000 km), lalu terakhir ini mencoba mengembangkan rudal balistik jarak jauh (2.000 km ke atas).
Upaya pengembangan rudal balistik itu yang dilakukan sejak dini oleh Iran menjadi paradigma pemikiran Pemerintah Iran sejak tahun 1980-an. Mantan Presiden Hashemi Rafsanjani sewaktu menjabat ketua parlemen tahun 1988 menegaskan, prioritas proyek nasional Iran adalah memiliki kemampuan persenjataan rudal balistik sangat kuat yang bisa mendekati kekuatan rudal AS dan Rusia.
Menurut laporan Pemerintah Iran, negeri itu kini memiliki tidak kurang dari 100 instalasi untuk memproduksi senjata rudal balistik dalam berbagai ukuran yang mempekerjakan ribuan karyawan dan teknisi.
Ada dua jalur yang ditempuh Iran dalam memproduksi dan mengembangkan rudal balistik itu. Pertama, jalur Cina. Jalur ini untuk tujuan memproduksi rudal balistik yang memiliki jangkauan 800 km hingga 1.000 km. Dalam konteks ini, Iran, berkat kerja sama dengan Cina, berhasil memproduksi rudal balistik Scud B dan Iqab.
Kedua, jalur Korea Utara. Jalur ini bertujuan memproduksi rudal Scud B versi Korea Utara dalam jumlah besar. Korea Utara juga membantu Iran memproduksi rudal Shahin 1 dan Shahin 2.
Volume hubungan kerja sama Iran-Korea Utara memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan tingkat hubungan Iran dengan Cina dan Rusia. Hal itu disebabkan tingkat teknologi militer Korea Utara lebih rendah dibandingkan dengan Cina dan Rusia.
Iran dalam memproduksi rudal balistik Shihab 3 menggunakan teknologi dari Rusia, Cina, Jerman, dan Korea Utara. Iran mendapatkan dari Rusia, misalnya, teknologi perakitan dan membuat komponen-komponen inti dalam rudal Shihab 3. Sementara dari Cina, Iran memperoleh teknologi penggunaan bahan bakar dan sistem pengarah terhadap sasaran tembak.
Dalam beberapa kali percobaan, salah sasaran tembak hanya melenceng paling jauh 4 km dari sasaran inti dengan tembakan dari jarak 1.300 km. Minimal, tembakan rudal Shihab 3 itu bisa mengguncang psikologis rakyat negara yang menjadi sasaran tembak rudal tersebut.
Sebagian besar instalasi untuk produksi rudal balistik Shihab 3 kini terkonsentrasi di kota Kharaj dengan melibatkan teknisi Rusia dan Cina. Percobaan pertama peluncuran rudal Shihab 3 dilakukan pada tahun 1998. Dalam kurun waktu 1998-2003, Iran sedikitnya telah melakukan percobaan delapan kali.
Menurut laporan media massa Barat, Iran tidak berhenti pada pengembangan rudal Shihab 3, tetapi juga berusaha memproduksi rudal Shihab 4 dan seterusnya.
Arti strategis Shihab 3
Rudal darat ke darat jarak menengah dan jauh merupakan unsur penting dalam geostrategi regional maupun internasional. Maka, hadirnya rudal Shihab 3 dalam perimbangan kekuatan militer di Timur Tengah merupakan tantangan serius terhadap hegemoni AS dan Israel di kawasan itu.
Arti penting rudal balistik tentu amat disadari oleh Iran sendiri karena telah menentukan jalannya perang Irak-Iran pada tahun 1980-an. Ada sejumlah arti penting dari rudal balistik itu.
Pertama, perang rudal Irak-Iran dengan cara menghantam kota-kota, di mana Irak saat itu mampu menyerang kota Teheran dan Asfahan dengan rudal balistik secara intensif pada Maret dan April 1988, memaksa Iran menghentikan perang lantaran keunggulan Irak cukup mencolok dalam perang rudal itu.
Kedua, peran rudal balistik semakin menentukan dalam menghantam pangkalan-pangkalan militer dan tempat strategis lainnya.
Ketiga, kepemilikan suatu negara atas senjata rudal bisa mengangkat wibawa dan posisi negara tersebut dalam percaturan regional dan internasional.
Keempat, biaya memproduksi rudal balistik jauh lebih murah daripada membeli pesawat tempur canggih seperti pesawat tempur F16 dan setaranya.
Kelima, Iran yang selama ini menolak berdamai dengan Israel menganggap rudal balistik merupakan satu-satunya modal untuk bisa menciptakan perimbangan strategis dengan Israel. Jika Iran mampu menyerang sasaran di Israel dengan rudal balistik, Iran berarti berhasil membuyarkan konsep keamanan strategis Israel tanpa harus menggunakan pasukan darat Iran satu pun untuk menembus perbatasan Israel, mengguncang psikologis rakyat Iran, dan membawa kerugian materi maupun manusia di pihak Israel.
Ketika Iran mengumumkan berhasilnya percobaan peluncuran rudal Shihab 3, yang terkesan adalah rudal Iran itu mampu menjangkau Israel, kawasan Teluk (tempat konsentrasi pasukan AS), Pakistan, India, Turki, Asia Tengah, dan sebagian kawasan Laut Merah.
AS pun memperingatkan sekutunya tentang bahaya kepemilikan Iran atas teknologi militer canggih yang mempunyai jangkauan tembak cukup luas itu.
Rudal Iran dan Israel
Israel sejak dini telah memberi peringatan atas bahaya rudal balistik Iran. Harian Haaretz edisi 20 Agustus 2000 menyebut rudal Shihab 3 merupakan ancaman masa depan atas keamanan Israel.
Harian yang sama edisi 17 Juli 2000 mengatakan, percobaan peluncuran Shihab 3 yang berhasil akan membuat Iran memiliki kemampuan menyerang sasaran di dalam negeri Israel sendiri. Bahkan, Haaretz menuduh Iran akan bisa melengkapi rudal Shihab 3 dengan kepala nuklir dalam jangka waktu lima tahun mendatang.
Harian Haaretz edisi 21 Juli 2000 menurunkan tulisan dengan judul Shihab 3 Berhadapan dengan Jericho. Rudal Jericho adalah rudal balistik yang dikembangkan Israel. Dalam tulisan itu dijelaskan bahwa hadirnya rudal Shihab 3 menjadikan Israel bukan satu-satunya negara yang memiliki rudal balistik dengan jangkauan tembak melebihi 1.000 km.
Menurut harian tersebut, rudal balistik Jericho 2 milik Israel memiliki jangkauan tembak sejauh 1.500 km dan Israel kini mempunyai sedikitnya 300 rudal balistik jenis itu. Rudal Jericho 2 merupakan pengembangan dari rudal Jericho 1 yang memiliki jangkauan tembak sejauh 750 km. Israel juga mempunyai sekitar 300 rudal Jericho 1.
Rudal Jericho 2 bisa membawa bom konvensional atau nuklir seberat 340 kg dengan kekuatan daya ledak 20 ton.
Israel kini telah berhasil mengembangkan lagi rudal Jericho 2 menjadi rudal Shafiet (panah) yang telah digunakan untuk peluncuran tiga satelit ruang angkasa yang dikenal dengan nama Ufuk 1, Ufuk 2, dan Ufuk 3 pada 5 April 1995.
Harian Haaretz menyebut Iran adalah saingan utama Israel dalam kekuatan militer di masa mendatang.
Para pejabat Iran pun berusaha mencoba menghilangkan kecemasan AS dan Israel tentang bahaya ancaman rudal balistik Shihab 3 itu. Iran khawatir kecemasan tersebut mendorong Israel dan AS melakukan aksi provokasi dan pada gilirannya menyerang Iran.
Pemerintah Iran telah mencoba berusaha secara tidak langsung memberi jaminan kepada AS bahwa Teheran tidak akan berupaya memiliki rudal balistik yang memiliki jangkauan tembak melebihi 1.000 km. Namun, jaminan Iran itu ternyata tidak membuat sirna kecemasan AS.
Oleh karena itu, Pemerintah Iran memutuskan memproduksi dan mengembangkan rudal balistik Shihab 3 setelah muncul rasa saling tidak percaya dan sebagai bagian dari upaya Iran menciptakan perimbangan strategis dengan Israel di Timur Tengah.
Iran kemudian mulai mempersiapkan kemungkinan terburuk menghadapi serangan militer sporadis Israel atau AS terhadap instalasi peluncuran rudal balistiknya. Sejak tahun 1994, Iran memperluas instalasi peluncuran rudal balistiknya yang semula hanya satu instalasi menjadi empat instalasi peluncuran yang terkonsentrasi di sepanjang pantai barat laut di tepi Teluk Persia (Arab).
Iran juga membangun terowongan rahasia bawah tanah di kawasan pantai Teluk Persia untuk penyimpanan rudal balistik dari berbagai model seperti rudal Scud B, Scud C, Nodong, Shihab 1, 2, dan 3.
Dengan demikian, program pengembangan rudal balistik Iran yang merupakan proyek andalan militer negara itu selama lebih dari satu dasawarsa tidak hanya bertujuan pertahanan semata, tetapi juga untuk memperkuat posisi Iran di kancah regional dan internasional di tengah semakin kuatnya hegemoni AS dan Israel dalam semua sektor kehidupan saat ini.
(Musthafa Abd Rahman,dari Cairo)
2 komentar:
salut buat Iran aKu dukung 1000% untuk iran agar membumihanguskan negeri penjajah Zionist israel dan sekutu
Allahu Akbar...Allahu Akbar....semoga bendera jihad akan terus berkibar sampai matahari terbit dari arah barat
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^