Keajaiban Perang Israel – Lebanon
Presiden Akademi Ilmu Militer Rusia, Jenderal Makhmut Gareyev berpendapat kasus penyanderaan dua tentara Israel oleh Hizbullah hanya sebagai alasan bagi Israel untuk memulai kekerasan dengan tujuan untuk memprovokasi Suriah dan Iran agar terbawa ke kancah perang.
Dalam wawancara dengan Viktor Litovkin, komentator pertahanan kantor berita Rusia RIA Novosti, berkaitan dengan krisis di Libanon selatan baru-baru ini, Gareyev mengatakan bahwa sebenarnya menemukan dua tentaranya di Lebanon bukan hal sulit bagi agen intel Israel Mossad, yang dikenal nomor satu di dunia.
“Mossad telah dapat menyelamatkan warganya dari penangkapan di Afrika. Dan tentu bukanlah suatu masalah menemukan kedua tentaranya di Lebanon,” katanya.
Menurut dia, Israel telah berkonspirasi dengan AS dalam kasus di Lebanon selatan tersebut dengan tujuan sebenarnya adalah memancing Suriah dan Iran, sehingga ada kesempatan untuk menyerang kedua negara tersebut, tepatnya pada ladang uraniumnya. Gagalnya skenario tersebut merupakan kemenangan besar bagi komunitas internasional.
“Situasi di Israel sangat mudah dibaca. Berada di sebelah Hizbullah yang “liar”, yang siap melempar misil-misil di teritori Israel dan menyerang warganya, pasti menimbulkan masalah. Menurut saya, Israel seharusnya melawan Hisbullah melalui serangan yang tepat sasaran, disertai informasi intelijen dan pendaratan pasukan yang layak. Tidak seorang pun dapat membenarkan serangan-serangan bom Israel yang luar biasa dan kematian orang tua, anak-anak dan penduduk sipil,” katanya.
“Jika pemikiran Israel dibenarkan, berarti kita (Rusia) seharusnya membom Irak ketika diplomat kita ditangkap di Baghdad. Atau London yang memberikan perlindungan kepada Zakayev dan militan Chechnya. Haruskan London dibom? Jika pemikiran seperti ini dituruti, dunia hanya akan mengalami kemunduran. Pengambilan keputusan harusnya lebih disesuaikan dengan situasinya,” tambahnya.
Negara-negara Arab sendiri dengan total penduduk hampir 100 juta, tidak memiliki sikap yang sama. Mereka bahkan tidak mengecam Israel dan tidak juga mendukung Hizbullah, walaupun demonstrasi menolak perang di Libanon telah terjadi di beberapa negara. Tidak adanya dukungan dari Arab bagi Libanon menunjukkan bahwa tidak terdapat konspirasi Arab terhadap Kristen maupun Yahudi, katanya.
Menurutnya, banyak fenomena tak terduga selama perang Israel-Libanon, “Ini adalah kali pertama sebuah pasukan independen tidak mempertahankan wilayah dan rakyatnya dari agresi pihak luar. Lebanon diserang, namun pasukannya tidak diperintahkan untuk mempertahankan negaranya sendiri.”
“Situasi ini tak dapat dipercaya. Siapa yang membutuhkan tentara semacam ini? Kenapa para pembayar pajak Libanon tetap mempertahankan situasi ini? Ini adalah situasi yang sangat berbahaya dan merupakan sinyal peringatan bagi negara lain,” ujarnya Jenderal Gareyev.
Konflik Lebanon-Israel telah memunculkan kecenderungan yang tidak menyenangkan, Selama Perang Dunia I, korban sipil tercatat lima persen dari total kerugian; dalam Perang Dunia II, jumlah ini meningkat separuhnya. Di Vietnam, korban penduduk sipil mencapai 95% dari total korban.
Kini ada kecenderungan perang tanpa kontak langsung, yakni dengan misil udara dan laut yang tentunya terkait dengan target sipil, kota-kota, fasilitas industri, sistem energi, jembatan, jalan, sekolah dan rumah sakit. “
“Mereka berpikir bahwa jika semua target tersebut dihancurkan, maka musuh akan menyerah. Sungguh suatu pemikiran yang tidak berperikemanusiaan, ” katanya, seraya menambahkan bahwa selain konvensi internasional yang melarang penggunaan gas dan racun, PBB juga harus melarang pemboman kota-kota dan penduduk sipil dalam suatu perang.
Penghancuran itu sendiri tidak membawa kemenangan bagi Israel karena Hizbullah mengambil jalan pintas sendiri melalui pegunungan, gua dan basis-basis pertahanan lainnya yang bukan di dalam kota.
“Operasi baru-baru ini yang dilancarkan pasukan Israel kepada Hisbullah dan Lebanon adalah yang terburuk sepanjang sejarah,” kata Gareyev.
“Israel mencoba menyalahkan `persenjataan Rusia` yang digunakan Hizbullah, RPG-29. senjata anti tank terbaik. Namun demikian, masih banyak terdapat ikan di lautan. Kenapa mereka berpikir bahwa Rusia memasok mereka? Saya juga tidak percaya. Beberapa tahun belakangan ini, Ukraina dan Belarusia telah memasok mereka secara diam-diam. Polandia, Bulgaria, Rumania dan Hongaria juga menjual persenjataan Soviet. Mereka berusaha menghapuskan persenjataan ini untuk digantikan dengan perlengkapan NATO, tambannya.
Sementara itu, tidak ada yang menyalahkan AS meskipun Israel berperang dengan persenjataan dari negara adidaya tersebut, kata Gareyev.
“Permasalahan timur tengah harus diselesaikan melalui meja perundingan baik sesegera mungkin ataupun suatu saat nanti. Semakin cepat kita menyelesaikan masalah ini, semakin baik bagi Israel, negara-negara tetangganya, dan para pihak yang berada dibelakangnya, ” demikian Jenderal Gareyev. (*/cax)
Dalam wawancara dengan Viktor Litovkin, komentator pertahanan kantor berita Rusia RIA Novosti, berkaitan dengan krisis di Libanon selatan baru-baru ini, Gareyev mengatakan bahwa sebenarnya menemukan dua tentaranya di Lebanon bukan hal sulit bagi agen intel Israel Mossad, yang dikenal nomor satu di dunia.
“Mossad telah dapat menyelamatkan warganya dari penangkapan di Afrika. Dan tentu bukanlah suatu masalah menemukan kedua tentaranya di Lebanon,” katanya.
Menurut dia, Israel telah berkonspirasi dengan AS dalam kasus di Lebanon selatan tersebut dengan tujuan sebenarnya adalah memancing Suriah dan Iran, sehingga ada kesempatan untuk menyerang kedua negara tersebut, tepatnya pada ladang uraniumnya. Gagalnya skenario tersebut merupakan kemenangan besar bagi komunitas internasional.
“Situasi di Israel sangat mudah dibaca. Berada di sebelah Hizbullah yang “liar”, yang siap melempar misil-misil di teritori Israel dan menyerang warganya, pasti menimbulkan masalah. Menurut saya, Israel seharusnya melawan Hisbullah melalui serangan yang tepat sasaran, disertai informasi intelijen dan pendaratan pasukan yang layak. Tidak seorang pun dapat membenarkan serangan-serangan bom Israel yang luar biasa dan kematian orang tua, anak-anak dan penduduk sipil,” katanya.
“Jika pemikiran Israel dibenarkan, berarti kita (Rusia) seharusnya membom Irak ketika diplomat kita ditangkap di Baghdad. Atau London yang memberikan perlindungan kepada Zakayev dan militan Chechnya. Haruskan London dibom? Jika pemikiran seperti ini dituruti, dunia hanya akan mengalami kemunduran. Pengambilan keputusan harusnya lebih disesuaikan dengan situasinya,” tambahnya.
Negara-negara Arab sendiri dengan total penduduk hampir 100 juta, tidak memiliki sikap yang sama. Mereka bahkan tidak mengecam Israel dan tidak juga mendukung Hizbullah, walaupun demonstrasi menolak perang di Libanon telah terjadi di beberapa negara. Tidak adanya dukungan dari Arab bagi Libanon menunjukkan bahwa tidak terdapat konspirasi Arab terhadap Kristen maupun Yahudi, katanya.
Menurutnya, banyak fenomena tak terduga selama perang Israel-Libanon, “Ini adalah kali pertama sebuah pasukan independen tidak mempertahankan wilayah dan rakyatnya dari agresi pihak luar. Lebanon diserang, namun pasukannya tidak diperintahkan untuk mempertahankan negaranya sendiri.”
“Situasi ini tak dapat dipercaya. Siapa yang membutuhkan tentara semacam ini? Kenapa para pembayar pajak Libanon tetap mempertahankan situasi ini? Ini adalah situasi yang sangat berbahaya dan merupakan sinyal peringatan bagi negara lain,” ujarnya Jenderal Gareyev.
Konflik Lebanon-Israel telah memunculkan kecenderungan yang tidak menyenangkan, Selama Perang Dunia I, korban sipil tercatat lima persen dari total kerugian; dalam Perang Dunia II, jumlah ini meningkat separuhnya. Di Vietnam, korban penduduk sipil mencapai 95% dari total korban.
Kini ada kecenderungan perang tanpa kontak langsung, yakni dengan misil udara dan laut yang tentunya terkait dengan target sipil, kota-kota, fasilitas industri, sistem energi, jembatan, jalan, sekolah dan rumah sakit. “
“Mereka berpikir bahwa jika semua target tersebut dihancurkan, maka musuh akan menyerah. Sungguh suatu pemikiran yang tidak berperikemanusiaan, ” katanya, seraya menambahkan bahwa selain konvensi internasional yang melarang penggunaan gas dan racun, PBB juga harus melarang pemboman kota-kota dan penduduk sipil dalam suatu perang.
Penghancuran itu sendiri tidak membawa kemenangan bagi Israel karena Hizbullah mengambil jalan pintas sendiri melalui pegunungan, gua dan basis-basis pertahanan lainnya yang bukan di dalam kota.
“Operasi baru-baru ini yang dilancarkan pasukan Israel kepada Hisbullah dan Lebanon adalah yang terburuk sepanjang sejarah,” kata Gareyev.
“Israel mencoba menyalahkan `persenjataan Rusia` yang digunakan Hizbullah, RPG-29. senjata anti tank terbaik. Namun demikian, masih banyak terdapat ikan di lautan. Kenapa mereka berpikir bahwa Rusia memasok mereka? Saya juga tidak percaya. Beberapa tahun belakangan ini, Ukraina dan Belarusia telah memasok mereka secara diam-diam. Polandia, Bulgaria, Rumania dan Hongaria juga menjual persenjataan Soviet. Mereka berusaha menghapuskan persenjataan ini untuk digantikan dengan perlengkapan NATO, tambannya.
Sementara itu, tidak ada yang menyalahkan AS meskipun Israel berperang dengan persenjataan dari negara adidaya tersebut, kata Gareyev.
“Permasalahan timur tengah harus diselesaikan melalui meja perundingan baik sesegera mungkin ataupun suatu saat nanti. Semakin cepat kita menyelesaikan masalah ini, semakin baik bagi Israel, negara-negara tetangganya, dan para pihak yang berada dibelakangnya, ” demikian Jenderal Gareyev. (*/cax)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar pajak ditanggung pemilik blog ^-^